Top Social

Barbie and me

|

Hana mau sharing sedikit mengenai masa middle childhood (masa usia anak sekolah yaitu 6-12 tahun) hana. Ni bagian tugas analisis diri mata kuliah psikologi perkembangan.
Hana waktu usia 6 tahun :)

Pada masa middle childhood adalah masa dimana anak mulai sadar tentang body image. Saya sendiri mulai menyadari body image saya. Pada usia enam tahun, ibu saya membelikan saya boneka Barbie yang kemudian saya beri nama Clara. Saya sangat menyukai Clara dan mengidolakannya. Kemudian, saya memutuskan untuk tidak mau makan karena ingin kurus seperti Clara. Kondisi saya tersebut sesuai dengan hasil penelitian Dittmar, Halliwell, & Ive (2006), yaitu anak perempuan yang berusia 5-8 tahun cenderung merasa tidak puas dengan body image yang mereka miliki jika sering diperlihatkan boneka Barbie. Keluarga saya sering mengatakan kepada saya kalau saya sudah sangat kurus tetapi  saya tidak mempercayai mereka. Saya tidak mau makan karena saya merasa diri saya gendut jika dibandingkan boneka barbie yang saya miliki. Keinginan saya untuk menjadi kurus diperkuat oleh pengamatan yang saya lakukan terhadap ibu saya. Ibu saya juga sering mengeluh bahwa dirinya gemuk dan cenderung ingin kurus dan berdiet. Penelitian Swarr & Richard (dalam Paludi, 2002) menunjukkan bahwa ganguan makan yang dialami anak berkolerasi positif dengan ibu dan ayah. Hal ini disebabkan anak perempuan belajar mengenai tubuhnya melalui pesan tidak langsung yang diberikan orang tua, yaitu perasaan ibunya mengenai body image-nya dan perasaan ayah mengenai tubuh ibunya. Selain itu, faktor genetik berperan menyebabkan saya tidak mau makan karena ibu saya saat kecil juga sering tidak mau makan.
Saya mulai menghentikan tindakan tidak mau makan yang saya lakukan ketika saya terjangkit penyakit demam berdarah pada kelas 4 SD. Penyakit tersebut menyebabkan saya dirawat di rumah sakit dan lidah saya mati rasa. Saya tidak dapat merasakan apapun yang saya makan. Semua makanan terasa hambar. Setelah sembuh, ibu saya memberi tahu saya  jika saya makan teratur maka daya tahan tubuh saya akan kuat sehingga saya mungkin tidak mengalami demam berdarah. Nasehat ibu saya membuat saya mau makan karena saya tidak mau mengalami demam berdarah untuk ke-2 kalinya. Selain itu, saya merasa bersalah karena uang yang ditabung oleh ibu saya untuk membeli kulkas terpakai untuk membayar biaya rawat inap saya. Semenjak itu, saya jera dan mulai makan dengan teratur walaupun porsinya sedikit.

Kalau diinget2 lagi, Hana jadi merasa tolol karena pernah ingin kayak boneka barbie. Intinya Hana mau bilang kalau ngasih boneka barbie ke anak usia 5-7 tahun itu ngga baik kecuali mereka diberi penjelasan kalau tubuh boneka barbie tuh sebenarnya ngga ideal. Well, yang jelas sepertinya Hana ngga bakal ngasih anak Hana boneka barbie sampai dia menyukai body image nya dan mencintai dirinya sendiri.


Daftar Pustaka

Dittmar, H., Halliwell, E., & Ive, S. (2006). Does Barbie make girls want to be thin? The effect of experimental exposure to images of dolls on the body image of 5​-​ to 8​-​year​-​old girls.  Developmental Psychology, 42(2), 283-292. doi: 10.1037/0012-1649.42.2.283. Diakses pada 18 Juli 2011 pukul 12:46 WIB
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development. (11th ed.). New York: McGraw-Hill.

When you can’t turn back time

|
homepage SIAK-NG
detail nilai


B. I could not believe what I saw. I’m sure enough that I learned and understood the lecture.  I predicted at least I got A-. How could it happened? I believed that I could answer the test easily. When and where it went wrong?

Well, I don’t know it’s a good news or bad news, but I’m not the only one who got dissapointed with the result. Saat itu, Hana dan temen-temen Hana sempet merasa kesal sama dosennya. Di satu sisi Hana sadar bahwa Hana seharusnya ngga menyalahkan orang lain, mungkin Hana kurang berusaha di mata kuliah tersebut dan terlalu menyepelekan. Then I blame myself.

Namun, salah satu  teman Hana yang mengalami kejadian serupa justru bisa melihat dari sudut pandang berbeda. Dia juga cukup yakin akan mendapat nilai bagus dan kaget ketika melihat hasil yang keluar. Hasil tersebut menyadarkannya. Bagaimana hal serupa terjadi ketika dia mendapat raport di akhirat nanti? Bagaimana jika selama ini dia merasa telah banyak berbuat baik tetapi ketika di akhirat, nilai raportnya justru mengecewakan? Kemudian, hal yang bisa dia lakukan adalah menyesal mengapa tidak berbuat yang terbaik selama di dunia karena dia sadar tidak dapat memutar kembali waktu.

Ketika mendengar cerita tersebut, Hana malu sama diri Hana sendiri. Kami mengalami peristiwa serupa namun dia mendapat insight yang berbeda dan bahkan jauh lebih baik. Hana jadi berpikir bagaimana jika yang diucapkan temen hana benar? Bagaimana jika selama ini Hana yakin telah berbuat baik dan ternyata saat mendapat raport di akhirat ternyata hasilnya tidak sebaik yang kita kira. I mean when I cant turn back time, regret is the only thing that I can do.  Hana bersyukur Hana punya temen yang mau share insight yang dia dapet karena setelah mendengar cerita tersebut, Hana berjanji sama diri Hana sendiri bahwa ketika melakukan sesuatu, Hana harus bisa berbuat terbaik yang bisa hana lakukan. :)) Hal itu karena hana sadar bahwa Hana tidak bisa kembali ke masa lalu dan jangan sampai  penyesalan itu datang
Semoga bermanfaat :))

Post Signature

Post Signature