Top Social

Fix

|

Aku berjalan mendekati Jun yang sedang menonton TV di ruang keluarga.
 “Jun, apa ini?!” tanyaku sambil memegang action figure gundam.
Pandangan Jun yang beralih kepadaku. Kedua alis Jun bergerak menjauh, bola matanya membesar, mulutnya terbuka lebar.
Tertangkap basah. Benar dugaanku ini adalah salah satu action figure yang baru.
Tadi saat sedang membereskan lemari pakaian, aku menemukan action figure gundam dibalik tumpukan kemeja Jun.
Aku menatapnya tajam. “Kamu beli action figure gundam lagi?”
Jun menunduk.
“Ummm... iya”

Aku mengerang “Juuun! Kamu ngga sadar kondisi keuangan kita?  Aku ngga masalah kamu beli action figure kalau keuangan kita lagi lancar.  Buat kebutuhan sehari-hari aja kita susah. Kamu mikir ngga sih?!”
Aku berteriak histeris. Aargh... Bisa gila aku.
Sebulan terakhir ini aku stress. Tabungan kami menipis. Kami mulai menunggak tagihan listrik, air, cicilan rumah dan motor. Tiga bulan lalu perusahaan Jun bangkrut, Jun diPHK dan sampai saat ini Jun belum mendapat pekerjaaan. Aku juga ingin ikut membantu dengan bekerja tapi Jun melarang. Jun bilang dia ingin aku fokus mengurus putri kami, Fitri yang bulan ini berusia setahun. Rasanya ada beban berat di pundakku.
Jun membuka mulut untuk membela diri “Say, maafin aku tapi itu belinya udah lama kok”
Aku masih melotot padanya.
“Sumpah.. itu udah lama..   3 bulan yang lalu.” Jelas Jun takut-takut.
Aku memutar bola mata, tidak percaya mendengarnya. “3 Bulan lalu?!”
Wajahku memerah. Amarahku memuncak. “Ini bisa dijual lagi ga?  Kamu beli ini berapa?”
“Ummmm....”
“Berapa, Jun?”
“Sepuluh...”
“Sepuluh ribu? Ngga mungkin harganya 10rb?” Volume suaraku makin keras. Aku tahu hobi Jun mengoleksi action figure dan dia selalu membeli action figure asli. Tidak mungkin harganya Cuma 10.000. Jun menggeleng, dia menunjuk jam dinding “10 menit.”
Aku terbelalak. Sial! Sejak kapan dia menghitung?
“Kesepakatan 10 menit”. Jelas Jun

Ugh. Aku kesal padanya. Cerdas sekali caranya kabur dari pertanyaanku. Aku dan Jun punya kesepakatan bahwa kami hanya akan bertengkar selama 10 menit. Jika sudah 10 menit, kami akan berhenti berbicara menenangkan diri dan akan membicarakannya lain kali.

Aku menghirup napas dalam-dalam berusaha menenangkan diri.
“Terima kasih sudah mengingatkan, Jun.” Aku memaksakan diri untuk tersenyum
Jun mendekatiku, tersenyum dan mengusap punggungku “Sama-sama”
 “Kau tetap harus menjawab pertanyaanku tentang harga.”
Kau tidak boleh lari, Jun.
“Tentu saja. Di lain kesempatan, bukan?” Jun nyengir lebar.
Aku benci diriku sendiri. Rasa marah dan kesalku langsung turun setelah melihat senyum Jun. Senyumnya masih mampu membuatku meleleh.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, berusaha menyadarkan diri. Aku tidak mau kalah “Tentu saja, di lain kesempatan” Aku nyegir “dan aku minta lain kesempatan itu bukan besok tapi dua jam lagi.”
Jun terhenyak kemudian mengendurkan rahang. “Boleh, kalau itu maumu.”
Yes! Aku berteriak dalam hati “Aku pamit wudhu dan shalat dulu.”
“Butuh imam? Mau shalat berjamaah?”
Aku mengangguk. Kebiasaan kami yang lain untuk menenangkan diri adalah shalat sunnah dua rakaat. Kadang-kadang Jun memilih melakukan shalat sunnah di mesjid untuk shalat sehingga aku shalat sendiri di rumah.
...

Aku mencium tangan Jun selesai shalat.
“Say, maafkan aku telah membuatmu marah. Aku akui aku salah.”
Aku tidak menyangka Jun akan meminta maaf duluan.
Aku mengangguk “Jun, maafkan aku tadi marah. Aku tidak keberatan dengan hobimu. Aku hanya berharap kau bisa lebih menahan diri saat kondisi keuangan kita sedang sulit.”
Jun tersenyum.
“Aku stress dan takut Jun. Aku tahu rizki sudah diatur oleh Allah, tapi tetap saja aku takut.
Kau belum mendapat kerja, ada cicilan dan tagihan yang belum dibayar, apa yang sebaiknya kita lakukan?”
“Aku akan mencari jalan keluarnya. Kau tenang saja. Hidup kadang di atas, kadang di bawah. Kali ini, kita sedang dibawah.” Jun berusaha menenangkanku.
“Ya, tapi bagaimana, Jun? Maafkan aku, tapi sudah tiga bulan ini kau menyuruhku tenang, dan sampai sekarang, aku belum melihat hasilnya.”
“Woaaa.. woaaa...” Jun menggerakan tangannya, memberi isyaratku agar aku berhenti bicara “Sebentar, Bukannya kau bilang kita akan bertengkar dua jam lagi? Kau mulai terlalu cepat, sayang”
“Juuun!”
“Beri aku waktu untuk berpikir”
  Aku menutup mulutku dan mengangguk lemah.
...

Aku meninggalkan Jun di ruang mushala untuk pergi ke kamar. Aku hendak mengecek apakah Fitri masih tidur. Ketika tiba di kamar, aku bersyukur mendapati Fitri masih terbaring dalam kondisi tidur lelap.

Aku memutar otakku. Aku tidak boleh diam saja. Aku harus melakukan sesuatu. Aku mengambil handphoneku.
Apa sebaiknya aku menelepon Ibu dan meminjam uang padanya.
Aku menelepon Ibu dan kemudian bertanya kabar beliau. Mendapati ternyata ayah sedang rawat jalan dan adikku sedang mengerjakan tugas akhir.
Mendengar hal tersebut, aku mengurungkan niatku meminjam uang pada Ibu. Tidak, kondisi keuangan Ibu juga sama-sama sedang sulit. Aku tidak boleh membebani beliau.
Haruskah aku meminjam pada teman baikku?
Tapi aku tidak yakin Jun akan senang dengan keputusan sepihakku.

Hm... Aku menghela napas. Aku menatap handphoneku untuk beberapa saat.
Akhirnya kuputuskan untuk menyusuri google dan mengetik beberapa keyword mengenai melunasi hutang dan kredit. Aku terdampar di situs CekAja.com. Ternyata artikelnya bagus-bagus. Aku harus memberi tahu Jun!
Aku keluar kamar dan berusaha mencari Jun
“Juun!”
“Ya, Say”
Jun datang menghampirku
“Ada yang ingin kuberi tahu padamu.”
“Kebetulan banget! Aku juga!”
“Siapa yang mulai duluan?”
“Ladies first”
“Kamu baca ini deh.” Aku menunjukkan layar hanphoneku yang terpampang artikel dari situs Cekaja.com
“hahahah” Jun tertawa. Aku mengeryit tidak mengerti.
“Kamu lihat ini juga” Jun kemudian menunjukkan layar hanphone-nya.
Mataku terpaku pada layar handphone Jun. Aku terpana.
Aku ikut tertawa. Hahahaha.
Ternyata aku dan Jun hendak menunjukkan artikel yang sama.
“Kita sehati banget ya, Say?” Jun nyegir lebar
Wajahku bersemu merah.

Image Courtesy of Ambro at freedigitalphotos.net



The End

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih mana: Cinta atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaja.com dan Nulisbuku.com





Kita (Yuda)

|
Image Courtesy of akeeris at freedigitalphotos.net


Saat keluar dari kamar mandi, Istriku, Bella sudah mengenakan piyamanya. Dia berjalan menuju tempat tidur kami yang sudah terlebih dahulu aku tempati. Kami baru menikah seminggu yang lalu. Wajah Bella sangat cantik membuatku tak bosan memandang wajahnya. Aku merasa beryukur sekali Allah memilih Bella sebagai pendamping hidupku.
“Selamat malam” aku mengecup kening istriku
“Selamat malam juga” balasnya dan kemudian mematikan lampu.


Aku dan Bella sama-sama bekerja. Rutinitas kami setelah pulang dari kantor adalah mandi, makan, shalat isya, mengaji, menggosok gigi dan kemudian tidur.
Ini adalah jumat malam biasanya ini adalah “Quality time” tapi Bella bilang hari ini dia lelah sehingga malam ini kami langsung tidur. Saat hendak memejamkan mata, aku teringat sesuatu.
“Bel, belum tidur kan?”
“Emm...”
“Besok papa mama bakal dateng ke sini”
“Apa?!”
“Besok papa mama bakal ke sini.”

Bella menyalakan lampu, kemudian bangun dari posisinya untuk duduk “Papa mama kamu bakal ke sini?!”
“Ya” jawabku masih berbaring
“Yudaaa, kenapa baru bilang sekarang?” tangannya menggoyang-goyangkan pundak dan tangan kananku.
Aku ikut bangun untuk duduk. “Lupa. Baru inget tadi.” jawabku

“Kok papa mamamu ngga nelpon aku?”
“Kan udah nelpon aku.”
“Mereka berangkat dari Jogja jam berapa? sampai bandara jam berapa?”
“Pesawat jam 7, sampai bandara jam 8”
“Kita mesti bangun pagi-pagi buat jemput mereka dong?”
“Hm... Ga perlu. Papa mama tahu jalan kok ke sini”
“Aku serius”
“Aku juga”

“Yuda, besok tuh aku udah ada janji sama bestie-bestie aku. Raissa sama Dina mau berangkat S2 ke Inggris”
“Terus?”
“Ya berarti aku ngga yakin bisa jemput papa mama.”
“Gpp kan udah dibilang tadi ngga perlu.”
“Yuda, dengerin dulu, aku belum selesai ngomong”
“Ya?”
“Kalau besok aku jadi ketemuan sama bestie-bestie aku berarti aku ngga bisa nyambut papa- mama. Ninggalin kalian bertiga. Kamu kan tahu aku senin-jumat kerja. Nah, besok papa mama mau datang tapi rumah masih berantakan, laundry masih numpuk, kulkas kosong. Aku belum nyiapin apa-apa padahal ini kunjungan pertama mereka setelah kita nikah”
“Gpp. Dulu mereka sering dateng ke kosanku dalam kondisi kayak gitu kok.”
“Itu kan waktu kamu masih bujangan. Sekarang kan kondisinya beda. Mereka bakal mikir menantu macam apa aku ini?”
“Tenang aja. Mereka santai kok orangnya. Paling mereka mikir menantu mereka cantik banget.”
“Yudaaaa, serius dong!”
“Ini serius.”

“Yudaaa, besok jadinya gimana?”
“Gimana apa?”
“Besok aku ada reuni. Ngga bisa jemput dan nyambut papa-mama.”
“Gpp. Ga usah dipikirin.”
“Tapi…”
“Besok aku bisa bawa papa mama makan di luar. Kamu nyusul aja setelah ketemuan sama temen-temen kamu.”
Aku bisa melihat wajah Bella cerah tapi kemudian mimiknya berubah serius. “Hmmm… Bentar, papa mama langsung pulang apa nginep?”
“Nginep”
“Dimana?”
“Disini”

“Yudaaaaa!”
“apa lagi?”
“Jangan tidur dulu. Kita beres-beres rumah sekarang”
Aku mengerang. “Ga bisa besok aja, Bel?”
Bella beranjak dari tempat tidur tanpa menungguku. Sepertinya Bella marah.

Baca kelanjutan cerita Kita di Kita (Bella)


Baca juga #CeritaBerdua #SatuSeminggu lainnya disini

Retno Effect

|
Pada hari Rabu tgl 18 November lalu, saya diajak Siti untuk ikut serta dalam #SatuSeminggu  dan tema kali ini adalah #CeritaBerdua!

“Ada kalanya kita luput punya mutiara yang tersembunyi dalam diri kita. Kadang perlu orang lain untuk menemukannya, kemudian membantu kita memunculkannya dan mengasahnya. Dua terkadang lebih baik dari satu. Kita butuh teman untuk menjadi cermin. Kita butuh teman untuk rekan berlari.”
-Satu Seminggu-

Karena ini proyek berdua, saya pun mengajak teman saya, Retno dan dia bersedia menjadi partner dalam kegiatan ini. Alhamdulillah.


Kebetulan saat tantangan ini diterima, saya dan Retno tepat setahun berteman (menurut Facebook). Kami pun akhirnya memutuskan menulis tentang kesan kami satu sama lain seraya memperingati tentang setahun pertemanan kami.



Retno Effect



Saya selalu percaya saya adalah gadis paling beruntung dan kurang lebih setahun yang lalu Allah mempertemukan saya dengan gadis yang juga “selalu beruntung”.

Dalam pertemuan pertama kami, dia memberi tahu saya bahwa dia telah memenangkan kuis berhadiah CD Tulus dan dua tiket nonton konser Tulus. Berhubung dia fans Tulus, dia sudah memiliki CD Tulus yang dia menangkan tersebut. Dia bertanya apakah saya menginginkan CD Tulus tsb. Saya mengucapkan terima kasih dan menolak tawarannya karena saya bahkan tidak tahu siapa Tulus. Dia terhenyak, tak percaya bahwa ada seorang gadis yang tidak tahu Tulus.Saat itu saya benar-benar tidak tahu siapa Tulus. Ya, anggap saja saya kuper.

Ternyata teman saya yang satu ini tidak sekali dua kali memenangkan kuis. Dia sering sekali memenangkan kuis. Dia pernah memenangkan kuis berhadiah boneka LINE, komestik dan tas kosmetik dari majalah ELLE, dan lain sebagainya. Rumahnya sering kedatangan kurir pengantar hadiah kuis yang dia menangkan.

Wow! Betapa beruntungnya dia!
Saya jarang mengalami hal tersebut. Saya menganggap diri saya beruntung tapi bukan keberuntungan yang seperti Retno alami.

Menghabiskan waktu bersamanya membuat saya belajar tentang keberuntungan. Saya selama ini mengira keberuntungan adalah suatu hal yang terjadi secara random atau tiba-tiba. Ternyata saya salah. Keberuntungan adalah hal yang bisa diusahakan. Teman saya ini memang beruntung tapi dia juga berusaha menjadi beruntung. Dia berusaha mencari kuis atau mengikuti akun-akun social media yang sering menyelenggarakan kuis dan kemudian berpartisipasi dalam kuis.

Saya kagum dengan optimisme dan sikap “nothing to lose” yang dia miliki. Bagaimanapun juga, kadang dia kalah but it did not stop her. Dia bahkan sering memberi tahu lomba yang dia ketahui dan mengajak saya untuk turut berpartisipasi. Kalau saya sih tipe yang belum apa-apa udah skeptis duluan kalau ikutan kuis/lomba. Entahlah mungkin karena dulu saya kalau ikutan kuis lebih sering kalahnya. Hahaha

Melihat keberuntungannya membuat saya memberanikan diri mencoba. Saya mencoba ikut photo contest Kimi ni todoke yang diadakan Elexmedia berhadiah tas. Dia membantu saya dalam mengikuti kuis tersebut. I got beginner’s luck. Alhamdulillah, saya memenangkan tas tersebut (^0^)/

Saya dan hadiah tas dari Elexmedia 


Beginner’s luck saya yang lain adalah saat saya mencoba mengikuti lomba menulis “Nulis Bareng Ibu”. Tulisan saya yang berjudul Hadiah alhamdulillah termasuk ke dalam 33 tulisan terpilih.

Saya bersyukur telah mengenalnya. Dia  telah membawa perubahan positif dalam hidup saya dan membuat saya berani keluar dari zona nyaman yang saya miliki.

Tidak terasa sudah satu tahun saya mengenalnya. Waktu berjalan cepat sekali!

Terima kasih telah menjadi teman yang baik :)
Jazakillah khair Retno :D
Keep up the good work dan keep being lucky :D


Baca Tulisan Retno tentang Hana di Meet Hana
Baca juga #CeritaBerdua #SatuSeminggu lainnya disini


Memperbaharui Hati, Menggapai Kemuliaan

|
Image Courtesy of ejaugsburg at pixabay.com

Berikut adalah notulensi Kajian Memperbaharui Hati, Menggapai Kemuliaan di Mesjid UI pada 17 Oktober lalu dengan pembicara Mba Peggy Melati Sukma & Ust Hilman :

Hijrah adalah meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah.
Tahun baru hijriah adalah reminder bahwa umat muslim makkah dulu hijrah ke madinah, meninggalkan keluarga, harta benda, dan banyak hal lain untuk Allah dan agama ini.

Saat ini ketika Peggy menjawab pertanyaan, dia membiasakan diri menjawab karena Allah SWT/atas izin Allah SWT. Menurut Peggy, usaha hijrahnya berkat doa orang tua, sementara motivasinya untuk berhijrah aadalah kecintaan pada Rasulullah SAW.

Untuk dapat melakukan yang dicintai Allah, harus belajar Al-Quran dan menjadikan AL-Quran sebagai pedoman hidup. Untuk dapat meneruskan perjuangan pendahulu, terus mengulang membaca sirah.

Dunia ini senda gurau dan menipu. Don’t take dunya (worldly life) seriously!
Dunia seolah gemerlap padahal sebenarnya kegelapan. Jangan sampai kita menjadikan karunia Allah lebih tinggi dibanding Sang Maha Pemberi Karunia.

Di usia 34-35 tahun, Allah menolong Peggy dengan kehancuran. Di Quran dikatakan bahwa ujian itu berupa kesenangan dan kesedihan. Ketika Allah telah memberi kita kesenangan dan ternyata itu tidak dapat membuat kita mendekat padaNya, Allah memberi kita kesedihan. Di usia tersebut, saya menyadari betapa tidak berdaya sebagai manusia dan di satu titik, saya menyerah. Saya ingin hidup untuk Allah.

Dalam hijrah, mesti berhati-hati, kita bisa tersesat karena setan terus bekerja.
Perbaiki lingkungan dengan kumpul dengan ulama, rapikan shalat. Jangan tinggal puasa sunnah, shadaqah. Dakwah jangan dilepas. Yang lain nanti diurus sama Allah.

Saat ini saya tidak mau melakukan sesuatu jika bukan basis perjuangan Islam.
Sengajakan diri kita untuk berhijrah!
Susah senang itu hikmah dari Allah. Serahkan semua karena Allah karena semua daru Allah.
Allah itu tujuan, satu-satunya tujuan.
Hijrah jangan menunggu hancur.

Ada tahapan kita berIslam
a.       Hijrah dari tidak tahu menjadi tahu. Allah akan terus mengajar kita
b.      Hijrah dari niat. Setelah mendapat ilmu, hijrah niat. Tidak setiap niat menjadi amal
c.       Hijrah amal. Berusaha agar amal terbaik kita ada di akhir hidup kita. Menjaga kontinuitas amal (kebiasaan) karena sebaik-baiknya amal adalah yang kontinu.
d.      Hijrah dakwah.
Melanjutkan perjuangan Rasulullah, juru dakwah terkeren. Uswatun hasanah (segala sesuatu dalam Al-Quran melekat padanya)

Rasulullah tidak tahu bahwa dirinya rasul hingga bertemu paman Khadijah.

Kita bisa kehilangan apa saja, asal jangan Allah dan Rasulullah.

Hidup ini hijrah, tidak perlu cari awal. Kita hijrah dari alam ruh sampai akhirat.
Ruh à Rahim à Dunia à Barzah à Akhirat
Jika kita Cuma hidup untuk dunia saja, maka sebenarnya kita sudah mati.

Allah ngga ada pembandingnya.

Hidup ini isinya persoalan tapi jangan jadi soal.

Hidup intinya berjuang menempatkan Allah dan Rasulullah pada tempatnya.

Allah melihat ketakwaan, yang diperjuangkan adalah takwa.
Simpan Allah & Rasulullah pada tempatnya.
Allah itu Maha, jangan degradasi, kita yang upgrade pemahaman kita.
Fokus melakukan yang dicintai Allah & pantaskan diri.
Pertolongan dari manusia lain hanyalah perantara Allah.

Apa lagi yang mau dipertahankan mati-matian?
Semua milik Allah.
Kalau ada yang dzalim, doakan semoga dapat hidayah.

Kalau buat Allah, jangan mulai dengan anggap sulit.
Kalau niat buat Allah, ngga ada yang sulit.
Tugas kita jadi ciptaan, jangan play God.
Yang diantara langit dan bumi milik Allah, gali terus ilmu.

Iman itu naik turun (dinamis), minta tetap di jalan yang lurus, sesuai AL-Fatiha.

Kebahagiaan adalah diizinkan berbuat untuk agama Allah.
Visi misi  hidup adalah kembali kepada Allah, meneruskan perjuangan Rasulullah.

Semoga Allah jaga dari takabur.
Ketika saya hijrah, saya ingin mewakafkan diri untuk agama Allah : gerakan bebas buta aksara AL-Quran, menulis buku, dan membangun pesantren.
Matematika Allah tidak terkejar.

Ketika merasa sulit beribadah, jangan salahkan Allah. Maksiat menurunkan iman, ketaatan menaikkan iman.

Serba GO-JEK

|
Di tanggal 21 September lalu, masuk sebuah pesan WA dari Aini bertanya apakah Hana masih suka ke kampus. Hana jawab "ngga" dan "kenapa?".
Pas Aini lagi ngetik jawabannya, Hana mengira Aini mau  ngajak ketemuan untuk curhat... 
Soalnya bulan September kemarin entah kenapa banyak temen yang menghubungi Hana, minta ketemuan karena mau curhat.
Eh ternyata Hana keGRan...
Aini bukan mau curhat tapi mau ngasih Hana undangan nikah..
Alhamdulillah
Barakallah Aini (^0^)/

Aini bahkan mendoakan Hana semoga cepat menyusul..
Amiiiin~!!

Berhubung kesulitan menemukan tanggal yang cocok agar kami berdua bisa bertemu, Ainipun mengusulkan undangannya dikirim pakai GO-JEK.
Keesokan paginya, Aini memberi tahu bahwa undanganya dikirim pakai GO-JEK serta memberi tahu nama pengemudinya.


Undangan Aini

Alhamdulillah undangannya sampai ke tangan Hana dengan selamat.
Begitu menerima undangan, Hana langsung mengabari Aini bahwa undangannya sudah sampai dan bertanya apakah Aini mengundang BWB yang lain juga (since Hana kenal Aini lewat BWB dan Hana ketua BWB angkatan 2010).
Aini bilang undangannya khusus untuk Hana dan untuk teman-teman BWB dikabari pas hari H dan diminta doanya saja.
Ooh.. Baiklah...
Kemudian Hana mencoba membaca undangan dengan membuka bagian tengah (seperti membuka buku) tapi tidak berhasil. Kemudian bingung bukanya gimana... 
Diam sebentar dan mencermati undangannya dan beberapa detik kemudian baru ngeh ternyata model undangannya frame foto..
Jadi kertas undangannya ditarik kayak kalau narik foto dari frame foto..
Keren, lucu, imut ya undangannya o(>w<)o
Warna pink lagi..
Mauuuu~
Hm... apa nanti undangan Hana modelnya gini juga ya? 
I mean Hana pengen undangan yang berguna buat penerimanya
Kakak sepupu Hana pernah undangannya berbentuk buku catatan, temen Hana ada yang goodie bag dan kalender..
Melihat undangan Aini menambah opsi ide untuk undangan yang berguna
Buat Hana sih frame foto berguna :D
Jazakillah khair Aini inspirasinya! :D


Hal lain yang Hana suka dari undangan Aini adalah dibagian belakang penjelasan undangan (yang isinya nama mempelai dan keterangannya itu) ternyata ada doa pernikahan..
doa pernikahan bagus juga kan jadi pajangan kalau undangannya udah ngga kepake..
hehehe


Doa Pernikahan
Begitu mengetahui tempat akad dan resepsi pernikahan Aini di Balai Sudirman, mencoba mencari tahu bagaimana pergi ke sana dengan google map. Pas baca instruksi google map, somehow hana merasa ngga asing.
Hana baru inget dulu tempat psikotest buat masuk swa dekat balai Sudirman! Pantesan petunjuk jalannya terasa ngga asing.
Deket-deket hari H mikir masa gue ke Balai Sudirmannya sendirian?!
Kemudian Hana pun memutuskan bertanya siapa lagi yang diundang oleh Aini biar bisa cari temen bareng untuk pergi kesananya.
Ternyata Aini mengundang Vivy juga! (^0^)/
Alhamdulillah! 
Langsung WA Vivy ngajak pergi bareng.
Ternyata Vivy mau pergi dari rumahnya di Bekasi dan naik Gojek,
yah... ngga bisa berangkat bareng :(
Jadi kami janjian untuk bertemu pas akad di tempat.
It's better lah daripada ngga ada temen sama sekali.
Hehee

Begitu keluar dari kosan dan kembali mengecek google map, baru tersadar kenapa Hana ngga pergi ke Balai Sudirmannya naik Gojek aja ya?
Rencana awal Hana adalah naik angkot ke statiun Tanah Abang, naik kereta berhenti di Statiun Tebet kemudian lanjut naik kopaja/angkot.
Ribet ya? 
Hm... Kalau bisa pakai Gojek ngapain pilih yang ribet gonta-ganti angkutan?
Bismillah dicoba naik Gojek...
It will be my first time using Gojek karena selama ini tiap mau pakai gojek, sinyal internet handphone lemah atau baterai lowbatt..
Udah download Gojek dari lama tapi ngga dipake-pake. Hahahaha
Alhamdulillah penggunaan pertama pakai Go-Jek lancar..
Dapet abang Gojeknya cepet, Abang Gojeknya ramah dan selamat sampai tujuan.
Tapi bingung pas mau kasih rating karena tampilannya kira-kira kayak gini:





1 bintang jelek, 5 bagus.. Lah? Bintang 2,3,4 apa? 
Kurang baik? Apa beda kurang baik 2,3,4? Apa 2 kurang baik? 3 kurang kurang baik? 4 kurang kurang kurang baik?
Kemudian mikir kalau 5 artinya bagus berarti standar Gojek buat pengendara Gojeknya tinggi banget dong?
Atau 4 agak/nyarisbaik? 3 netral? 2 agak/nyaris buruk?
Mencoba mencari arti/penjelasan rating tapi tidak menemukan nya. Kalian nemu ngga? 
Ada dimana sih?


Jadi inget beberapa waktu lalu pernah baca postingan di Timeline LINE, ada yang cerita Abang Gojeknya bingung karena dia udah berusaha ramah, mengemudi dengan baik (pokoknya Abang Gojeknya merasa sudah memberikan servis yang baik/maksimal) tapi pelanggannya sering kali memberi rating bintang 3 sementara jika rata-rata ratingnya dibawah 4 maka pengemudi tersebut akan diberhentikan. Di akhir cerita, si penulis mengajak pembaca agar berbaik hati memberi bintang 5 pada Abang Gojek. 
Pas baca bagian komentar, ada yang berkomentar tidak setuju dan menyarankan sebaiknya jujur memberikan rating (tidak mudah merasa kasihan terhadap Abang Gojek), kalau merasa layak dikasih bintang 5 ya dikasih, tapi kalau ngga ya jangan.

Hm....
Hana jadi mikir biar adil buat pengguna dan Abang Gojeknya mungkin sebaiknya punya definisi yang sama soal rating ini...
Takutnya kejadiannya sama waktu Hana ngerating di Goodreads.
Awalnya Hana merating tanpa lihat definisi dan berpikir bintang 3 itu biasa.
Ternyata kalau di Goodreads bintang 3 itu artinya I like it, bintang 2 = ok.
Membuat Hana merevisi rating-rating yang telah Hana buat.

Maka beberapa waktu lalu Hana pun email CS Gojek untuk menanyakan definisi rating Gojek..
Screen capture email antara Hana & CS Go-Jek

Okay, jadi kalau menurut email di atas, ini definisi rating buat Abang Gojek =
1 = Not Good
2 = Less polite
3 = The services provided standard
4 = Services provided good
5 = Services provided very good

Semoga nanti di aplikasinya ada penjelasan mengenai rating ini :) (Kalau emang udah ada di aplikasinya tapi Hana yang ngga tahu letaknya, semoga Hana nemu letak penjelasan rating ini)

Kembali lagi ke tangga 4 Oktober ya..
Pas tiba di balai sudirman ternyata venue resepsi pernikahan sedang dirapihkan, jadi bingung pas mau masuk. Mau nanya, ngga ada penerima tamu atau orang lewat. Alhamdulillah untungnya ada seorang lelaki (Mas) yang mau hadir ke Akad juga, dia nanya ke Hana tapi Hana juga ngga tahu jadi sama aja bohong.
Hahaha
Nah, selesai nanya Hana tiba-tiba ada pasangan (Ibu dan Bapak) yang lewat, dengan sigap Mas tsb nanya dan kemudian dituntun menuju tempat akad. Alhamdulillah!! :D

Begitu tiba di ruangan akad dan menyadari Vivy belum tiba, langsung WA menanyakan dia sudah sampai mana. Vivy bilang masih di jalan. Hana pun memilih ikut duduk di kursi bagian paling belakang. Melihat ke sekeliling jadi menyadari diantara tamu undangan yang lain, Hana bisa dibilang penamilannya polos (make up cuma pakai bedak dan lipstik), terus model kerudungnya segi empat biasa (ngga hana macem-macemin).
Akad nikahnya ternyata dimulai setengah jam kemudian. Vivy datang saat beberapa menit hendak ijab kabul.
Bodohnya Hana ngga getag kursi buat dia.. sempet ngetag sih, tapi kemudian ada yang dateng dan izin minta duduk. Karena Vivy ngga keliatan juga, Hana izinkan. Eh kemudian pas Vivy datang, mau ngusir ngga enak.
Btw, Ijab kabulnya pakai bahasa arab.
:O
Masya allah. Subhanallah.

Selesai ijab kabul, Aininya masuk ruangan dan sumpah cantik banget ^_^
Aini emang cantik, dan kali ini jadi makin cantik :D

Bagian favorit Hana adalah saat MCnya menjelaskan kalau proses Aini dan Faiz sebelum nikah bukan pacaran tapi taaruf.
Awalnya pas denger, Hana mikir buat apa dijelaskan, is not it obvious?
tapi kemudian melihat anak-anak kecil di sekitar
Ah! Bisa buat mengenalkan konsep taaruf ke anak-anak yang masih kecil dan tamu lain yang hadir..
Terus langsung buat mental note, kayaknya kalau Hana nikah nanti, mungkin perlu juga pakai penjelasan seperti itu.
(Amin. Insya allah)
Faiz & Aini
BARAKALLAHU LAKA WA BARAKA A'LAIKA WA JAMA' BAINAKUM FI KHAIR
Selesai akad, Hana dan Vivy kemudian makan soto yang disediakan. :) 
Selesai makan soto, baru ngeh kalau kado buat Aini belum dikasih. Ngga mau kasih pas resepsi juga.. Nunggunya kelamaan.
Inget tadi sempet ketmu junior Hana, Ulfa. Ulfa bilang dia jadi pager ayu dan penerima tamu saat resepsi nanti.
Kepikiran mau nitip kado ke dia aja, tapi pas cari Ulfa ngga ada.
Mau telp Ulfa, ternyata no ulfa tidak ada di handphone padahal seinget Hana, Hana pernah punya no Ulfa,
Hm... Mungkin no Ulfa di Hp Hana yang lama.
Alhamdulillahnya ketemu panitia, kami diperbolehkan  masuk ruang ganti dan memberi kado ke Aini.
Selesai memberi kado, kami pamit pulang :)

Pulangnya naik Gojek lagi (^0^)/
Jadi merasa serba gojek.
Dapet undangannya via gojek, pulang pergi juga pakai gojek.
Hiihihi

Buat yang baru mau download GO-JEK app, I'm spreading the GO-JEK love. 
Download the GO-JEK app at "http://go-jek.com/app
and input this referral code "542893556" to get Rp 50,000 free credit to your first booking. #gojekgotmehere

Well, hari ini menyenangkan :)
Alhamdulillah
Semoga besok lebih menyenangkan lagi! :D

Post Signature

Post Signature