Top Social

Laut tampak memikat

|
Laut tampak memikat mata. Aku takjub karena laut terasa kontradiktif, meski saat ini posisi sebagian bawah tubuhku berada di laut, tapi horizon laut yang luas membuatku merasa jauh. Aku menghela napas dalam-dalam, mengambil ancang-ancang untuk berteriak
“Aaaargh!”
Aku menoleh dan mendapati sahabatku mengacungkan kedua jempolnya sambil berkata
“Yuk, sekali lagi tapi kali ini sama-sama. Satu, dua tiga” dia memberi aba-aba
“Aaargh!’ kami sama-sama berteriak, tidak mempedulikan orang-orang di sekitar kami.
Ah, senangnya memiliki sahabat yang bisa diajak melakukan hal gila bersama. Kami terkikik dan menjauh.
Alhamdulillah terima kasih ya Allah atas segala nikmat yang Kau berikan padaku.


Image Courtesy of PublicDomainPictures / 18360 images at pixabay.com

We're fine

|
“Is it not funny? I have issues with my father and you have issues with your mother. I do understand why you want a stay at home wife, but I am sorry I can’t.”
“But I am not your father, Can you learn to trust me?”
He has a point.  
“I am not your mother, either. Can you learn to trust me if I choose not to be a stay at home wife?”
“Hmm.” He says. I think he understands my point now.
“I love you  and I realized you are not my father, but I am still scared. “
“If I let you not become stay at home wife, will you stay?”
He’s looking at me with expectant eyes, and I know he thinks I’m going to say yes.
 “Yes, but.. “I hesitated.  “Does not it mean you will be hurt by your decision?  Are you sure? I am sad if you are sad.”
“I am fine. You stress far too much,” He whispered. “ I am happy if you are happy.”
I laugh. “Lucky you love me, then.”
“Lucky for me it goes both ways.”

Image Courtesy of gubgib at freedigitalphotos.net

Rizqi Kesempatan

|
Salim A Fillah pernah bilang kalau Rizqi itu bukan hanya yang tertulis di slip gaji dan bukan soal apa yang sanggup dibeli. Hakikat Rizqi itu bukan soal berapa tapi apa nikmat yang kita rasa. (bisa baca artikel lengkapnya disini)

Hana jadi menyadari satu hal, Alhamdulillah karena kerja di majalah SWA, Hana berkesempatan bisa baca majalah-majalah dari Amerika Serikat seperti Times, Harvard Bussiness Review, Fast Company dan Bloomberg Bussiness Week, tanpa harus merogok kocek pribadi.
Kalau rizki hanya sebatas gaji, mungkin sulit bagi Hana membaca majalah-majalah tersebut karena uangnya udah keburu dipakai untuk kebutuhan primer yang lebih mendesak. Hehe



Alhamdulillah terima kasih atas kesempatannya ya Allah. (^0^)/






Pantas

|



"Cha, Kemal mengajakku menikah" ungkap Dita dengan nada cemas.

Aku bisa melihat kecemasan dan ketakutan di mata Dita. “Aku tidak mengerti. Bukankah ini berita bagus? Kau sudah lama menyukainya diam-diam bukan?” 

“Justru itu! Aku tidak mengerti apa yang membuat dia menyukaiku. Ini terasa tidak nyata, terlalu bagus untuk jadi kenyataan." Dita memejamkan matanya "Kau kan tahu dia lulus cumlaude, aktif di BEM, cakep, hebat dalam berorasi, shalat selalu tepat waktu, rajin puasa senin-kamis, sementara aku tidak sedikit pun menyerupai kehebatannya. Aku hanya gadis biasa, masih banyak gadis lain yang lebih cantik, lebih pintar. Rasanya tidak pantas bagiku bersanding dengannya. Mengapa dia memilihku? ”

 “Dit, jika dia memilihmu, bukankah tandanya dia merasa kau pantas bersanding dengannya? Lagipula, bukan tugas kita menentukan siapa pantas dengan siapa. Itu tugas Tuhan. ” 

“Entahlah. Aku takut, Cha. Bagaimana kalau dia salah mengenalku? Mungkin dia mengira aku sosok yang baik. Bagaimana jika setelah menikah, dia justru menemukan bahwa aku berbeda dari yang selama ini dia pikirkan? Bagaimana jika dia kecewa?”

"Dit, bagiku kau adalah sosok gadis yang ceria, optimis, tidak mudah menyerah, dan memiliki semangat yang tinggi untuk mengenal Islam dan memperbaiki dirinya. Jika aku laki-laki, tentu aku akan mengajakmu menikah.” 

“Kau bicara begitu kan karena kau sahabatku. Jangan membuatku keGRan. Aku tidak cantik dan pintar. Aku punya banyak kekurangan.”

Dita menatapku, masih terlihat ragu. 

Aku tidak percaya mendengarnya, ternyata Dita sahabatku ini rendah diri.
“Aih Dita, tidak ada manusia yang sempurna, begitupun aku dan Kemal. Apa yang membuatmu mau berteman denganku? Kecantikan kah? Kepintaran kah?”

Dita menggeleng, mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

“Begitu pula dalam memilih teman hidup, Ini bukan hanya soal kecantikan dan kepintaran. Kalau memang hanya itu, pernikahan bahagia hanya dimiliki oleh orang-orang pintar dan cantik saja. Jangan berpikir bahwa kau tidak cukup baik, kau baik, Dita. Belajarlah menerima dirimu dan mencintai dirimu sendiri. Kau layak dicintai." aku mengoceh panjang lebar menceramahinya.
"Bagaimana kalau tanya Kemal langsung saja, apa yang membuat dia melamarmu? Bertanya padaku tidak membantumu mendapatkan jawaban..”

Dita mengangguk lemah. Aku melingkarkan kedua tanganku di pundaknya, memeluknya, seraya berdoa semoga Dita bisa lebih percaya diri, percaya bahwa dirinya pantas untuk dicintai.




Kembali ke Masa Lalu?

|
Ada satu masa dimana kau bertanya adakah yang bisa kau perbuat untuk mengubah hal sudah terjadi
Kau ingin kembali ke masa lalu dan memperbaikinya
Berandai-andai jika aku tidak begini atau begitu mungkin hasilnya akan berbeda

Apakah aku ingin kembali ke masa lalu?
Mengulang kembali masa lalu?

Image Coutesy of Geralt at pixabay.com


Tidak, karena kemungkinan besar aku akan tetap membuat pilihan yang sama dan kesalahan yang sama.
Karena saat itu pengetahuan yang kumiliki membuatku  memilih keputusan tersebut
Membuatku melakukan kesalahan tersebut

Dan jika aku tidak memilih hal yang dulu aku pilih, mungkin...
aku tidak berjumpa dengan orang-orang yang beririsan takdir denganku di momen tersebut
Mungkin aku tidak belajar menghargai waktu
karena ada kesempatan dan momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup

Aku tidak pernah tahu rasanya menyesal
tidak pernah belajar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
berusaha dan berdoa yang terbaik
belajar hikmah-hikmah kehidupan lainnya

Kalau aku bisa kembali ke masa lalu dan mengubahnya,
mungkin aku dapat menghindar untuk sementara waktu
Tapi karena aku tidak belajar dari kesalahan di masa lalu, mungkin tinggal menunggu waktu aku kembali melakukan kesalahan yang tadinya aku hindari

Jika aku kembali ke masa lalu, Mungkin aku tidak belajar cara mengatasi masalah yang lalu atau cara bangkit setelah kegagalan
Bisa jadi konsekuensi yang kuterima lebih buruk atau lebih besar lagi
seperti terjebak lingkaran waktu yang seolah tiada akhir karena aku terus-terus menghindar bertemu kesalahan dan konsekuensinya



Alhamdulilla, aku bersyukur dengan hidupku saat ini dan tidak ingin berandai-andai mengubah masa lalu.
Segala urusan itu di tangan Allah
Hal yang sudah berlalu merupakan ketetapanNya
Ketetapan Allah adalah yang terbaik


Bagaimana kalau ubah saat ini saja? :)
Bismillah

Boyhood

|
Assalamu'alaikum.

Halo Guys, beberapa waktu lalu Hana baru selesai nonton Boyhood. Penasaran sama film ini setelah baca artikelnya di Kompas. Di artikel tersebut dibilang kalau film ini dibuat dalam waktu 12 tahun dan para pemainnya adalah orang yang sama, jadi beneran bisa liat perubahan fisik seseorang. Pas tahu fakta tersebut yang kepikiran di otak Hana adalah Gila, sabar banget ini orang-orang yang terlibat di dalamnya, Hana ngga tahu bisa sesabar itu apa ngga. Hal yang lain yang terlintas alhamdulillah untungnya pemerannya ngga ada yang mati selama proses pembuatan film, kalau ngga bisa sia-sia itu.

Image was downloaded from http://boyhoodmovie.com.au


Hal yang buat Hana makin pengen nonton film ini adalah karena salah seorang temen Hana bilang seru dan recommended buat belajar Psikologi Perkembangan. *loncat-loncat seneng*


Hana mau cerita kesan yang Hana dapet setelah nonton filmnya.
Overall seru. Film ini cerita seputar hidup Mason dan keluarganya.
Hana suka karakter-karakternya : Mason, Sam (Kakak Mason) Mason Sr (ayah Mason) dan Olivia (Ibu Mason). Karakter-karakternya bikin simpatik soalnya terlihat bahwa mereka berusaha jadi orang yang lebih baik lagi.

I feel related to them. Keluarga Mason merupakan keluarga broken home, ayah dan Ibu Mason bercerai. Jadi Mason hanya bisa menemui ayahnya sewaktu-waktu.
Konflik keluarga cerainya bisa gue pahami.


I still love your father, but that doesn't mean it was healthy for us to stay together.
Olivia 


Misalnya Ibu Mason sempat marah ke Ayah Mason karena pas tahu Mason dan Sam tidak mengerjakan PR ketika menghabiskan waktu bersama ayahnya.
Hana ngerti bahwa Ayah Mason ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan Mason dan Sam dan merasa jika Sam dan Mason mengerjakan PR akan mengurangi quality time mereka.
Tapi kalau dari sudut pandang Ibunya, Ayah Mason jadi dianggap ngga bertanggung jawab.
Sedih pas liat adegan ayahnya diusir sama Ibunya dan kemudian Mason dan Sam memandang dari balik kaca jendela bertanya-tanya “Akankah mereka bertemu dengan ayahnya lagi?”

Hana juga kagum sama Mason dan Sam yang cepat adaptasi dengan perubahan dalam hidup mereka. Kagum juga sama ibunya yang meski pernikahannya gagal tetep mau nikah lagi dan juga tetep sekolah dan mengejar mimpinya jadi dosen. Ayah Mason dan Sam juga yang berusaha tetep keep contact sama anak-anaknya. Hana liat sih Ayahnya sadar dia bukan ayah yang baik dan dia berusaha memperbaiki diri. Hana cukup suka cara dia menjelaskan atau kasih pengertian ke anak-anaknya. Analogi yang dia gunakan bagus.


Sempet kesel sama endingnya karena gantung, berhenti pas Mason masuk kuliah. Tapi terus Hana liat judul film ini: Boyhood dan seketika itu sadar kalau boyhood tuh artinya masa anak-anak, Masonnya udah gede, berakhir udah masa anak-anaknya. Judulnya harus ganti kalau filmnya lanjut sampai Mason tua dan mungkin pembuatan filmnya jadi makin lama atau malah ngga selesai-selesai. Hahahhaha.


You know what I'm realising? My life is just going to go. Like that.
 This series of milestones. Getting married. Having kids. Getting divorced. 
The time that we thought you were dyslexic. When I taught you how to ride a bike. 
Getting divorced... again. Getting my masters degree. Finally getting the job I wanted. 
Sending Samantha off to college. Sending you off to college. 
You know what's next? Huh? It's my fucking funeral!
 Just go, and leave my picture!
-Olivia




Thanks for reading!



Jangan Jadikan Aku yang Kedua part 2

|
"Hm... apa aja yang udah loe lakukan?" tanya Risa sambil melirik ke arahku
"Gue tanya langsung, tapi ngga selalu efektif, karena cowok bisa bohong. Jawabannya belum tentu bener. Gue harus belajar bisa bedain cowok yang bohong dan yang ngga."

Risa menggangguk-angguk mendengar penjelasanku.

"Gue udah coba pura-pura pinjem dompet biar cek KTP, berhasil pas gue coba ke Pak Andre, makanya gue tahu dia udah nikah tapi ngga mempan ke yang udah tunangan dan punya pacar, status ktpnya masih belum kawin.

Pernah pakai cara kepo media sosial, tapi ngga bisa kalau pasangannya ngga punya akun atau ngga aktif di sosial media juga, kayak waktu kasus Mas Herman dan Kak Aldi.

Cara tahu yang paling buruk tuh pas gue tiba-tiba didamprat sama pasangannya, kayak waktu kasus Rizki. Dikira cewek ngga bener lah padahal kalau tahu dia udah tunangan,mana mau gue jalan sama dia. "

"Gue kagum sama loe yang ngga menyerah percaya bahwa ada cowok baik di luar sana meski disakiti berkali-kali." Risa memandangku dengan tatapan simpati

Aku tersenyum getir. "Tiap kali disakitin cowok, gue inget bokap gue. "
Aku menghela napas "Bokap gue baik. Ngga tega aja gue kalau nanti cowok sebaik bokap gue muncul dan gue malah nolak karena alasan gue ngga percaya lagi sama cowok."

Mulut Risa membentuk huruf O saat mendengar penjelasanku. "Loe udah banyak berusaha, gue jadi bingung mau kasih saran apa." Risa garuk-garuk kepala.

"Kalau loe jadi gue, apa yang bakal loe lakukan, Ris?"

"Emmm... Berhenti sejenak dari pencarian cinta ini. Refleksi. Belajar cara bedain cowok yang bohong dan ngga, nanya ke temen cowok, baca buku tentang hubungan, self-help gitu, terus berdoa sama Allah minta diberi jalan keluar dari masalah ini."
Aku menggangguk-angguk. "Hm... bagus juga Ris saran loe!"


....
Sebulan kemudian..

"Ris, anterin gue belanja ke Tanah Abang yuk." sahutku
"Boleh. Mau belanja apa?"
"Jilbab, gamis"
"Loe mau berhijab?" mata Risa terbelalak.
"Iya, insya allah." aku nyengir lebar.
"Alhamdulillah. Ada angin apa tiba-tiba?" tanya Risa seolah tak percaya
"Karena saran loe." Aku menunjuk ke arah Risa.
Risa mengernyitkan dahi.
"Dulu kan loe suruh gue berdoa. Nah, sebenarnya udah lama gue ngga berdoa sama Alah, kalau habis shalat langsung pergi. Akhir-akhir ini, gue mencoba berdoa minta jalan keluar masalah cowok ini. Terus dua minggu lalu gue ikut kajian Aa Gym di Istiqlal. Gue jadi sadar Allah belum jadi nomor satu di hati gue. Gue masih sering menggantungkan diri dan berharap ke makhluk, bukan ke Allah. Mungkin karena itu dikasih masalah dikejar-kejar cowok yang udah punya pasangan.  Kayaknya Allah ingin bilang kalau gue aja ngga suka jadi yang kedua, apalagi Allah. Sekarang, gue pengen memperbaiki diri, pengen Allah jadi nomor satu di hati gue. "
"Alhamdulillah. Gue seneng dengernya" pekik Risa kegirangan sambil memelukku. "Semoga loe istiqomah ya."
"Amin.. Mohon doanya, ya Ris". Aku tersenyum simpul.

Image Courtesy of Stuart Miles at freedigitalphotos.net


The End


Jangan Jadikan Aku yang Kedua

|

Image Courtesy of takmeomoe at pixabay.com


"Loe kenapa?" tanya Risa setelah melihatku pulang ke kosan dengan muka cemberut.
"Tris udah punya pacar!" keluhku.
 Aku berjalan gontai melewatinya, memutar kunci dan membuka pintu kamarkuu.
"Lagi?" tanya Risa terkejut seraya berjalan mengikutiku masuk kamar.
"Hahahahah. Sumpah, komedi banget cerita cinta loe!" Ujar Risa sambil tertawa memegangi perutnya 
"Eh, gue serius tahu. kok loe malah ketawa?"aku menatap Risa dengan lekat campur gemas.

Risa nyengir lebar, "Gue juga serius. Coba loe inget-inget lagi yang ngedeketin loe: Ada Pak Denny, Mas Andre, Mas Herman, mereka udah married. Terus ada Kak Tito, Kak Aldi, Rizki, Herri, pada udah tunangan, sekarang si Tris, ternyata udah punya pacar. Kalau jadi film, masuk komedi tuh."

Aku tercengang. "Hm... Ngga dong. Ini tragedi, bukan komedi!"
"Dua-duanyalah.. tragedi dan komedi" ujar Risa sambil tersenyum.
"Iiih.. apaaan sih!" aku melempar bantal ke arah Risa.
 Risa berhasil menghindar dan menangkap bantal sebelum mengenai wajahnya.

"Ris, kok gue selalu dapet cowok yang udah punya pasangan, ya?"
"Gue juga nanya hal yang sama." Risa mengangkat kedua bahunya.

"Padahal gue kayaknya ngga pernah pasang iklan berminat dijadikan kedua. Apa jangan-jangan muka gue secara ngga langsung bilang minta dijadiin yang kedua?
"Ngga lah.. Mungkin loe belum beruntung aja. Eh tapi ini mendingan ngga sih? Dulu loe dikejar-kejar yang udah married, sekarang kan yang udah punya pacar."
"Iya juga ya. Makasih Ris." jawab gue sambil memeluk Risa
"sama-sama."

"Ris, gimana caranya gue tahu cowok yang deketin gue tuh masih single, bukan yang udah married, udah tunangan, dan udah punya pacar? Gue letih sama semua ini"




bersambung... 


How I control my anger

|
Some people asked me "Han, I never see you angry, do you never angry? How did you do that?"
"No, of course, I have ever been angry, but usually it happens only in my mind, I seldom express it through verbal or behavior. When I am angry, sometimes I express it through cry or I went to take wudhu to calm me down"

Image Courtesy of Jesadaphorn from freedigitalphotos.net


 "Wait, you often take wudhu, Han. Does it mean you often angry?"
"Hahaha. No, It was for different reason, I take wudhu for shalat, not because I am angry."



I often get question about how I control my anger, so I decided to put it in my blog post. So whenever someone asked again, I probably just sent this post link to them. Hahahahah

Btw here my tips to control anger:
1.       Istigfar (ask forgiveness or taawud)
2.       Remember the hadith
It was narrated from Abu Hurairah that the Messenger of Allah (sal Allahu alaihi wa sallam) said: 
“The strong man is not the one who wrestles others; rather, 
the strong man is the one who controls himself at times of anger.” 
[The Book of Al-Birr: Sahih Muslim]
Whenever I am angry, I always remind myself those hadith. I want to be the strongest people so yeah, I have to control my anger
3.       Take wudhu
 “Anger comes from the devil, the devil was created from fire, 
and fire is extinguished only with water. 
So when one of you becomes angry, he should make wudu.”
4.        Change your position or leave.
"When one of you becomes angry while standing, he should sit down. 
If the anger leaves him, well and good; otherwise he should lie down.

Now you probably realize that all my tips actually based on hadith  
But it is the truth, that is what I usually do when I am angry, I put the hadith into practice and Alhamdulillah it help me a lot.
La haula wala quwatta illa billah.
I hope it can help you too
You should try. 
I pray Allah will help you to control your anger.
Good Luck!
 (ˆˆ)




To Love or To be Loved?

|
My best friend Nia, asked me a question If you can only choose one, which one will you choose, to love or to be loved?

I want both of them,  to love and to be loved.


Being deeply loved by someone gives you strength, 
while loving someone deeply gives you courage.
 -Lao Tzu

But if I can only choose one, I will choose to love. \(▽♥)/
Image Courtesy of Serge Bertasius Photography at www.freedigitalphotos.net

I learned this through my personal experience, and maybe I can classified them into two category sample cases.

First case: Father.
A girl first love is her father.
I love my father and was longing to be loved by my father since I was young.
But somehow I am not sure whether he loved me or not.

At first what I did is waiting to be loved.
Then one day I realized maybe my father love me in his own way and did not express his love like I want to.
So I start express my love for him, like text him first and said "I love you" first to him.
Now, my father often texts me, too.
The same things happened with my stepfather, He often approached me and tried to get to know me.
So I said I love him too, and now my siblings said somehow they felt my stepfather often put me first when compared to my siblings.

  
2nd case: Friends
There are friends who happy to see me and admired me, while I feel nothing towards them.
I did not hate them nor I love them. I just feel casual.
But they consistently show they like me and then I started to like them, too.

Do you know what? In psychology, there is a phenomenon called reciprocity of liking, which means tendency for people to like others who express liking for them. Find out more, here.
When I learned about this, I was like.. what?!
I could be influenced by others,that way?
Then I am thinking, it is better be the one who influence rather than being influenced.
Hehehe ( It may be related to my high need in power and control)

If you are one of my loyal readers, you might know that I looking for best friend for a long time. One of my mistake is I am looking for a friend who gave me what I want. I thought that what best friends means, friends who always there for me and can give what I need.
Alhamdulillah I finally realized that I was wrong. 


Like Salim A Fillah said 
"How difficult to find a true friend." | "It's hard because you're looking for friends who give. Friend who need to be given, ah, there are many of them. "

I started looking and giving. Several attempt failed but I learned a lot of valuable lessons along the way and I believe help me prepare for next relationship. 
So now, here I am, I have friends whom I love and they love me. (˘˘(˘˘)
Alhamdulillah. ^0^

What I am trying to say is when you choose to love, there is probability that you will be loved. You could get both of them, to love and to be loved.

That's my "final" answer, I think....
until I come across a friend and he was given this question "If you can only choose one, which one will you choose, to love or to be loved?"
and his answers stunted me.
"To love." He answers firmly. "because  None of you truly believes until he loves for his brother what he loves for himself."

Ah!
How wonderful his answer. I suddenly felt ashamed and realized I am not good muslim,
I choose to love because I want to love and to be loved, while he chooses to love because he want to practice a hadith that he knew.
I felt his answered more sirence and pure than mine. Wallahu alam.
I should start fix myself and strive to be a better Muslim.
Wish me luck guys!
 (ˆˆ)

So, to love or to be loved? 
To love \(▽♥)/




Baca versi bahasa Indonesianya disini



Kurasa

|
Kurasa Tuhan mempertemukanku denganmu agar aku tidak merasa penasaran
Agar nanti ketika diriku di masa depan melihat kebelakang
Aku tidak menyesal dengan pilihanku
Dan berhenti bertanya-tanya
Apa yang akan terjadi jika aku mengatakan aku mencintaimu?
Apa yang akan terjadi jika aku mengajakmu menikah?

Aku tidak menyesal telah jatuh cinta padamu
Ataupun mengajakmu menikah
Yang aku sesali adalah aku mencintaimu melebihi Pemberi Cinta
DIA telah memberiku hadiah, yaitu cinta kepadamu
Tapi aku tidak pandai bersyukur dan menjaga hati
Kau tahu,Jikapun kehidupanku diulang, 
kurasa aku akan tetap kembali jatuh cinta kepadamu dan mengajakmu menikah
Tapi kuharap aku bisa lebih bijak
Mencintaimu karena Allah
dengan kadar cinta yang diperbolehkan olehNya


Terima kasih, sekarang kutemukan jawabannya

Image Courtesy of Unsplash at pixabay.com

Tak Terbayangkan

|
Tidak pernah terbayang sekalipun di benakku bahwa aku akan bekerja di majalah bisnis setelah lulus kuliah. Beberapa temanku pun bertanya hal yang sama, bagaimana aku yang lulusan psikologi ini masuk majalah bisnis. Aku pernah membayangkan diriku bekerja di media, tapi di salah satu koran besar ternama di Indonesia, di majalah remaja putri atau justru majalah wanita islami. Bahkan aku baru tahu keberadaan majalah ini karena lowongan kerja yang kulamar dan aku pertama kali membacanya saat duduk di lobi kantor majalah SWA menunggu panggilan wawancara. Hahahaa
Ajaibnya aku diterima di sini!
Alhamdulillah. \(^0^)/


Masuk dunia pasca kampus membuatku sadar bahwa ada banyak hal yang terjadi di luar rencana dan di luar kendaliku. I mean kalau di kampus, hal-hal lebih mudah diprediksi, seperti kalau ingin dapat nilai bagus ya belajar yang rajin dan benar. Biasanya melencengnya pun tidak terlalu jauh, aku masih dapat nilai yang cukup baik.
Tapi di dunia paska kampus, usaha, rencana dan prediksiku banyak yang melenceng. Awalnya aku terkaget-kaget dan mudah merasa sedih. Tapi kemudian aku tersadar bahwa aku sepertinya masih terlalu mengandalkandiriku sendiri. Aku harus belajar mengandalkan Allah, menyeimbangkan doa dan usaha.

Dan kalian tahu apa? Bekerja di SWA membuatku makin percaya bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengatur. Aku merasa ritme kerja majalah dwi mingguan ini cocok denganku. Aku juga dianugerahi rekan-rekan kerja yang baik. Aku bersyukur aku bisa bekerja di tempat yang memiliki nilai yang sama denganku. Aku kurang suka membaca berita atau tulisan yang setelah memaparkan masalah tapi tidak memberi solusi atau membuatku merasa pesimis.  Untungnya, Jurnalisme yang dianut SWA itu adalah jurnalisme positif, jurnalisme yang berusaha menggali hikmah dan menghembuskan optimisme.

Salah seorang temanku bilang kalau yang dilakukan majalah SWA adalah menjual mimpi. Kurasa dia ada benarnya. Biasanya yang kurasakan setelah membaca SWA adalah kagum, merasa “hei dia bisa lho, kenapa aku tidak? Aku juga pasti bisa”. Aku juga belajar ada berbagai cara dalam meraih mimpi, dan selama kau tahu apa yang kau inginkan, go for it! Terlepas orang bilang kau tidak cocok, kondisimu ngga mendukung dan segudang alasan yang bilang mimpimu ngga mungkin. Berusahalah yang terbaik.

Tapi kalau menurut Pak Kemal, pemimpun umum, bahwa yang Majalah SWA jual adalah knowledge karena sekarang SWA menyediakan hasil reportase dan riset dalam berbagai bentuk, mulai dari media, seminar, pelatihan.

By the way, tanggal 16 April lalu, majalah SWA berulang tahun ke-30 dan aku berkesempatan nonton Fast Furious 7 dan dapet snack gratis dari majalah SWA. Kalian tahu, awalnya aku berencana membujuk panitia ulang tahun majalah SWA agar memberiku  tempat duduk di baris D/E karena aku tidak tahu kalau panitia sudah menentukan tempat duduk. Kupikir aku bisa memilih dan ternyata meski tempat duduknya dipilih oleh panitia, alhamdulillah aku dapet posisi yang enak.


Aku dapet posisi di baris A.  Tidak pernah terbayang dibenakku kalau aku akan dapet posisi di baris A, habis selama ini kalau pergi ke bioskop pas beli tiket, posisi itu udah penuh mulu.
Aku terharu. Allah baik banget :')

Hidupku mungkin tidak berjalan sesuai yang kuharapkan atau yang kubayangkan, tapi sesuai yang Allah inginkan dan itu jauh lebih baik. \(^0^)/

Bukan Kebetulan

|
"Kalian percaya ngga kalau Allah lah yang menggerakan hati dan  jari-jari kita untuk daftar di SALAM UI?" ujar kak Nesti, sekretaris jenderal SALAM UI 14 saat penyambutan staf SALAM UI 14.
Aku terhenyak mendengarnya.
Aku berpikir aku bisa masuk SALAM UI karena aku membuat keputusan memilih SALAM UI.
Ucapan Kak Nesti membuatku tersadar aku lupa bahwa Allah lah yang memiliki kuasa atas hidupku, tubuhku dan segala hal.
Tiada yang dapat terjadi tanpa seizin Allah.
Dan aku bersyukur karena Allah  telah menggerakkan hati dan jariku untuk mendaftar di SALAM UI.



Way Back Into Love

|

Image Courtesy of Openclips at pixabay.com


Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita
Mengirimmu masuk dalam hidupku
Tadinya aku sudah memutuskan untuk menyerah
Untuk berhenti memulai dan berharap
Aku bertanya pada diriku sendiri
mungkinkah aku bisa kembali mencintai
Kemudian kamu melompat masuk dalam hidupku
Mengjungkirbalikan rasa pesimisku
Menyadarkanku bahwa sepertinya Tuhan tidak mau aku menyerah
dan ingin bilang bahwa aku masih mampu mencintai
Tidak peduli sudah sehancur apapun hatiku
Harapan itu masih ada
Terima kasih telah berperan sebagai pengantar pesan yang baik




Being 23 on 23rd April: Unexpected

|
Pada 23 April kemarin, alhamdulillah usiaku genap 23 tahun. Alhamdulillah Allah masih memberiku kesempatan hidup. Berbeda dengan ulang tahun sebelumnya yang dimana aku lupa kalau aku menyembunyikan ulang tahunku di facebook, bisa baca disini.



Tahun ini aku ingat kalau aku menyembunyikan ultahku dan tidak berniat mengubahnya. Belajar dari tahun kemarin, ada untungnya juga ultah “dilupakan”. Aku tidak perlu membalas banyak ucapan ulang tahun, yang biasanya cukup menghabiskan banyak waktu. Setelah dipikir-pikir yang buat aku bahagia sebenarnya dapat kado dan doanya sih. hehehe

Image courtesy of blickpixel from pixabay.com

 Kalian tahu apa? Karena tidak berharap, aku justru lebih bahagia menerima ucapan selamat dari teman-temanku yang ingat atau yang aku ingatkan. Tahun ini, teman dekatku Nova dan kame kembali mengucapkan paling awal. Nia mengirim pesan suara berisi lagu selamat ulang tahun jamrud yang dia nyanyikan sendiri. Aku terkejut, awalnya kupikir dia mengirim pesan suara seperti yang dilakukan Hana Talita dan Vania tahun lalu, ternyata Nia nyanyi satu lagu full. :’)
Pernah ngayal dinyanyiin lagu sama orang yang disayang dan ngga nyangka itu terwujud di ultah ini. Thanks to Nia!

Ada banyak kejutan lainnya.
Salah satunya Chibe bilang met ultah di group WA forum muslim Psikologi UI angkatan 2010.
Beberapa teman dekatku yang lupa mengucapkan pas hari H, akhirnya ingat sendiri mengucapkan juga beberapa hari setelahnya. :')
Terus pas lagi kepikiran pengen beli tas, temen dekatku Afa menghadiahiku tas.
Masya Allah, Allah baik banget menggerakkan hati Afa untuk memberi kado pahadal aku ngga kasih kado lho pas ultah dia Januari kemarin dan  tas ngga masuk note facebook April wish list yang kutag ke sahabat-sahabatku.


 Makasih ya buat semua temen-temen yang udah ucapin, ngasih doa dan kado \(^0^)/
Jazakumullah khairan katsiran.


Berusia 23 tahun membuatku sadar kalau kayaknya aku udah ngga layak disebut girl lagi. Hehe
Jadi kayaknya aku harus dan mau ganti nama blog ini.
Mulai saat ini, blog ini akan bernama...
*drumroll*
 *drumroll*
 *drumroll*
*gunting pita*

  The Luckiest

*ketok palu*

:D

Intinya meski ultah kali ini lebih sepi, somehow aku benar-benar bersyukur atas segala yang terjadi
:)
Alhamdulillah

Expect nothing and you will be happy with everything

Post Signature

Post Signature