Top Social

Retak?

|

Ada seorang cowok yang sudah kusuka sejak lama. Namanya Yusaku
Image courtesy of Sicha Pongjivanich at FreeDigitalPhotos.net
Takenauchi. Dia orangnya sangat kocak dan membuat suasana kelas lebih hidup. Aku menyukainya sejak duduk di kelas 7 SMP. Awalnya kupikir dia orangnya jahil dan sombong. Tapi, entah kenapa ada aura yang menarikku, yang membuatku merasa bahwa dia adalah cowok sejati.

Selain kocak, dia itu cowok yang pandai. IQ-nya saja 150. Tapi, sayangnya dia tidak bisa membagi waktu antara belajar dan bercanda. Dia hanya melakukan apa saja yang dia mau, sehingga guru-guru sering dibuat kewalahan olehnya.

Masih jelas dalam ingatanku. Kenakalan-kenakalan yang pernah dia lakukan. Coba bayangkan pada minggu pertama masuk saja, dia sudah menjahili guru-guru. Mau tahu apa yang dia lakukan? Dia menaburi bubuk merica pada partitur lagu milik Bu Ina,Guru Seni Musik kami. Dan bisa kalian bayangkan sepanjang pelajaran Bu Ina terus bersin dan akhirnya meninggalkan kelas karena beliau menyangka dirinya sakit.

Minggu kedua pada pelajaran Biologi, Yusaku membuat berbagai macam suara seperti air jatuh, anjing menyalak dan ketukan pintu. Tapi, anehnya mulutnya tidak bergerak sama sekali. Tentu saja kami sepakat pura-pura tidak mendengar. Guru Biologi kami Pak Yoga meninggalkan kelas menyangka dirinya sakit seperti Bu Ina.

Walaupun Pak Yoga memberikan tugas kepada kami. Tapi, tidak ada satu pun yang mengerjakan tugas setelah itu. Aku ingat saat itu seluruh anak di kelasku tertawa terbahak-bahak, tanpa terkecuali.
Dia sudah menjadi permata bagi kami. Cowok seistimewa ini, wajar bukan kalau aku menyukainya?
Walaupun begitu, sampai sekarang aku masih belum berani menyatakan perasaanku. Padahal banyak sekali kesempatan bagiku tuk mengungkapkannya karena sudah 3 tahun berturut-turut aku sekelas dengannya. Pernah kucoba beranikan diri tapi lidahku kelu saat berbicara dengannya. Kenapa sulit sekali bagiku untuk mengucapkan aku suka kamu? Padahal kan cuma tiga kata. Aaaarrrgghhh!!! Betapa bodohnya aku!

Hari ini pelajaran Pak Rio, Guru Geografi. Beliau cukup disukai anak-anak karena saat pelajarannya anak-anak cukup leluasa mengobrol. Tapi bagiku, soal-soal ulangannya adalah yang paling sulit setelah Fisika. Aneh ya? Tapi, begitulah kenyataannya.
Siang itu, Rena yang memulai pembicaraan.
"Menurut loe Yusaku itu orangnya seperti apa,sih?"
"Aku rasa dia itu orangnya lucu. Kenapa?"
Rena menggelengkan kepala. "Ngga, aneh aja. Banyak orang bilang Yusaku itu orangnya baik, cakep, dan lucu. Tapi, bagi gue dia adalah cowok yang paling menyebalkan yang pernah gue kenal."
"Bagaimana bisa?"
"Dia itu orangnya ngeselin abis. Dia selalu ngeledek dan ngejahilin gue. Coba loe bayangkan 2 hari yang lalu saat gue ditembak sama Kira. Dia ngelempar katak ke muka gue. Ya, jelas aja gue marah, terus gue kejar dia. Loe kan tahu kalau gue marah mengerikannya seperti apa? Gara-gara si brengsek Yusaku, Kira ngga jadi nembak gue. Hiks…" jelas Rena panjang lebar.
"Sudahlah, mungkin Tuhan punya rencana lain. Lagipula, aku rasa dia ngga sengaja" hiburku.
"Gue harap begitu, kalau ngga akan gue buat Yusaku nyesel telah berurusan sama gue."
"Eng… Ren, kamu ngga bermaksud balas dendam kan?" ujarku ragu-ragu mengingat sifat Rena yang mudah marah tapi juga mudah memaafkan.
"Emangnya kenapa? Wajar kan kalau gue pengen balas dendam?"
"Err.. maksudku... itu kan ngga baik"
"Kok ngga boleh sih? Kalau loe yang digituin gimana?" tanya Rena sewot. "Atau… Jangan-jangan loe suka sama Yusaku? Daritadi loe belain dia terus." tambah Rena dengan nada bercanda.
Saat itu aku ngga tahu harus menjawab apa, aku takut rahasiaku terbongkar. Tapi sayangnya, Rena dapat membaca ekspresi wajahku. "Eh, tapi… ini tidak benar kan?" tanya Rena penuh harap.
"Err… tidak… aku.. aku.. memang menyukainya"
"Oh my God!!! Sobat gue sendiri ternyata suka sama musuh bebuyutan gue alias cowok resek kayak…" kata Rena setengah teriak sambil menatapku tak percaya.
"Sstt, Ren!" kataku
Pak Rio berdeham keras di belakang kami.
"Eh.. Maaf, Pak!" jawab kami serempak dan kemudian kembali mengerjakan tugas dalam hening.
"Ya ampun, Ren! Malu-maluin banget sih tadi!" kataku berbisik.
Rena memelankan suaranya, "Loe juga sih segala ngga cerita!"

Saat jam istirahat pertama, Rena memandangi hasil ulangan matematika kemarin yang baru saja dibagikan. "50?! Ini sih parah!" katanya sambil menghela napas.
"Wah, kau berniat masuk SMA dengan nilai segitu?" kata Yusaku tiba-tiba.
"Jangan ngintip, Bego!" seru Rena.
"Yang bego itu kamu, kan? Apa nanti ngga masalah dengan ujian akhir dan testingnya?" balas Yusaku. "Gimana kalau aku ajari?" ajaknya.
"Daripada diajari sama loe mending guru privat gue monyet!" sahut Rena.
"Masih marah soal kemarin?"
"Ya iyalah! Saat itu gue lagi ditembak tapi loe malah.."
"Maaf, gue ngga sengaja! Saat itu gue disuruh Bu Yanti bawa katak tuk percobaan di Lab. Biologi"
Rena bangkit dari tempat duduknya, "Bohong! Loe sengaja kan?! Loe sengaja kan!"
"Wah, si pendek marah! Si pendek marah!"
"Awas!! Loe ngga bakal gue ampuni!!!" kata Rena seraya mengejar Yusaku.
"Mulai lagi deh." ujarku sambil tersenyum.

Keesokan harinya Yusaku kembali menjahili Rena. Ia memegang rambut rena yang berkuncir dua dan membuatnya mirip antena. 'Apaan sih?!" sahur Rena seraya menepis tangan Yusaku dari rambutnya. Tapi anehnya, saat mereka berdua bertatapan,Rena hanya diam dan kemudian pergi meninggalkan Yusaku. Saat itu aku merasa hal buruk akan terjadi, sesuatu yang tidak mengenakkan Habis, Rena jarang bersikap seperti ini.
"Rena, boleh aku bertanya sesuatu?"
"Apa?"
"Jangan-jangan kamu suka sama Yusaku? Habis aneh, sih. Tadi waktu diganggu Yusaku kau diam saja tidak seperti biasanya."
"Ada-ada saja! Masa loe ngira gue suka sama dia? Habisnya gue udah capek ngeladenin dia. Gue bener-bener benci dia." jawab Rena sambil menggelengkan kepala.
"Ren! Ren!" kataku setelah sadar Yusaku berada di belakang Rena. "Pasti dia denger. Ngga apa-apa tuh?"
"Biarin, itu kenyataan kok."
"Jadi, Rena benar-benar benci? Syukur deh.. tadinya aku takut kalau kita bakal bersaing."

Pada akhir pekan, aku dan Rena berjanji pergi ke pusat perbelanjaan. Aku sudah tidak sabar untuk membeli baju dan piyama yang sama dengan Rena supaya bisa kembaran..Karena itu aku sekarang sedang dalam perjalanan menuju rumahnya supaya kami bisa berangkat bersama.
Saat tiba di sana, Mba Minah, pembantunya di Keluarga Rena memberitahukan bahwa Rena sedang sakit. Aku pun meminta izin untuk menjenguknya. Sebelumnya, Aku sudah pernah main ke rumah Rena sehingga sudah tidak asing lagi. Dari luar rumahnya terkesan tua. Tapi, perabot di dalamnya cukup mewah dan modern. Walau begitu rumah ini nyaman karena memiliki pekarangan yang luas dan indah. Di ruang tamu banyak dipajang barang-barang antik dari luar negeri. Maklum, ayah Rena adalah seorang pelaut sehingga sering keliling dunia dan hanya pulang ke rumah setidaknya sekali dalm setahun. Rena sebenarnya memiliki Kakak lelaki dan sekarang sedang kuliah di Australia sehingga Rena hanya tinggal berdua dengan ibunya. Kamar Rena sendiri terletak di lantai dua.
Di kamarnya, aku melihat Rena sedang berbaring di tempat tidurnya.
"Hi, Ren!" sapaku
"Ooh.. kau Hikari" jawabnya. "Maaf ya, aku ngga bisa menemanimu ke Mall gara-gara aku mendadak sakit. Tadi aku sudah menelepon ke rumahmu. Tapi, mamamu bilang kau sudah pergi."
"Begitu ya? Ngga apa-apa kok. Aku mengerti. Tapi, kenapa ngga sms or telepon ke Hpku?" tanyaku
"Habis kan sayang pulsanya. Loe tahu sendiri kan gue tuh orang penting, banyak yang sms nih. Lagipula loe-nya juga mau ke sini. Ngapain gue repot-repot?" jawabnya bercanda.
"Dasar!" kataku sambil memukulinya dengan bantal.
"Hei! Hei! Jangan melakukan penganiayaian pada orang sakit, dong! Lagipula, gue kan cuma bercanda" katanya seraya nyengir lebar.
Setelah ngobrol cukup lama, aku pamit pulang. Dan ketika keluar dari rumah Rena, aku melihat Yusaku mondar-mandir di depan pagar. Apa yang sedang dia lakukan disini? Kuhampiri Yusaku, tapi pikirannya sepertinya tidak berada di tempat karena dia bahkan tidak menyadari aku sudah berada di depannya. "Hi, Yusaku. Apa yang sedang kau lakukan?"
"Eh.. kau Hikari! Gue pikir siapa.” katanya kaget. ‘ Gue.. gue cuma lagi jalan-jalan kok. Kebetulan rumah gue dekat sini." jawabnya
"Jadi, Yusaku tuh tetangganya Rena? Kok Rena ngga cerita ya?" batinku.
"Ooh..kupikir kamu mau menjenguk Rena." ujarku
"Rena sakit?!" tanyanya panik
"Ya. Tapi kurasa dia kan baik-baik saja. Kau tahu sifatnya, bukan?"
"Mungkin. Tapi, gue rasa gue ngga bisa jenguk dia. Mengingat dia benci sama gue." ujar Yusaku lirih.
"Mau kutemani? Mungkin Rena sudah tidak begitu marah padamu. Di kan tipe yang mudah marah tapi juga mudah memaafkan." hiburku
"Ngga. Trims. Mungkin lain kali saja. Ya sudah, sampai jumpa besok, Hikari!" katanya berpamitan.
"Ya. Sampai jumpa juga." gumamku pelan sambil memandangi sosoknya yang mulai menghilang. Hei, kalian percaya apa yang barusan terjadi?! Aku tadi ngobrol lama dengan Yusaku. Yah.. walaupun topiknya about Rena. Aku senang sekali. Trims, Rena! Mungkin ada untungnya juga kamu sakit. 

Semenjak kejadian di depan rumah Rena, hubunganku dan Yusaku mulai mengalami progress. Kami sering smsan dan tentu saja topiknya ngga lagi tentang Rena. Aku pun jadi tahu banyak hal yang tadinya tidak kuketahui. Seperti warna favoritnya, hal yang dia benci, makanan favorit, acara TV kesukaannya, dan banyak hal lainnya.

Rena yang mengetahui hal ini pun cukup senang mendengarnya. Tapi, dia masih menggerutu dan merasa aneh kenapa aku bisa menyukai Yusaku. Karena di matanya, Yusaku adalah cowok menyebalkan. Walau begitu, dia tetap memberiku saran dan tips-tips mendekati cowok. Bagaimanapun juga, Rena lebih berpengalaman dalam hal ini karena dia sudah 3 kali berpacaran. Jadi, aku sih menurut saja.

Hanya saja terkadang, aku mengira Rena dan Yusaku saling menyukai. Karena walaupun mereka sering bertengkar, mereka memahami satu sama lain. Aku iri melihatnya. Saat kutanyakan hal itu pada Rena. Dia cuma bilang kalau meraka sudah kenal sejak masih SD dan Rena biasanya kembali meyakinkanku kalau dia benar-benar membenci Yusaku. Sehingga kubuang pikiran itu jauh-jauh.
Tapi, ternyata dugaanku meleset. Karena seminggu setelah kejadian itu, hal yang aku takutkan terjadi. Setelah bel istirahat berbunyi, Yusaku melirik Rena dan kemudian Rena membalasnya dengan anggukan. Setelah itu mereka angkat kaki dari kelas. Aku yang penasaran melihat gelagat mereka mengikuti mereka dari belakang. Sepertinya mereka hendak ke belakang sekolah. Apa yang mau mereka lakukan di sana? Terus ngapain Yusaku bawa-bawa gitar segala?
Setibanya di sana, aku bersembunyi dan mendengar Yusaku berkata "Rena, maaf telah mengganggumu. Gue tuh ngga pandai bicara jadi.." Yusaku memainkan gitarnya dan menyayikan reff lagu Club 80's "Dari Hati". Setelah itu, Yusaku berkata hal yang tidak mau kudengar. "Rena, aku menyukaimu.." Hening.
"Pasti kamu menganggap gue aneh. Gue tahu kamu benci sama gue. Tapi, terima kasih sudah mau meluangkan waktumu." Yusaku melangkahkan kakinya tuk pergi.
Rena mengejarnya dari belakang , berusaha menyambar lengan Yusaku tuk menghentikan langkahnya tapi tidak berhasil sehingga dia berteriak "Bukan! Sebenernya aku suka kamu."
Hatiku bagai tersambar petir mendengar pengakuan Rena. Aku pun segera berlari. Aku terlalu takut untuk mengetahui hal yang akan terjadi selanjutnya jika terus berada disana. "Dasar pengecut! Patah hati sebelum mengutarakan isi hati! Aku benci Rena! Benci!!! Dia telah membohongiku!! Dasar pembohong!!!" teriakku dalam hati.

Setelah kejadian itu, aku tidak menyapa ataupun berbicara dengan Rena selama beberapa hari. Rena yang menyadari perubahan sikapku mengajakku untuk berbicara.
'Hikari, maaf! Apapun salah gue, gue minta maaf!"
"Pura-pura ngga tahu lagi." ujarku dalam hati. "Aku benci kamu! Kamu tahu kalau aku suka sama Yusaku tapi kamu malah mengkhianatiku. Dasar pengkhianat!!" teriakku
Wajah Rena berubah pucat pasi kemudian dia mencoba menjelaskan. "Gue tahu,Ri! Makanya gue ngga bilang sama siapa-siapa kalau gue suka sama Yusaku. Maafin gue..Ri!"
"Termasuk sama sahabatmu sendiri?! Terserah kamu! Aku ngga mau tahu!" ujarku geram seraya membalikkan badan meninggalkan Rena.
"Gue percaya sama loe, Ri! Gue ngga mau hubungan kita rusak gara-gara masalah ini." teriak Rena dari belakang.
Aku pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan. Kupercepat langkahku karena takut air mataku keburu tumpah. Aku tidak mau terlihat sedih di depan Rena.

Hari Minggu ini aku bermalas-malasan di kamar. Hening. Entahlah… aku benar-benar tidak tahu kata apa yang tepat mewakili perasaanku saat ini. Karena perasaanku begitu rumit dan kompleks. Aku sangat membutuhkan teman curhat. Tapi, aku tidak punya sahabat lagi selain Rena. Selama ini aku menutup diriku dari teman-teman. Dan bagiku selama ini Rena ada di sampingku itu sudah cukup.
Bagiku, ini terlalu kejam. Aku harus bagaimana? Aku sangat ingin melupakan yang terjadi pada hari itu tapi tidak bisa. Benakku penuh dengan kenangan bersama Yusaku. Aku masih menyimpan wajahnya yang penuh senyum. Dia masih bersemayam di hatiku. Hatiku terasa sakit dan tertekan. Aku tidak dapat bernapas dan tubuhku seperti mati rasa. Aku hanya dapat diam terpaku.
Aku juga berandai-andai, jika hubunganku dan Yusaku tidak mengalami kemajuan mungkin aku tidak akan begitu sedih dan tidak akan begitu marah sama Rena. Banyak pertanyaan berputar di kepalaku. Tapi, alih-alih aku mendapat jawaban. Hal ini hanya membuatku bertambah sedih, marah, capek dan tentu saja pusing.
"Hikari, ada telepon dari ibunya Rena." panggil Mama, membuyarkan lamunanku. "Ya, Ma!" sahutku sambil beranjak dari tempat tidur. Kuambil gagang telepon yang disodorkan Mama kepadaku.
"Halo? Ada apa,Tante?" tanyaku.
"Begini, semenjak pulang sekolah kemarin Rena terus mengurung diri di kamar. Tidak mau keluar. Berkali-kali dinasehati tapi dia tidak mau dengar. Apa mungkin dia punya masalah? Tante bingung sekali. Kalau Hikari datang mungkin dia mau dengar. Hikari, Tante minta tolong padamu".
Aduh! Gimana nih? Aku ngga tahu harus jawab apa. Ngga mungkin kan aku bilang ngga dan alasanya itu gara-gara lagi berantem sama Rena.
"Hikari? Hikari? Kamu masih disitu kan?"
"Iya, Tante! Tadi maaf ya! Hikari masih disini kok. Tenang ja, Hikari bakal main ke rumah."
"Makasih ya! Hikari memang anak yang baik. Tante berterima kasih padamu."
Kututup gagang telepon kemudian segera ganti baju dengan gontai. Habis mau bagaimana lagi. Aku kan ngga mungkin bilang tidak. Lagipula, aku tidak mau para orang tua tahu masalah ini, nanti bisa-bisa mereka ikut campur dan masalahnya jadi tambah rumit.

"Assalamu'alaikum." sahutku sambil mengetuk pintu.
"Walaikumsalam. Oh.. Hikari, mari masuk!" jawab Tante. "Tante berterimakasih atas kedatanganmu. Oh ia, ngomong-ngomong Hikari tahu kenapa Rena bersikap seperti ini?"
"Ngga, Tante." jawabku sambil menggelengkan kepala
Aku bisa melihat kekhawatiran di wajahnya walau beliau berusaha tersenyum sewajar mungkin. "Kalau begitu, Tante antar kamu ke kamar Rena ya!"
Aku mengangguk pelan dan mengikuti.beliau dari belakang.
Ketika tiba di depan kamar Rena, Tante mengetuk pintu. "Rena, ini ada Hikari. Buka pintunya, Sayang!". Rena membuka pintu, mukanya sembab dan pucat sementara matanya merah serta bengkak. Rena menatapku tak percaya, mungkin saat ini perasaannya sedang bercampur aduk. Tapi aku dapat melihat ada kebahagiaan terpancar dari sinar matanya dan membuatnya ingin berteriak kegirangan. Aku buru-buru memberi isyarat untuk berbicara di dalam. Rena menggangguk dan meminta ibunya untuk meninggalkan kami berdua.
"Hikari.. gue bener-bener minta maaf!" katanya sambil bercucuran air mata. "Akan gue lakukan apa pun. Gue ngga mau persahabatan kita hancur gara-gara ini. Gue udah nolak Yusaku kok. Bahkan kalau perlu gue minta dia untuk jadian sama loe." katanya lirih. "Hikari… please… maafin gue!" dia menambahkan.
Aku diam terpaku melihat Rena. Sebenarnya aku marah padanya tapi aku tidak menyangka Rena begitu menderita karena bertengkar denganku. Aku memang pernah mendengar lebih mudah memaafkan seorang musuh daripada sahabat. Karena musuh selalu berbuat salah di mata kita sehingga saat dia berbuat salah kita melihat hal itu sebagai hal wajar jadi akan lebih mudah dimaafkan. Berbeda dengan sahabat, karena dia selalu benar, akan sulit memaafkan jika dia berbuat salah. Dulu saat pertama kali mendengarnya, aku menganggap hal itu konyol. Tak pernah kusangka hal itu benar. Ya Allah, apa yang harus kulakukan? Rena yang kukenal selalu tersenyum. Untuk kali ini, kembalikanlah Rena seperti semula. Kuseka air matanya. "Rena, sudahlah. Berhenti menangis. Aku... aku memaafkanmu".
Orang-orang bilang Love is blind. Dan aku benar-benar buta. Aku begitu bodoh untuk apa aku marah pada Rena? Kemarahanku tidak akan mengubah apa pun yang terjadi. Yusaku tidak akan menyukaiku. Aku menghela napas sejenak dan kembali merenung. Entahlah, mungkin dari awal, hati kecilku telah memberitahuku tapi aku terlalu takut menerima kenyataan ini dan terlalu angkuh untuk mengakuinya.
Rena mengusap air matanya dan melongo tak percaya, tampangnya seperti orang bodoh. Kemudian dia memelukku erat sambil menangis. Dengan terbata-bata dia berusaha mengucapkan terima kasih. Kaku, kucoba lingkarkan tanganku untuk memeluknya. Membelai rambutnya yang hitam.
Aku juga senang kami berbaikan tapi hatiku masih sakit. Kuharap aku dapat melupakan Yusaku. Ini kulakukan demi kebaikanku sendiri dan untuk Rena.

Begitu masuk sekolah, Rena kembali ceria seperti biasa. Ya, aku kembali menjalani hari-hariku seperti biasa. Walaupun hubungan kami jadi sedikit kaku. Tapi, sangat sulit untuk melupakan Yusaku karena setiap hari aku bertemu dengannya. Hal ini membuatku susah tidur. Kepalaku rasanya mau pecah.
Aku beranjak dari tempat dudukku dan melangkahkan kakiku ke kantin sendirian. Sendirian?! Sebentar, Rena mana ya? Aku berputar-putar mencarinya. Tak lama kemudian pertanyaanku terjawab. Aku melihat Rena dan Kira di depan kelas 9-4, yang merupakan kelas Kira. Aku senang jika melihat mereka berdua akrab. Aku hampir berteriak memanggil Rena. Tapi sesaat kemudian, aku membatalkan niatku karena melihat Rena menangis. Dengan perlahan aku mendekat. Aku mendengar suara Rena dalam isaknya.
"Ra, padahal gue dah berusaha untuk ngelupain dia. Tapi, hati gue masih sakit, Ra! Gue terlalu pengecut! Setiap kali Yusaku nanya kenapa gue nolak dia, gue selalu berkilah. Gue terlalu takut. Padahal gue pengen berada di sisi Yusaku. Tapi gue takut kehilangan Hikari!" tangis Rena pecah dan Kira berusaha menghiburnya. "Ren, kalau Hikari emang sahabat loe, dia ngga bakal ngebuat loe menderita kayak gini."
"Tapi, Ra.. Hikari tuh sahabat gue. Gue ngga mau kehilangan dia."
"Ren, seorang sahabat itu pasti ngerti. Kalau ngga bukan sahabat namanya."
"Ngga! Kami sahabat! Gue percaya sama Hikari."
"Kalau gitu loe ngga harus nyembunyiin perasaan loe. Iya kan? Lagipula menurut cerita loe, kalian berdua-dua sama-sama sedih kan? Bukankah itu tandanya kalian itu saling sayang dan ngga mau menyakiti satu sama lain. Gini deh, kalau kalian emang sahabat sejati, hal ini akan berlalu seiring berjalannya waktu. Udah, jangan nangis! Nanti orang-orang nyangka gue cowok yang tega bikin cewek nangis." bujuk Kira.
Tangis Rena terhenti. "Mungkin loe bener. Tapi, gue ngga tahu apa gue bisa ngelakuinnya. Thanks ya, Ra! Berkat loe gue jadi sedikit lega."
Aku cepat-cepat beranjak dari situ sebelum Rena menyadari aku menguping pembicaraannya. Selain itu, aku tidak mau mendengar lebih jauh lagi. Sementara itu, perkataan Kira terus terngiang di kepalaku. "Sahabat itu pasti ngerti. Kalau ngga bukan sahabat namanya.". "Sahabat itu pasti ngerti. Kalau ngga bukan sahabat namanya.". " Sahabat itu pasti ngerti."

Kupandangi PR Matematika yang tergeletak di meja belajarku. Belum satupun kukerjakan. Bukannya aku tidak mau mengerjakan atau soal-soalnya terlalu sulit tapi aku tidak bisa berkonsenterasi sama sekali. Kejadian tadi siang terus memenuhi pikiranku. Sekarang aku merasa aku adalah sahabat terburuk di dunia.
Aku mengambil air wudhu dan pergi shalat. Ketenangan mulai menyusupi hatiku. Saat itu aku teringat kata-kata bijak yang diucapkan oleh Johan Wolfgang "When a friend is in trouble. Don't ask him what you can do but think what you might do to help him". Yang artinya "Saat seorang teman dalam masalah. Jangan bertanya padanya apa yang dapat kau lakukan tapi berpikirlah apa yang mungkin kau lakukan tuk menolongnya". Sudah kuputuskan apa yang sebaiknya kulakukan dan kuharap keputusan ini tepat. Ya Allah, bantulah aku.

"Ren, ada yang harus kubicarakan denganmu." kataku serius begitu menyimpan tasku. Wajah Rena menunjukan bahwa dia terkejut melihat gelagatku tapi dia tidak berkomentar apapun dan menggangguk.
"Um.. aku mulai dari mana ya?"
"Ada apa?" tanyanya keheranan.
Aku menghela napas. "Begini, sudah beberapa hari ini aku memikirkannya dan aku putuskan untuk merestui hubunganmu dengan Yusaku. Dengan kata lain, aku merelakannya."
Hening. Aku menunggu Rena bicara atau melakukan sesuatu tapi Rena tidak memberikan reaksi apapun. Aku pun kembali membuka mulut. "Gimana, Ren? Kamu senang kan?"
Rena memandangku takjub tidak percaya, sejurus kemudian pertanyaan-pertanyaan meluncur dari mulutnya. "Loe serius kan? Loe ngga marah? Loe ngga cemburu? Loe yakin? Ngga nyesel? Loe ngga kerasukan kan? Loe.."
Aku meletakkan telunjukku di mulutnya agar dia berhenti bertanya dan kemudian aku mengangguk sambil tersenyum. Rena ternganga. Ia meloncat kegirangan. "Hug me!" teriaknya. Teman-teman langsung menatap kami kebingungan. Tapi siapa peduli, kami tetap berpelukan.
"Thank you so much! Thanks a million! Thanks a lot! Arigatou! Hatur nuhun! Hikari, kamu memang sahabatku."
"Don’t mention it."
Kuharap ini yang terbaik. Ya Allah, bantulah aku melupakan Yusaku. Aku tahu mungkin nanti aku kan menyesalinya tapi saat ini aku ingin membuat Rena bahagia dan aku rasa ini adalah jalan keluar terbaik.
Suara Rena memecahkan keheningan. "Padahal tadinya gue udah ngerelain Yusaku lho... Tapi.. gimana gue ngomong ke Yusaku? Terus.. emang dia masih mau sama gue setelah gue nolak dia?"
Oow.. aku lupa memikirkan yang satu itu. Kami saling memandang dalam bingung.
“Sudahlah... Mungkin lebih baik kita berdua merelakannya. Benar kan?” usul Rena.
Aku tidak tahu harus menjawab apa atas usul Rena. Tapi, akhirnya aku mengangguk pelan. Dan kemudian Rena tersenyum.

"Hi!" sapaku pada Kira saat berpapasan di lorong sekolah.
'Hi juga!" balasnya.
Aku hampir saja melangkahkan kakiku tapi aku teringat sesuatu.
"Eh, Ra. Bisa bicara sebentar?"
"Tentu saja"
"Sebenarnya beberapa hari yang lalu tanpa sengaja aku mendengarkan pembicaraanmu dengan Rena."
"Ah!" kata kira tanpa sadar dan mulai salah tingkah. Dia sepertinya tidak tahu harus berbuat apa.
"Maaf. Tapi, ada satu hal yang membuatku penasaran. Kamu menyukai Rena bukan? Tapi, kenapa kamu menyetujui hubungannya dengan Yusaku?"
"Hm.. sebenarnya simple aja. Bagiku, Cinta adalah sesuatu yang fitrah. Kita tidak dapat memungkiri hadirnya cinta. Setiap orang pasti pernah jatuh cinta. Hanya perlu diingat, cinta itu milik Allah dan bermuara kepada-Nya.” Aku benar-benar kagum mendengar ucapan Kira. Ngga kusangka ternyata dia itu cowok yang bijaksana.
“Dan satu hal lagi yang perlu diingat bahwa patah hati adalah hantu yang berkali-kali datang saat kamu hidup. Bukan tuk dihindari, ditakuti, tapi disikapi. Saat kamu mampu menghadapinya. Kamu setahap menjadi Pencinta Sejati."
"Subhanallah.. kata-katamu benar-benar keren! Kau ternyata bijaksana juga ya?" tanyaku takjub.
"Iya dong. Gue gitu lho.” Kira nyengir lebar. “Hehe.. becanda. Sebenarnya itu bukan kata-kata gue. Gue ngedapetinnya saat membaca novel Love Story karya Leyla Imtichanah."
"Dasar!" kataku. "Oh ia, satu hal lagi. Kenapa waktu itu kamu batal nembak Rena?"
"Err… Sebenarnya.. Jangan bilang siapa-siapa ya!! Gue tuh alergi sama katak. Pas ngeliat katak, gue bisa langsung muntah-muntah atau gatal-gatal di seluruh tubuh. Makanya saat itu gue cepet-cepet lari. Gue kan malu kalau muntah di depan Rena. Selain itu, nanti dia nyangka gue takut sama katak padahal kan gue alergi. Alergi sama takut beda, kan?"
"Hahaha…  Kamu tuh aneh ya?"
Wajah Kira bersemu merah. Aku pun menghentikan tawaku. "Maaf, sudah menertawakanmu. Tapi, aku benar-benar berterima kasih padamu. See you!" kataku beranjak pergi.
"Eh, mau kemana?" teriak Kira.
"Mau ke perpus." sahutku.
"Ooh.." mulutnya membentuk huruf O. "Oh ia, soal Yusaku biar aku yang urus. Rena sudah cerita padaku." Teriaknya lagi.
"Thanks! Bye!" jawabku.
"Bye!" balasnya.

Dengan malas aku pergi ke perpus. Kalau bukan karena tugas karya tulis, ngga bakal deh aku menginjakkan kakiku ke sini. Kupandangi buku-buku di rak satu persatu. Tapi, aku masih belum menemukan buku yang kucari.
"Lagi nyari buku apa?" tanya seorang cowok tiba-tiba dan membuatku kaget.
Aku celingukan karena mungkin dia tidak bicara padaku. Tapi, saat itu hanya ada kami berdua. "Kau bertanya padaku?"
Ia mengangguk sambil tersenyum. "Hm.. Sebenarnya aku ngga tahu judul bukunya. Apapun boleh, selama tentang perkembangan teknologi."
"Oh.. Sebentar ya!" katanya dan kemudian menghilang dari pandangan. Tak lama dia muncul dengan buku yang kucari.
"Thanks ya!" kataku.
"Sama-sama. Ngomong-ngomong, kau jarang ke perpus ya?"
Aku bingung mau menjawab apa. Ngga mungkin ngaku habis malu-maluin. Jadi, aku cuma nyengir lebar. Tapi, kalau diperhatikan cowok ini cakep juga. Kok bisa aku ngga melihat dia selama 3 tahun ini? Kemana aja ya aku selama ini? Atau jangan-jangan dia murid baru?
"Oh ia, namaku Adagio Higuchi." katanya sambil mengulurkan tangan.
"Hikari Kiara" balasku.
"Sudah tahu kok."
"Ng?". aku menatapnya heran.
"Mungkin kamu sudah lupa tapi kita pernah bertemu saat MOS. Saat itu kamu kesulitan membawa barang-barang dari ruang peralatan. Kebetulan aku lewat dan membantumu. Ingat?" jelasnya.
Aku salah tingkah. "Oh My God! Aku kok ngga ingat ya?!" seruku dalam hati. Dengan melihat raut wajahku, kayaknya Adagio mengerti karena kemudian dia berkata "Sudah lupa ya?"
"Maaf ya!" jawabku dengan nada menyesal.
"Ngga apa-apa kok. Yang penting kamu tidak berubah sama sekali. Aku suka kamu yang seperti ini." Ujarnya.
Aku menatapnya tidak percaya. Kalian dengar kan yang barusan diucapkannya? Aku ngga salah dengar kan? Dia bilang dia suka padaku. Bagaimana bisa?! Entahlah.. mungkin kalian mengira aku GR tapi suer deh aku melihat wajah Adagio berubah merah padam dan kemudian dia meminta izin tuk pergi.
Aku yang belum sepenuhnya memahami yang terjadi mengejarnya. Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama. Karena mungkin ini kesempatan kedua yang Allah berikan kepadaku."Adagio!!" teriakku. Adagio menghentikan langkahnya dan membalikan badan ke arahku.
"Ng.. apa aku bisa minta nomor Hpmu?" tanyaku.
Senyuman menghiasi wajah Adagio dan kemudian kami bertukar nomor Hp. Mungkin saja kisah cintaku baru saja dimulai.


Teet! Teet! Teet! Bel tanda pulang sekolah baru saja berbunyi.
"Hikari, kenapa sih daritadi Loe senyum-senyum sendiri? Lagi senang ya?Ada apa nih?" tanya Rena.
Aku menggeleng. "Tunggu aja tanggal mainnya. Nanti juga kamu tahu".
"Ya udah. Tapi, nanti jangan nyesel karena ngga cerita sama gue ya! Sampai besok!"
"Dasar aneh!" sahutku.
"Aneh?" tanyanya dengan muka polos sambil mengerutkan dahi.
"Ya!" aku tersenyum jahil sambil menyentil kepalanya. "Makanya aku mau jadi sahabatmu. Tuh datang satu lagi orang aneh." Aku menunjuk Yusaku yang sedang berjalan ke arah kami.
"Sudah kuduga kamu di sini. Tahun depan sudah SMA, badannya tinggian dikit!" ledek Yusaku.
"Uuggh.." kata Rena geram sambil pasang muka cemberut.
Aku cekikikan. "Kalian pasangan yang aneh."
Rena dan Yusaku berpandangan heran dan tersenyum penuh arti. "Hikari, denger ya! Gue ngga mungkin jadian sama cowok rese kayak Yusaku." Kata Rena dengan nada mengejek.
"Huu.. siapa juga yang mau jadian sama loe? GR banget sih!" balas Yusaku ngga mau kalah. Rena mendelik marah mendengarnya.

Aku bergantian memandang mereka berdua, keheranan. Karena kupikir akan ada pertengkaran seperti biasa. Tapi, ternyata tidak! Rena yang mengerti bahwa aku kebingungan memilih tuk bicara. "Gini, Hikari sayang. Gue sama Yusaku sudah memutuskan saat ini kami berdua mau fokus sama pelajaran. Jadi sekarang cowok rese ini tuh guru privat gue. Atau bisa dibilang hubungan kami masih sebatas teman. Liat nanti deh soal jadian apa ngga” Yusaku mengangguk “Tapi, doain aja ngga. Pasti gue dapat mimpi buruk sampai mau jadian sama dia.". Yusaku melirik tajam pada Rena karena omongannya yang terakhir.

Aku tidak percaya dengan yang mereka katakan. "Kalian benar-benar pasangan yang aneh. Aku ngga mengerti jalan pikiran kalian. Maksudku, setelah semua hal yang terjadi dan akhirnya hanya seperti ini?” aku menggelengkan kepala. “Pantas aja kalian cocok." kataku terheran-heran. Rena dan Yusaku cuma mengangkat bahu dan saling menatap seolah dunia milik mereka berdua, sementara yang lain ngontrak. Bikin kesel orang yang melihat.

Tapi setelah itu kami bertiga tertawa terbahak-bahak. Kalian tahu? Mungkin benar kata orang bahwa sahabat sejati seperti intan yang sulit tenggelam dan sulit didapat. Tapi cinta kan masih bisa dicari. Intinya, lebih sulit mencari sahabat dibandingkan mencari pacar.

Yusaku berbisik di telingaku "Trims! Gue berhutang sama loe!"
Aku tersenyum mendengarnya. Yang jelas saat ini aku merasa aku adalah gadis paling beruntung sedunia. Bahkan ini akhir yang terlalu bagus untukku. Ini lebih dari yang terbaik. Ya Allah, Thank you so much!!!!

THE END

Dilema Ismi

|

“Ismi aku menyukaimu. Maukah kau menjadi pacarku?”

Ismi benar-benar tidak dapat mempercayai yang baru saja didengarnya. Hatinya berdegup kencang. Dua buah kalimat yang baru saja didengarnya itu adalah kalimat yang telah dia tunggu selama ini. Dan akhirnya keinginan itu tercapai juga. Terlebih lagi yang mengucapkan kalamat tersebut adalah Ilham, cowok yang selama dua tahun terakhir ini Ismi mimpikan di setiap tidurnya.

Ismi menginjak kaki kirinya dengan kaki kanannya, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi. “Ouch! Sakit!” gumam Ismi. Bagus! Tandanya ini bukan mimpi. =D Ingin sekali rasanya Ismi teriak sekencang-kencang memberitahukan hal ini pada seluruh dunia.

Akan tetapi, sekelebat ingatan percakapannya dengan Rudi beberapa hari yang lalu muncul di benaknya, merusak kebahagian yang kini tengah Ia rasakan.


“Mi, loe tahu ngga, tadi si Ilham nanya ke gue, dia minta saran lebih baik dia milih loe, Icha, atau Vina?” kata Rudi bersemangat.

Ismi menggeleng. “Terus?” tanyanya penasaran.

“Teruus gue jawab LOE-lah. Gue suruh dia supaya milih loe. I mean si Icha kan udah punya pacar, ngapain juga si Ilham masih ngarep. Terus kalau si Vina, kan loe tahu sendiri dari sikapnya dia ngga suka sama si Ilahm. Jadi, gue suruh sama elu aja.” jelas Rudi.

Ismi nyengir lebar mendengarnya.

“Loe mesti berterima kasih sama gue.” ujar Rudi bangga.

“Iya, iya”. Ismi manggut-manggut.


Kalau diingat-ingat lagi dengan menganalisis ucapan Rudi, Ismi sadar Ilham tidak benar-benar menyukainya. Dia hanyalah pilihan ketiga sekaligus last choice. Kalau Vina atau Icha mau jadian sama Ilham,pasti saat ini takkan menembaknya. It’s so pathetic. Kesedihan dan keraguan menyusupi hati Ismi, tidak mengizinkan senyum merekah di wajahnya. Hati Ismi berkecamuk. Haruskah dia menolak Ilham padahal ini adalah saat yang telah dia nantikan? Haruskah dia abaikan analisanya? Ismi benar-benar bingung. Tanpa Ia sadari, air mata mengalir dari kedua matanya.

“Ilham, aku benar-benar minta maaf. Tapi bisakah kau beri aku waktu untuk memikirkannya?” tanya Ismi lirih.

Wajah Ilham menunjukkan kaget yang kentara dan menaikkan sebelah alisnya. Namun, nalurinya menyuruhnya untuk tidak bertanya kenapa sehingga Ia hanya mengucapkan “Baiklah, jika itu maumu, Hime1.” sambil mencium tangan Ismi dan kemudian berlutut.

“Trims!” Ismi segera angkat kaki dari taman sekolah walaupun sebenarnya dadanya berguncah karena perlakuan Ilham barusan. Namun, hal itu justru membuat Ismi makin tak kuasa menolaknya.
...
Sore harinya di rumah Ismi

Ismi masih tertidur di kamarnya karena Ia kecapaian menangis. Tadi begitu sampai ke rumah, Ismi membenankan dirinya di bantal dan kaur kesayanganngya dan menangis sejadi-jadinya. Namun, nada dering di handphonenya berbunyi mengusik ketenangannya. Ismi menghiraukan bunyi tersebut. Ia berpura-pura tak mendengarnya. Ismi menutup kedua telinganya dengan bantal. Sayangnya hal itu tidak berhasil, sang penelepon juga sepertinya tidak mau kalah karena handphone Ismi masih terus berdering.

Saat ini, Ismi mengutuki dirinya sendiri karena lupa mensilent handphonenya sebelum tidur. Dia sedang malas menerima telepon karena perasaannya sedang kacau balau. Ismi baru saja mau me-reject telepon tersebut tapi karena ternyata layar handphonenya menunjukkan nama Rudi, sahabatnya yang menelepon, Ia membatalkan niatnya tersebut. Dengan enggan, Ismi mengangkat telepon tersebut.
“Hallo, Rud. Ada apa?”

"Mi.. Akhirnya diangkat juga. Loe tadi kemana sih?”

“Tidur.” jawab Ismi singkat,padat, jelas dan dengan nada jutek mengindikasikan bahwa dirinya sedang malas menerima telepon. Tapi Rudi sepertrinya tidak menangkap sinyal tersebut karena Ia malah menggoda Ismi.

“Ooh.. Pantesan... Kirain ada alien yang nyulik loe. Hehe..”

Ismi tersenyum. “Dasar! Ni cowok masih sempet-sempetnya bercanda.” batin Ismi.

“O ia, ada apa?” Ismi mengulang lagi pertanyaanya.

“Mestinya gue yang nanya gitu. Ada apa dengan loe?”

“Loe kok?!”

“Gue denger dari Ilham katanya loe minta waktu buat ngasih jawaban ke dia. Ngga seperti Ismi yang biasanya, blak-blakan, selalu bilang apapun yang dia rasain kapan pun itu. Tahu ngga? Gara-gara itu Ilham ngga yakin kalau loe suka sama dia. Sebenarnya ada masalah apa sih?”

Ismi menghela napas. Ia berusaha menahan tangis.

“Ilham ngeraguin gue? Bukannya gue yang seharusnya ngomong kayak gitu?!” bentak Ismi.

Rudi tahu betul Ismi jarang sekali marah. Dia jadi khawatir dengan kondisi sahabatnya ini. Selain itu, Rudi mendengar isak tangis dari handphonenya.

“Mi, loe jangan kemana-mana ya.. Gue mau ke rumah loe sekarang. Kalau bisa sih udahan dulu nangisnya. Nanti, pas gue nyampe baru loe lanjutin lagi.”

“Sialan loe! Gue lagi sedih gini malah diajakin bercanda!” umpat Ismi. Tapi, usaha Rudi sukses karena saat ini Ismi menghapus air matanya.
“Ya udah, gue tunggu. Yang cepet ya.. gue kasih waktu 15 menit. Kalau ngga, gue ngga bakal bukain pintu.”

“Rebes, Bos!” sahut Rudi sambil hormat laksana tentara. Tapi percuma, wong Ismi ngga ngeliat.

“Gue tunggu ya.”

bersambung...

Creative Commons License
Dilema Ismi by Hana Bilqisthi is licensed under a Creative Commons Attribution 2.1 Japan License.
Based on a work at shirinotaku.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at shirinotaku.blogspot.com.

I feel good

|
Hana seneng banget pas ngelihat kalender hari ini. Kalian tahu kenapa??? Hari ini tuh 10 bulanan Hana jadi adik angkatnya Kak Ibud..
Hana bener” ngga nyangka...
Kak Ibud jadi kakak angkat Hana aja masih terasa seperti mimpi..
Habis selama ini Hana sering berkhayal punya kakak angkat, cuma Hana ngga terlalu ngarep banget soalnya Hana bukan tipe yang mudah bergaul.. apalagi sama kakak kelas..
Dan Kakak Ibud tuh bener” jauuuuh lebih bagus dan lebih baik dari yang Hana harapkan.
Apalagi ternyata kami jadi kakak-adek bisa bertahan selama ini..
Sampai saat ini, kalau Hana inget hana punya kakak angkat sebaik dia.
Ngga ada hentinya deh Hana ngucapin syukur kepada ALLAH..
cuz he is too good to be true..
=D

Hal lain yang membuat hana senang hari ini tuh Alhamdulillah ulangan MTK Hana dapet nilai 82.5 dan itu tuh paling tinggi di kelas Hana atau XI IPA 1.. Yeah!! Hurray!! Cihuy!!
=D

Dan ngomong” tentang IPA1, ada hal yang mengusikku pikiranku selama ini yaitu kenapa Ibenk pake celana didouble (pake celana seragam abu” dan juga celana training olahraga) pas senam tiap sabtu???
Apakah dia ngga merasa kegerahan???
Atau emang karena sifat dasarnya yang males???
Tidakkah dia sadar saat dia pakai celana double, hal itu malah makin memebuatnya terlihat gemuk???
Dan yang makin membuatku penasaran, ternyata Ibenk bukan satu”nya cowok di IPA1 yang pake celana didouble. Anak” cowok di IPA1 juga melakukan hal yang sama.
It’s completely strange.
Kalian juga penasaran kan?

Usut punya usut,
Alhamdulillah pada senam sabtu kali ini pertanyaanku terjawab juga.
Ternyata penyebabnya adalah....
Taraaa!!!
(Tirai dibuka)
Muncul seorang remaja cowok disoroti lampu panggung dan dia adalah....
Abang, KMku tercinta yang punya sifat jail ngga ketulungan.

Kalian tahu apa yang dia lakukan???

Dia meloroti atau memerosoti celana anak” cowok sehingga celana boxer anak” cowok jadi tontonan di depan banyak orang, terutama cewek.
Walaupun cuma bercanda, namun hal tersebut melukai harga diri anak” cowok dan meninggalkan trauma cukup mendalam bagi para korban keisengan Abang.
Aku tertawa dalam hati saat tahu penyebabnya..
Dasar!!
KMku ini ada” aja”!!! (mengeleng-gelengkan kepala).
=)
Yah.. walaupun KMku ini sifat jailnya udah tidak tertolong lagi. Namun, dia benar” sosok pemimpin yang baik. Hana sebagai wakil KM dan bagian dari keluarga CINEMA, benar” kagum sama dia.
Bagaimana tidak??
Kostum drama Musikal tuh belinya pakai uang Abang. Terus waktu anak” di kelas bilang butuh suspender buat kostum drama Musikal. Sore harinya, dia pergi ke bandung buat beli suspender dan keesokan harinya kami sudah mendapatkan suspender.
Gila!!!
Can you imagine that?!
Selain itu, dia juga belai”in bawa satu dus aqua buat konsumsi anak” IPA1 latihan drama..
KMku baik banget ya???
^_^
Hana dan anak” IPA1 lainnya benar” beruntung memiliki dia sebagai KM kami.

O ia, tadinya tuh hari ini Kak Reza (but I call him Eza, sopan ya?? Hehe.. O ia, dia tuh kelas XII IPS 2) ngajakin Hana pergi ke sentra ponsel pas malming buat nemenin dia hunting Hp cuz dia disuruh ortunya ganti Hp..
Enak ya....
Ortu Hana mah tidak pernah menawarkan hal kayak gitu. Tapi, biarin deh.. hana masih beruntung punya Hp..
I mean banyak orang di luar sana mikirin makan aja susah.. boro” mikirin punya Hp...
Tul ga??

Tapi,Eza membatalkan niatnya tuk mengajakku pergi saat kubilang dia harus minta izin dulu ma my mom kalau mau mengajakku keluar... hehe..
Tapi untung juga sih.. kalau Eza jadi mengajakku keluar Hana ngga bakal ngetik diary ini. Hehe...
O ia, doain juga ya supaya karya tulis ilmiahku cepet beres dengan baik dan benar..
Amin..
Thanks a lot ya!!!!

Hari ini sangat menyenangkan..
Semoga besok lebih menyenangkan lagi..

Bad Day tuk pelajar MACET (Malas, Ceroboh dan Tolol)

|
Hari ini ada ulangan Fisika dan Bahasa Indonesia. Dan sialnya, Hana belum ngapalin.
Aduh.....!!!!! Mati aku!!!! Ini semua gara-gara PLN memutuskan aliran listrik ke kompleks perumahanku sehingga lampu di seluruh ruanganku padam.... (Gelap banget Bo!)
Aaaaarrrrrrggghhh!!!! PLN siaaalan!!!!! Ada dendam apa sih sama perumahan Hana????!!!! Masalahnya udah 3 hari 3 malam mati lampu mulu....
Jadinya, kemarin mulai dari jam 7 malam, Hana menghabiskan waktu hana dengan tidur ..

Sebenarnya sih jam 9 malam, my mom dah ngebangunin Hana cuz lampunya dah nyala.. Tapi berhubung pelupuk mataku dah terlalu berat untuk dibuka jadinya Hana melanjutkan pergi ke alam mimpi... dan berencana bangun sekitar jam 3 pagi tuk ngapalin... Cuma tololnya tuh Hana lupa pasang alarm jadinya ketika bangun... betapa terkejutnya aku, jam telah menunjukan pukul 5 pagi!!!

Jadinya Hana mesti buru-buru sarapan dan mandi pagi... sekitar jam 6 pagi, Hana udah siap tuk pergi ke sekolah... Cuma karena nunggu Chacoel yang lagi manasin motor, Hana melahap waktu dngan membaca bucat (buku catatan) Bahasa Indonesia ma Fisika.. (Buat yang ngga tahu, Chacoel tuh sepupuku yang tinggal di depan rumahku dan sebaya denganku, satu sekolah denganku, tapi untungnya beda kelas. Dia tuh kelas ASOSIASI alias Anak Sosial Satu Asik Sekali [XI IPS 1]. Sehingga hampir tiap pagi, Hana nebeng naik motor dia tuk berangkat ke skul.. hehe.. ☺ lumayan kan ngirit ongkos? Thanks a lot ya, Cha!!!)

Setelah tiba di skul, Hana malah tidak berminat untuk membaca buku paket. Hana merasa enggan alias malas tuj membacanya. Terlebih lagi, hari ini Hana dipinjemin novel Kambing Jantan karya Raditya Dika sama Iung.. Gilaaa!!!! Saaluuut buat yang bikin novel!!! Novel ini lucu dan gokiel abisss.... perut Hana sampai sakit perut gara-gara ketawa terus ( atau mungkin emang efek samping dari novel ini tuh nyebabaib orang sakit perut ya?).. yang jelas, ni novel tuh a MUST READ!!! O ia, buat Raditya Dika jangan lupa kasih komisi buat hana ya.. kan udah promosiin Novelmu.. OK? Ditunggu lho!!! hehehe... =D

Salah satu efek samping yang ditimbulakan setelah Hana baca Novel kambing Jantan, Hana jadi teramat kangen sama diaryku tercinta yang pastinya sekarang lagi tergeletak di salah satu sudut kamarku.. selain itu, Hana juga jadi pengen buru-buru pergi ke warnet karena ngga sabar buat posting lagi... Miss you so much, Shirin!!!

Balik lagi, ke ulangan. Walaupun tadi Hana cuma ngapalin rumus Fisika, examinationnya went sucsesfully alias berjalan lancar.. AlhamdulillaH.. Bahkan soal2nya pun kelewat mudah.. (Bukan bermaksud menyombong tapi emang kenyataan).

Yang sekarang jadi masalah bagiku cuma 1 yaitu apakah tadi Hana mengerjakan soalnya ceroboh atau nggga??? Cuz selama ini nilai ulangan” eksak Hana (pokoknya untuk urisan ngitung”) hampir belum pernah dapet nilai 100.. selalu bercokol en mandet di kisaran nilai 80-95.. I don’t know why.. Apakah seorang Hana terkena kutukan??? Aaarrrrggghhh!!! Tidak! Semoga bukan!!!! Yang jelas Hana BT!!! BT!!!

Sekali-kali Hana juga pengen dapet nilai 100.. bukannya tidak bersyukur tapi Hana pengen ngersain dapet nilai 100 di pelajaran eksak... please.. ya ALLAH!!!
Guru-guru Hana juga aneh kenapa nilai ulanganku BELUM ADA yang SERATUS??? Sekali lagi, bukan bermaksud menyombong tapi di kelas tuh hana termasuk siswa yang aktif “banget” malahan.. dan sering ditunjuk jadi tutor sama guru-guru.. aneh kan??? (Anehnya bukan aneh gara Hana tuh pinter, itu mah dari lahir..
hehe.. just pudding!! Tapi aneh karena................. ngerti kan??)

Dan jawabannya tuh Hana tahu pasti yaitu: ini SEMUA karena KECEROBOHANKU & sifatku yang TERGESA-GESA kalau mengerjakan soal... Dan akibatnya semuanya jadi berakhir sad ending alias BuRuK. Padahal tanpa kedua faktor tersebut dijamin deh nilai Hana pasti 100. cuz I knew I can do it!!!

Kadang” hana mikir mungkin Allah memang sengaja ngasih sifat ceroboh supaya Hana tidak jadi pribadi yang sombong sehingga Hana sadar kalau baanyaaaaaaaaaaaaaaak baangeeeeet orang yang jaaauuuuuuuuuuuuuhh di ataaaaaaaaaaaaas Hana.
Dan supaya Hana selalu jadi Hana yang rendah hati, rajin menabung, berbakti pada ortu, hormat pada guru, cinta pada nusa dan bangsa.
Hehe.. jadi malu.. =”>
Kalau inget hal itu, Hana bersyukur banget sama ALLaH... cuman emang sifat dasar manusia (Hana) yang ngga pernah puas. Jadinya sekali saja ya ALLah kumohon Hana dapet nilai 100.. amin... buat para pembaca blog Hana, jangan lupa doain Hana juga ya!!! Trims!!! Arigatou!!!

Nah yang jadi masalah selanjutnya adalah ulangan Bahasa Indonesia. Setelah membaca soal-soal , aku mulai menyilang jawaban di lembar soal..
Eeeh,,, tahunya ada lembar jawabannya Hana pun ditegur ma guruku..
Plus dapet bonus yang AMAT SANGAT menyenangkan, diketawain sama anak satu kelas..
Pertanda buruk lainnya Hana ngisi kolom kelas tuh kelas X2, bukannya XI ipa1.. Aduh,,, Hana errorr banget ya???
Dan setelah itu Hana senyam-senyum sendiri (bukan karena Hana gila lho!!! Dan bukan juga karena soalnya mudah.. tapi justru karena soalnya susaaaaaahhhhh buuuaaaanget!!).

“Sebenarnya soalnya ngga susah sih” kata guru Hana mah... “Karena semuanya ada di buku paket..”
Selesai guru hana ngomong gitu, hampir seisi kelas mengerang dan ber “Yaaaahhh...” (nada kecewa)
Ya, mene kite tehe..
Kenapa ibu ngga bilang dari kemarin” coba??
Hana dan temen’ kira kan ulangannya dari bucat...

Dan setelah itu, ternyata ulangannya langsung diperiksa..
OOOooohhhh..
TIIIDAAAAAKKK!!!
Oh my God!!
Batinku belum siap... dan juga ngga siap..
Seseorang tolonglah Hana...
Ada yang bisa nutupin mukaku ngga???

Dan kalian tahu ngga nilai ulanganku berapa???

E
M
P
A
T

K
O
M
A

E
N
A
M


Yup, nilaiku 4,6..........
hiks....
Teman-temanku nilai juga pada jelek tapi mereka sih bersorak kegirangan!!!
Cuz first time in their life, bisa ngalahin nilainya Hana Bilqisthi...
Walaupun nilai mereka jelek tapi nilaku lebih jelek lagi..
Huhuuhuhuhu.....
Makin sedih deh..
=[

Berakhir sudah masa remajaku yang menyenangkan.
It’s the end of the world..

Kenapa???!!!
Sekedar info tambahan my mom tuh guru bahasa Indonesia...
Hana ngeri ngebayangin betapa marahnya beliau if she knows my score test...
Pengen deh Hana bunuh diri,,,
Tapi, han inget dan tahu kalau suicide itu dosa BESAR dan bakal masuk neraka jadi Hana membatalkan niatku...

Pokonya selama perjalanan ke tempat les MTK (sekedar catatan tiap rabu Hana les MTK), Hana pasang emote sedih, murung, muram dan sejenisnya...
Terus lagu Trio kwek-kwek jadi theme songnya..
Kutakut Mamaku Marah..
Kutakut Papaku marah..

Sebenarnya Hana ngga mau sedih dan ngga mau dapet nilai ulangan jelek..
(Ya iyalah!! Semua orang juga ngga ada yang mau?!!?).
Soalnya Hana tahu menurut teori Law of attraction, kalau mood dan pikiran kita buruk maka kita hanya kan mengundang hal serupa ke kehidupan kita. Jadi, intinya nasib kita bakal sial kalau sedih.. So Hana berusaha melupakan hal buruk tadi dan mengembalikan mood bahagiaku.. namun sayangnya dalam perarungan antara Law of Atrraction VS Ketakutan dimarahin my mom..
Jreng!!! Jreng!!
Buk!!
Bag!!
Eits!!!
Mingir”!!!
Ouch!!
Aaww!!!
Uuggh..!!!
Iiiih!!!
Dan berakhir dengan teriakan kekalan “AAAGGGHHH!!!” dari Law of Attraction dan menyebabkan kepalaku bertambah pusing..
Cuz tu teriakan berdengung-dengung di kepalaku...

Untungnya Sasa (salah satu sepupuku juga yang sebaya denganku, rumahnya dekat rumahku, satu skul denganku, teman sekelasku kalau les MTK, tapi beda kelas dengan ku. Kelas dia mah The Fosfour alias The Fantastis Science Four [XI IPA 4] ) menghiburku.. Dia bilang Mrs. Einsten di kelasnya juga di her kok malah di pelajaran seni musik dan juga dapet nilai 4.6.. tapi dia (Mrs. Einsten) ngga sedih malahan baginya itu pengalaman sekali seumur hidup.. kapan lagi orang jebius dapet nilai jelek.. Hana pun jadi merasa baikkan setelah mendengarnya.. ^_^
Seperti telah menjatuhkan beban ratusan ton yang tadinya bertengger di pundakku..

Hana beruntung banget punya banyak sepupu yang bae.. dan menghibur Hana di saat sedih.. Hana emang the luckiest girl in the world!!!!
Hehe...

Dan sekaranglah saat yang dinanti-nanti....
Eng! Ing! Eng!
yaitu reaksi my mom ketika hana ceritain nilai ulanganku hari ini..
.
{Hana tahu mungkin kalian aneh kenapa hana mesti cerita nilai ulangan Hana padahal banyak banget remaja yang menyembunyikan nilai ulangan mereka yang jelek.. Ok, here the reasons..

First, My mom telah dengan sukses mendidikku menjadi orang yang jujur dan juga polos. Jadi, kalau Hana bohong pasti langsung ketahuan.

Second, dah dari kecil My mom tuh nanyain all about my activity di skul..So, dah jadi kebiasaan di keluarga hana, begitu pulang sekolah untuk melaporkan semua kejadian di skul.. Malah lebih mending cerita duluan cuz kalau ditanya malah jadi harus cerita hal yang tidak mau Hana ceritakan.. kalau cerita duluan kan Hana bisa menyunting dan mengedit dulu hal yang mau hana ceritain.. Hehehe..

Third, kebiasaan lain di keluargaku adalah jika mau ulangan kami (Hana & adik2 Hana) bakal minta doa ke my mom supaya dapet nilai bagus.. jadinya my mom tahu kami tuh ulangan apa aja..}

Jadinya, mau tidak mau Hana mesti cerita juga ke my mom.
dengan muka takut-takut dan agak sedikit gemeteran Hana menceritakan nilai ulangan bahasa indonesia Hana...
Dan tebak what happens next????
===================================================

My Mom senyum..
Dan bilang “Ngga apa2 kan yang nilainya jelek bukanya cuma Jeje aja.. “
(o ia, hampir lupa Hana tuh dipanggil Jeje di rumah, penjelasan lebih lanjut baca profil friendsterku di shirin_otaku@yahoo.com)
Ekspresi yang mengejutkan,bukan???
Aneh bin ajaib!!!
Hana kira my mom bakal ngamuk gitu karena anaknya dapet nilai jelek...
Tahunya NGGA...
MAKASIH BANYAK YA ALLAH!!!
Kau memang Tuhanku yang TERRRBAIIIKK!!!

Pelajaran moral yang kudapat hari ini beritahukanlah kejujuran meski resiko yang harus ditempuh teramat sangat berat dan menyakitkan...
Kalaupun sudah kalian lakukan dan endingnya tidak sesuai harapan ketahuilah sesuatu bahwa orang jujur tu disukai ma Allah!!!
Heheheee... peace... ☺

My lovely boy friend

|
Hari Sabtu, 21 November 2008

Alhamdulillah…. Gitarku dah bener dung!!!!!
Senarnya dah komplit.. bunyinya pun jreng.. jreng...
Yah.. walaupun Ibenk bilang gitarku bunyinya not delicious (emanknya gitarku bisa dimakan?!)..
I don’t care..
Selain itu, Hana dah punya nama buat gitar Hana yang tercinta, yaitu Faiz Negiu…
Mau tahu kenapa Hana namain gitu???
The reasons :
1. Faiz (dari bahasa arab) tuh artinya lucky, jadi cocok dung ma Hana yang merupakan Gadis paling beruntung sedunia… =) Tul ga????
Bahkan rencananya Hana mau namain anak pertama cowok Hana tuh Faiz.
(Kalau nanti Hana dah punya anak dan beneran namanya Faiz, ketahuilah anakku… Mamamu ini tidak bermaksud kok nyamain nama kamu sama nama gitar.. suer deh… (tangan Hana membentuk V alias peace)... habis namamu bagus banget jadinya Mama pake sekarang.. jangan marah ya, Sayang... ok?? ☺)
2. Negiu tuh bukan bahasa jepang lho... (mungkin kalian ngira negiu itu bahasa jepang... emang mirip sih sama kata dalam bahasa jepang yang berarti bawang merah alias negi). Tapi, Hana tekankan sekali lagi negiu itu bukan bahasa jepang.. Yah... walaupun Hana tergila-gila banget sama negeri sakura itu sampai sering mimpiin tinggal di sana... hehe... Negiu itu singkatan atau lebih tepat disebut akronim kali ya??? Dari kata Never Give Up .... kenapa never give up??? Cuz temen-temen Hana banyak yang bilang kalau gitar tuh susah tuk dipelajari apalagi sama cewek yang ukuran badannya lebih kecil dari gitar itu sendiri.. sehingga teman-temannya ngga percaya kalau dia bisa bawa gitar tapi justru sang GITAR-lah yang membawanya ke sekolah... =’(
Jadi, supaya diriku ini ngga berhenti di tengah jalan seperti waktu belajar keyboard (baca posting sebelumnya)... jenius kan???


Pokoknya saat ini hana lagi jatuh cinta sama gitar Hana... i love you so much, Faiz!!!!
Tiap hari hana peluk tu gitar... Hana juga dah nganggep tu gitar my lovely boy friend.. I’m in love at first sight with him... =”>

Sampai-sampai di kelas Hana nyayiin mulu lagu-lagu bertemakan cinta... hehe..
Dan akhirnya Ibenk pun nyangka hana lagi bersemu merah karena virus merah jambu dan menanyakan apakah hal itu benar .. dan tentu aja hana jawab IYA sambil menunjuk ke arah Faiz...
Ibenk pun bilang aku ini jadi sinting gara2 menjomblo selama 16 tahun...
yah... whateverlah..
yang jelas hana lagi fall in love..
Faiz, aishiteru!!!! Muach!! Muach!!!

Hana pun kembali melanjutkan nyanyi lagu leaving on a jet plane nya Chantal Creviazuk sambil mainin gitar
D D
So kiss me and smile for me
G G
Tell me that you’ll wait for me
D Em A
Hold me like you’ll never let me go..
D G
Cause I’m leaving on a jet plane..
D G
Don’t know when I’ll be back again..
Em A
Ooh.. Babe, I hate to go...


(Note : Jangan salahkan diriku yang tak berdosa ini jika setelah mendengar Hana bernyayi menimbulkan efek samping mual, pusing, terganggunya pendengaran, rusaknya kaca-kaca di sekitar anda, gangguan jiwa, dan membuat anda tidak lagi ingin hidup, , .. semau itu di luar tanggung jawab penulis... Hana hanyalah penulis yang polos dan lugu.. peace! ☺)

Guitar Lesson

|
Hari Rabu, 19 November 1008
Hari ini tuh... M2 (Mr. Mingkem yang merupakan teman sekelasku) ngajarin Hana gitar. Hore!!!! =) Buat yang belum tahu, daridulu hana pengen banget bisa main alat musik, apa pun itu. Akhirnya kesampaian juga (Eh, belum ding kan baru belajar. Tapi Hana kan menuju ke sana. Doain aja ya!!!! Hehe..)

Dulu Hana juga pernah belajar keyboard ke Teh Kawaii ( Teh Kawaii tuh tetangga hana.. O ia, buat yang blum tahu Teh atau Teteh tuk panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa sunda). Tapi Teh Kawaii bilang Hana harus latihan fingering selama 3 bulan. Namun berhubung Hana orangnya tidak sabaran jadi setelah satu bulan latihan fingering, I give up... kalau Teh Kawaii baca blogku maaf banget ya,Teh.. Walau bagaimana pun juga, Hana sangat berterima kasih Teteh dah mau ngajarin Hana yang tidak tahu diuntung ini...

Balik lagi ke my guitar lesson, Hari ini Hana belajar kunci A sampai G. Dan yang ngajarin Hana tuh tiba-tiba jadi banyak padahal awalnya Hana cuma minta ajarin ke M2 ja. Pokoknya buat para cowok di kelas XI IPA1 atau CINEMA, Hana berterima kasih banget sama kalian yang telah berbaik hati mengajari hana padahal Hana sering banget jutek plus jahat sama kalian. Pokoknya kalau Hana jadi artis yang famous nanti Hana traktir kalian deh.. (Hehehe... ngayalnya ketinggian ya?). Tapi setelah dikasih tahu ini itu, yang paling Hana inget cuma kunci C (cuz kaya tangga), kunci D (mirip ma segitiga sama kaki), kunci G (terlihat bagiku seperti segitiga sembarang terus pas dipetik bunyinya enak) dan kunci A (kata Ibenk temanku “inget dji sam soe, maka Hana bakal inget kunci ini”). Terus hal yang paling membahagiakan Ibenk bilang kalau Hana tuh quick learner cuz waktu pertama klai dia jarin gitar dia cuma hapal 2 kunci sementara hana bisa hapal lebih banyak... yeah!!! Cihuy!!!

Hana jadi ngga sabar pengen mainin gitar yang ada di rumah... kangen.. kangen... Bel pulang sekolah cepatlah berbunyi... hana dah ngga sabar nih...

Begitu sampai di rumah, Hana langsung nyari gitar yang baru aja Hana kemarin dapet dari Kakak sepupuku, A Thinker (Penjelasan lagi: A tuh singkatan dari Aa, yang berarti kakak laki’ dalam bahasa sunda).. Tapi, tololnya Hana amnesia berat kalau senar gitar yang dikasih A Thinker kan senarnya ngga ada satu—senar paling bawah... Aaaaarrrrrrggghhh!!!!! Siaalaaan!!!!!

Hana langsung sms M2 minta bantuin buat benerin, kalau bisa sih di adateng ke humz hana sekarang juga... tapi, Hana inget kalau hari ini kan dia les.. jadi Hana sms lagi Hana bakal bawa gitarku besok supaya dibenerin sama dia besok...
Tapi, M2 tidak kunjung membalas SMSku....=(

Untung mengusir kebosanan akibat menunggu, Hana niatnya mau ngebersihin gitar A Teja dari debu-debu yang menempel.. Maklum sudah setahun tu gitar jadi pengangguran... Tapi mengingat Hana Bilqisthi alergi terhadap debu akibat asma yang telah dideritanya dari bayi. Hana Bilqisthi tidak berdaya dan merasa lunglai lemas akibat sedih yang mendalam, sedalam Samudera Pasifik... Ugh!!! BT!!! BT!!!

Siapa sangka, Tuhan memang Maha Pemurah Maha Penyayang Maha Penolong... Dia mengirin utusan-Nya tuk membantu Hana...Memey, adik ke-2 Hana Bilqisthi yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP menawarkan diri tuk membersihkan gitar tersebut... Hidup Memey!!!! Thanks God You’re Here!!!! ^_^

KAITO KID AND FOOLISH GIRl

|
KAITO KID AND FOOLISH GIRl

Day 1, Kantin 12:15
"Saat ini gue bener-bener pengen punya pacar. Jelek juga ngga apa-apa. Yang penting mau sama gue" ujar Marino tiba-tiba.

Aku benar-benar kaget mendengarnya, hampir saja aku tersedak. Aku ngga salah dengar kan? Marino pengen punya pacar? Maksudku, aku sudah mengenalnya selama 2 tahun. Aku tahu itu waktu yang singkat untuk mengenal seseorang lebih jauh. Tapi, selama ini Rino selalu bilang dia ngga mau pacaran dulu. Selain buang-buang uang dan merepotkan, dia juga belum pernah benar-benar suka ataupun jatuh cinta sama cewek. Selama ini kerjaaannya hanya menggoda para cewek karena dia menikmati perasaan saat berhasil membuat para cewek GR. Intinya, selama ini dia hanya main-main dengan mereka.
Hal inilah yang membuatku nyaman berteman dengannya. Karena aku juga ngga mau punya pacar, sama seperti dia. Alasan lainnya karena di dunia nyata tidak ada cowok yang mirip tokoh utama cowok di komik-komik Jepang. Seperti Kaito Kuroba, Sinichi Kudo, Li Syaoran, Takuya Enoki, Uzumaki Naruto, Kakeru Takezawa, dan sebagainya. Aku sering berkhayal mendapat cowok seperti terutama Kaito Kuroba. Karena dia benar-benar keren saat menjadi Kaito Kid.

Yah.. mungkin terdengar gila, tapi sesekali bermimpi ngga apa-apa bukan? Last but not least, karena aku tidak mau menjadi bodoh seperti teman-teman cewekku. Setelah memiliki pacar yang mereka pikirkan hanyalah "si dia". Sehingga kerjaan mereka cuma melamun, bahkan saat jam pelajaran berlangsung. Bener-bener ganggu konsenterasi deh.. Jadi ga aneh jika otomatis nilai mereka pada anjlok. Selain itu, emosi mereka menjadi labil. Sebentar-bentar nangis, sebentar-bentar ketawa. Bagi yang ngga tahu mereka lagi diserang virus merah jambu pasti menyangka mereka sakit jiwa.

Ada kata-kata bijak yang menjadi panutanku tapi aku lupa siapa yang ngomong. Begini isinya "Orang bodoh belajar dari kesalahan sendiri sementara orang bijak belajar dari kesalahan orang lain". Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa pacaran itu banyak ruginya daripada untungnya. Yah.. walaupun ngga semua yang pacaran mengalami hal kusebutkan tadi tapi sebagian besar kan begitu. Dan aku tidak bisa menjamin diriku termasuk yang sebagian kecil jika pacaran nanti. Jadi, keputusanku ini tepat bukan?

Karena alasan-alasan tersebutlah, aku jadi nyaman saat bersama Rino. Soalnya jika bersama teman-teman cewekku mereka selalu bertanya kapan aku punya pacar, mengatai aku kuper dan munafik karena ngga mau punya pacar.

Mereka juga salah paham dengan keputusanku untuk tidak punya pacar, mereka malah mengartikan bahwa aku ngga mau atau ngga pernah fall in love karena prinsipku tadi. Padahal aku pernah, bahkan sering jatuh cinta. Tapi, aku ngga mau melanggar prinsip yang sudah kubuat. Bahkan mereka pernah nyomblangin aku dengan beberapa cowok. Luckily, usaha mereka ngga berhasil karena aku tuh bukan tipe idaman para cowok. Para cowok kan ngga suka gadis pintar sepertiku, harga diri mereka pasti terluka jika punya cewek yang lebih pintar dari mereka.

Hal inilah yang membuatku risih. Bukan karena aku bukan tipe idaman para cowok lho. Kalau hal itu sih aku benar-benar bersyukur karena telah membantuku menjalankan prinsipku. Tapi, karena teman-teman cewekku sering MEMAKSAKU untuk punya pacar. Berbeda jika bersama Rino, kami berdua merasa nyaman karena kami puas dengan status kami yang single alias jomblo. Hidup jomblo!!!

Jadi, aku rasa sekarang kalian mengerti kan kenapa aku super duper kaget mendengar ucapan Rino.

"Hah?! Rino becanda kan?! Bukannya kamu ngga mau punya pacar?” tanyaku dengan ekspresi kaget plus ngga percaya. “Kamu serius, No? Lalu gimana dengan janji kita untuk jadi jomblo sampai selesai SMA?”

"Maaf, lo bilang apa barusan? Gue ngga denger habis di sini berisik banget." jawabnya setengah teriak.

"Ngga, bukan apa-apa. Anggap aja Rino ngga pernah denger." jawabku ketus

"Hei, jangan bikin gue penasaran dong. Loe ngomong apa tadi?"

"Sorry ya ngga ada siaran ulang." jawabku sambil menggelengkan kepala. Masa Rino ngga tahu kalau aku paling benci sama orang yang ngga dengerin ucapanku.

"Hei, jangan ngambek dong. Gue tratir makan deh. Mau ga? Tapi, syaratnya loe harus ngasih tahu tadi lo ngomong apa. Gimana?" bujuknya.

Kulirik Rino secara perlahan. Sepertinya saat ini aku lagi pasang mupeng (muka pengen). Karena sebenarnya aku pengen banget ditraktir sama Rino. Dengan begitu uang makan siangku dapat ditabung buat beli komik. ‘Hei, apa yang kamu pikirkan, Nia? Tidak boleh! Kau ngga mau memakan kembali sesuatu yang telah kau muntahkan, bukan?’ batinku.

Melihatku yang tidak memberikan reaksi apa-apa, tiba-tiba Rino mengelus-ngelus rambutku dan berkata "Sudahlah, jangan marah. Mukamu jelek tahu kalau marah. Kalau loe ngga mau, gue ngga maksa kok." Mendengar hal itu, aku refleks menggembungkan pipiku dan menatap Rino dengan tajam.

Tapi anehnya, dia malah tersenyum. "Kenapa sih kalau marah loe selalu gitu? Tapi, Nia kalau marah lucu banget. Gue gemes ngeliatnya.".
Aku tetap melanjutkan protes diamku. Rino kemudian melirik jam tangannya "Eh, sebentar lagi masuk. Gue duluan ya! Dah!!!" katanya sambil melambaikan tangan.
‘Hei, masa dia meninggalkanku begitu saja?!’

"RIIIINOOO REEEESEEE!!!!! Tungguin Nia.." akupun mengejar Rino yang terlebih dulu meninggalkan kantin dan tentu saja setelah membayar makan siangku.


"Nia… temenin gue nonton pertandingan basket dong" bujuk Shasa, saudara sepupu sekaligus tetanggaku.

"Ngga mau! Ngga lihat apa kalau Nia lagi baca komik." ucapku sewot. Sekedar info, aku juga paling ngga suka diganggu saat baca komik.

"Loe kayak ngga tahu aja, Ogie kan tampil. Masa gue sebagai pacarnya ngga nonton and ngga ngasih support ke dia?"

‘Itu sih DL (Derita Loe).’ ujarku dalam hati. Shasa kayak ngga tahu kalau Nia paling males pergi ke acara gituan. Selain berisik, basketball court kan ngga nyaman buat baca komik. Pasti Nia BT banget karena ngga ada yang bisa kulakukan di sana, sementara Shasa sih enak-enakan pacaran sama Ogie. Ngga banget deh.

"Nia, please… nyokap gue ngga bakal ngasih izin kalau gue perginya ngga sama loe. Nia, please…" rengeknya "Ayolah, ntar gue beliin loe komik. Ikut ya?"
"Beneran nih?!" tanyaku tak percaya
"Ya iyalah masa ya iya dong" jawabnya sambil mendelik marah.
"Ok! Kalau gitu Nia ganti baju dulu ya!"
"Cepetan ya! Ngga pake lama." teriaknya
"Rebes, Bos!" sahutku

Setelah ganti baju, aku dan Shasa pergi ke GOR Panatayuda, tempat pertandingan basketnya berlangsung dengan menggunakan motor. Tentu saja Shasa yang bawa motornya, cause Nia ngga bisa bawa motor. Tak sampai 5 menit, kami sudah sampai karena jarak rumah kami ke GOR lebih kurang 4 km.

Untungnya saat tiba di sana, pertandingan basketnya baru saja dimulai. Jika tidak, pasti saat ini Shasa lagi menggerutu karena telah terlambat datang. Tapi di sisi lain ini neraka bagiku karena berarti aku akan lama disini. Aaaaarrrrggghhh!!!! BT! BT! BT! Pertandingannya cepatlah selesai... Nia pengen cepet-cepet pulang dan baca komik. Aku mengutuki diriku sendiri karena lupa bawa komik. Kalau saja Shasa ngeburu-buru pasti aku sekarang sudah selesai baca komik Detektif Conan yang terbaru. "Sabarlah Nia, sabar!! Bayangkan satu lagi komik akan bertambah di rak bukumu. Sabar." hiburku dalam hati.

Dan ternyata Nia harus bersabar lebih lama karena begitu pertandingannya berakhir, Shasa dan Ogie malah pacaran dulu di pojokan. "Tungguin gue dulu ya! Sebentar kok ngga bakal lama. Lagipula gue udah nyuruh Rino, sohibnya Ogie buat nemenin loe kok. Oh ia, denger-denger dia itu jomblo dan gue rasa tampangnya lumayan ganteng lho. Kalau kalian berdua jadian, loe kan jadi punya kegiatan dan alasan yang jelas kalau ada acara gini lagi. Terus kalau berhasil, jangan lupain jasa gue ma Ogie ya!" katanya tanpa titik dan koma. Aku hanya bengong, belum sempat mencerna ucapannya dan bahkan belum membantahnya. Kemudian dia melangkah pergi meninggalkanku dengan perasaan kacau balau. Yang benar saja? Dia bercanda kan saat menyuruh aku jadian sama Rino?

Tak lama kemudian Rino datang menghampiriku. "Jadi, loe saudara sepupunya Shasa ya?" tanyanya.

"Tentu saja, kau pikir aku siapa? Baby sitternya kah?" pikirku.
"Ya" jawabku tidak bersemangat. "Dan kau pasti Rino? Salam kenal." Kupaksakan diri untuk tersenyum.
"Kok loe ngga mirip sama Shasa ya?”
“Haloo!! Adik-kakak aja mukanya ngga mirip. Apalagi saudara sepupu?!”
“Oh iya, bener juga ya.” jawab Rino dengan wajah tak berdosa. “By the way, tadi Shasa nitip uang Rp 25.000 buat beli komik dan dia juga nyuruh gue untuk ngaterin loe. So, loe mau gue anterin beli buku? Or loe mau gue anter pulang?"

Ya ampun, Shasa! Dia emangnya ngga tahu kalau aku paling anti sama tipe cowok-cowok kayak Rino. Mereka emang ganteng. Tapi, aku yakin mereka sering banget gonta-ganti pacar karena mereka mudah sekali mendapatkan cewek. Hal itulah yang membuat mereka menyepelekan cewek.

"Err.. Thanks uangnya! Tapi kamu yakin mau nganterin Nia? Kamu ngga takut cewekmu cemburu?"
"Tenang ja, sekarang status gue jomblo kok."
"Aduh! Nia bego banget! Nia lupa kalu Shasa udah ngasih tahu kalau Rino jomblo" pekikku dalam hati. "Masa? Err… tapi loe lagi PDKT sama someone ga? Kalo ia, lebih baik ngga usah nganterin Nia"

"Tenang aja sekarang gue ngga PDKT or pacaran sama siapapun. Or loe takut gue bakal gigit? Tenang ja, gue bukan anjing kok." jelasnya. Walaupun begitu, aku setengah tidak percaya mendengar ucapannya.
"Sebenarnya gue ngga mau ungkit masalah ini tapi.." Dia menghela napas.
"Dulu, gue pernah punya pacar namanya Linda, dia cantik,ramah dan baik. Tapi, ternyata dia ngga serius suka sama gue. Dia dan temannya taruhan atau berlomba untuk dapat pacar duluan. Saat tahu hal itu, hati gue sakit banget. Karena itulah saat ini gue ngga mau pacaran atau PDKT dulu." ungkap Rino sambil menunduk sedih.

Aku tidak percaya cowok seperti Rino ternyata termasuk salah satu korban kekejaman cewek. Mungkin saja Rino tak seperti yang kukira. Pasti sangat menyakitkan jika orang yang kau sukai ternyata hanya mempermainkanmu. Rino maaf ya! Karena aku telah berprasangka buruk padamu.

Suasana menjadi hening. Aku menatap kasihan pada Rino. Kemudian Rino tersenyum manis. "Tampang loe serius amat sih. Gue ngga apa-apa kok. Tadi itu bohong. Hehehe... Sorry ya!”.
Aku langsung gondok mendengarnya. Teganya dia membohongiku. Pengen gue gampar Rino saat itu juga. Tapi, gue tahu marah ngga bakal menyelesaikan masalah.

“Ternyata benar yang Shasa bilang kalau loe tuh naïf. Hati-hati lho zaman sekarang punya sifat naïf itu jelek. Loe ngga takut nanti gampang ditipu orang, Foolish girl?" tambahnya.

Saat itu aku marah sekali pada Rino. Berani-beraninya Rino membohongiku dan mengataiku foolish girl. Seumur hidup, tidak ada seorang pun yang pernah mengataiku seperti itu. Bahkan Ibuku juga tidak. Pembuluh darahku naik. Amarahku siap meledak kapan saja. Dan tanpa kusadari, tanganku sudah menampar wajahnya.

"Kau keterlaluan!" kataku dengan mata berkaca-kaca menahan air mataku agar tidak jatuh berderai. Aku bergegas angkat kaki dari situ. Aku merasa kecewa dengan sikap Rino. Kutarik semua perkataanku tadi. Ternyata Rino sama saja dengan semua cowok ganteng yang menyebalkan.  I hate Rino!!!

"Nia!! Nia!!" aku mendengar Rino memanggilku. Tapi kupercepat langkahku karena aku tidak mau, larat tidak akan pernah menemui dia lagi. Air mata mulai mengalir di pipiku. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa kata-kata Rino begitu menyakitkan hatiku. I can't believe this! Saat ini aku benar-benar menyesali keputusanku setuju ikut pergi dengan Shasa. “Ayolah Nia, jangan pedulikan ucapannya, dia bahkan tidak mengenalmu. Berhentilah menangis. Air matamu terlalu berharga.” hiburku pada diriku sendiri. Kuseka air mataku, dan setelah itu aku tidak mendengar suara Rino lagi.

"Nia, bangun sayang! Sudah jam setengah enam, kau belum shalat subuh kan?" suara Mama membangunkanku.

"Ya, Ma! Sebentar" jawabku dan berjalan dengan gontai ke kamar mandi. Kenapa tadi aku bermimpi tentang pertemuan pertamaku dengan Rino? Apa karena kejadian kemarin? Entahlah, saat ini aku tidak mau memikirkannya.


Day 2, Tempat parkir sekolah, 06 : 25
“Hai Nia!!” sapa Latifa (Ifa), teman sekelasku.
“Eh, Hai juga!” aku tersenyum padanya. “Tumben banget datang pagi. Mangnya ada apa, Fa? Belum ngerjain PR ya?” tanyaku.
“Loe nyindir gue nih?” tanyanya sewot seraya melirik sinis padaku.
“Ngga, cuma aneh aja. Kejadian langka, aneh bin ajaib” sahutku.
“Sebenernya gue juga ngga mau datang pagi. Tapi, Bokap gue berangkat ke kantornya pagi-pagi. Katanya sih ada rapat. Kalau gue mau dianter bokap gue, mau ngga mau gue harus ikut berangkat pagi juga.” ungkapnya.
Aku nyengir lebar mendengarnya. “Wah.. berarti bokap loe harus sering-sering berangkat pagi nih.” sindirku.
“Udah deh.. gue lagi ngga mood bercanda. By the way, loe udah denger belum kalau Amrina suka sama Rino?”
“Hah? Yang bener?! Maksudmu Amrina anak X-4? Yang eksulnya cheers itu?” aku melongo tak percaya.
“Ya. Tapi, dia menyangka loe ma Rino pacaran jadi..”
“Enak aja! Sejak kapan gue sama Rino jadian?!” aku meninggikan nada suaraku.
“Sstt!” Ifa meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.
“Gue kan belum selesai ngomongnya. Lagipula, gue juga udah ngejelasin ke dia kalau kalian berdua cuma sobatan. Dia bilang kalau kalian emang cuma sobatan, dia minta bantuan loe untuk jadi mak comblang. Loe mau ngga?”
Pertanyaan Ifa mengingatkanku pada pembicaraanku dengan Rino kemarin. Kalau Rino tahu hal ini, dia pasti senang banget. Secara, baru kemarin dia bilang pengen pacaran. Tahunya udah ada cewek yang mau. Kok bisa kebetulan begini ya?
Tanpa menunggu jawaban dariku. Ifa kembali berbicara “Menurut loe, Rino bakalan mau pa ngga ya? Terus tipe ceweknya Rino kayak gimana sih?”
“Entahlah.. I don’t know. Nanti kan kutanyakan pada Rino.” jawabku.
“Kalau loe dah tahu, jangan lupa kasih tahu gue. Thanks ya!” ujar Ifa.
Aku hanya membalas ucapan Ifa dengan senyuman karena aku sama sekali tidak tahu harus berbuat dan berkata apa.

Di satu sisi, aku ingin Rino senang. Tapi, aku juga ngga mau kehilangan dirinya. Lebih tepatnya sih ngga mau kehilangan best friend. Karena dulu aku juga pernah mengalami hal seperti ini. Aku punya best friend bernama Wanda. Kami dekat dari TK. Tapi, ketika masuk SMP, semuanya harus berakhir. Karena semenjak Wanda punya pacar, kami tidak lagi menghabiskan waktu bersama. Dan aku tidak mau hal seperti itu kembali terulang.

Di sisi lain, Amrina pasti sakit hati jika dia tahu bahwa Rino tidak menyukainya tapi hanya butuh seorang pacar. Aku juga ngga ngerti apa sih yang merasuki Rino sampai dia ingin punya pacar. Padahal dia tidak menunjukkan gejala-gejala jatuh cinta. Apa dia lagi punya masalah keluarga dan butuh kasih sayang? Tapi, jika hal itu benar kenapa dia tidak percaya padaku? Uuuggghhh... Masalah ini membuat kepalaku pusing.

Teras X-3, 09:45
Saat ini aku sedang membantu Rino “Hunting cewek”.
“Hei, liat gadis arah jam 3. Menurut loe gimana?” tanyanya.
Aku celingukan mencari gadis yang dimaksud Rino. “Yang mana?”
“Yang lagi minum fruit tea, pake kacamata pink.” jelasnya.
“Ooh... Maksudmu Laudia? Ya, dia cantik. Tapi, sayangnya kamu ngga beruntung. Menurut gosip yang kudengar dia lagi PDKT sama Kak Adit, XII IPA 1.”

Melihat wajah Rino yang ngga peduli dengan info yang baru saja kusebutkan, sehingga aku menambahkan. “Dan sekedar catatan, mereka berdua saling suka. Jadi, kesempatanmu tuh kecil alias hopeless.”

Rino tertunduk sedih mendengarnya. Sementara aku nyengir lebar melihat ekspresi kecewa di wajahnya. Aku tahu aku keterlaluan tapi aku ngga mau kehilangannya.
“Gotcha! Gue ngga sedih kok.” ucap Rino seolah membaca pikiranku.
‘Sialan!’ umpatku dalam hati.
“Hmm... kalau cewek yang lagi ngobrol sama guru. Arah jam 12, gimana?”
“Gita? Dia sih lebih parah. Dia udah punya pacar, Kak Lutfi IX IPA 3. Udah deh, Rino nyerah aja. Nia benci Rino yang kayak gini.” aku merengut.
“Udah kalau loe cemburu, ngomong aja deh.”
“Najis! Siapa juga yang cemburu?!” aku menaikkan nada suaraku. “Yang Nia ngga suka tuh perlakuan Rino ke cewek-cewek itu. Rino pikir mereka tuh boneka apa?! Tinggal tunjuk langsung jadi pacar Rino?!” aku mendelik marah padanya.
Rino nyegir lebar dan mengacak-ngacak rambutku.
“Aaahh.. Rino!!! Rambut Nia kan jadi berantakan.” gerutuku sambil menyisir rambutku kembali.
Rino malah tertawa terbahak-bahak dan memegangi perutnya. Aku memicingkan mataku.
“Kenapa?” tanya Rino.
Aku menggeleng. Aku tahu Rino cuma bercanda jadi aku tidak marah padanya. “Ngga... cuma aneh aja.. Kok Nia bisa ya sobatan sama orang aneh kayak Rino?”
“Loe nyebut gue aneh?? Ngga salah tuh?! Bukannya loe lebih aneh dari gue, ya kan alien dari Mars?”
“Sialan!” cibirku.
“Kalau gue aneh, bukannya yang mau jadi sohib gue lebih aneh lagi? Gue bener kan?”
Aku berpikir keras, mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Rino. Harus aku akui perkataan Rino ada benarnya. Kenapa ya aku mau jadi sohibnya?

Creative Commons License
Kaito Kid with Foolish Girl by Hana Bilqisthi is licensed under a Creative Commons Attribution 2.0 Korea License.

Post Signature

Post Signature