Minggu, 4 Desember 2008
Aku merasa pusing, mual2, dan untungnya tidak muntah. Jalan menuju bendungan Cirata sangat jelek,tidak layak pakai lebih tepatnya. Kami harus masuk ke lembur terlebih dahulu. Aku tidak percaya mendapati keaadaan ini. Bendungan Cirata adalah salah satu objek wisata Purwakarta, namun Pemda Purwakarta nampaknya tidak peduli. Bagaimana mungkin pariwisatanya bisa maju?
Sebenarnya ada jika kami dari bandung,jalan menuju cirata cukup mulus. Tapi ngga mungkin kan kami memutar ke bandung dulu baru ke cirata di purwakarta.
Aku bahkan berniat tidak akan kembali ke sini lagi. Kecuali jalannya sudah diperbaiki.
Memey nyeletuk "Katanya Cirata tapi jalannya gak rata. Rata darimana?".
Kami tertawa mendengarnya dan membenarkan ucapannya.
Di saat aku merasa dipukuli palu dari berbagai arah, umiku berkomentar "Jeje, baru ke purwakarta aja pusing. Apalagi jadi pembaca berita. Pembaca berita kan harus nyari berita, jalan2. Bisa2 laporannya 'Maaf pemirsa saya pusing'. Kalau ngga pas lagi laporan, je2nya bersin. Udah je2 mah cocoknya kerja di dalam ruangan. Di kantor, lab"
Aku cemberut, tak kuasa membantah karena ucapan mymom ada benarnya.
Saat tiba kudapati pemandangannya indah sekali. Subhanallah. Umiku bahkan jadi pemandu wisata dadakan karena pernah ke cirata sebelumnya. Mulutnya tidak berhenti mejelaskan. Aku takjub. Ingin kuajak gank norak dan kak ibud tuk menikmati pemandangan yang kulihat. Sayangnya karena handphoneku dah mati saat masìh dalam perjalanan, aku tidak mengambil satu gambar pun. Mungkin lebih tepat dibilang lupa karena sebenarnya aku bisa pinjam hp memey tuk memotret. Namun hal tsb. tak terpikirkan olehku.
Kami juga sempet nyasar nyari rumah makan yang direkomendasikan. Kami baru menemukannya ketika matahari tepat berada di atas kepala. Dan sialnya, pesanan kami belum dimasak padahal kami sudah pesen dari tadi pagi melalui telepon.
Untung mengganjal perut yang tiada henti berteriak minta diisi,aku membeli bakso. Setelah itu,kami shalat dulu sambil nunggu masakannya jadi. Aku tercengang saat mendapati tempat wudunya berupa WC umum dan kerannya seperti di film laskar pelangi. Kupikir hal seperti itu udah gak ada.
Namun jerih payah kami terbayar. Nasi liwetnya enak sekali. Dari ikannya pun tidak tercium bau amis dan durinya sangat lunak. Aku ngga bisa berhenti makan seperti ketagihan.
Pukul 2 perjalanan kami lanjutkan ke Gunung Tangkuban Perahu. Pusingku sudah mendingan. Aku bahkan tidak mual lagi. Ini pasti karena jalannya yang mulus.
Karena mengambil jalan biasa bukan jalan tol,kami (wa acep, ma2 / istri wa acep, a teja, a angga, huang, memey, umi dan me) baru tiba ke Gunung Tangkuban Perahu pukul 1/2 4.
Tangkuban Perahunya cukup sepi,mungkin karena kami datangnya sore hari. The best part is shopping.
Berkat kelihaian Umiku dalam menawar,aku bisa dapet satu jaket dan satu cardigan,yang masing2 seharga 25rb. Murah ya?
=)
karena hampir maghrib,kami pulang ke karawang. Karena lapar,kami mampir dulu ke Marantina. Dan kami baru tiba di karawang pukul 10 malam. Yang membuatku terkejut adalah ketika aku tiba sampai rumah, aku mendapati novel maryamah karpov,novel terakhir dari tetralogi laskar pelangi tergeletak di meja ruang tamu. Aku bersorak kegirangan. 'Ini pasti dari Abi' pikirku. Dan ternyata emang bener. n_n
Makasih ya,Bi! Kalau soal buku,emang abi yang terbaik.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung :D
Yang menulis belum tentu lebih pintar dari yang membaca
Jadi, silahkan kalau mau memberikan kritik, saran, umpan balik & pujian.
:D