Latar: kamar mandi perempuan WAMY jam 23.00 WIB
“Kak Han, yakin ditinggal?” Tanya fudla, salah satu
junior di SALAM UI,
“Ngga takut ka?” Tanya Kania
“Udah ngga apa-apa. Kalau mau duluan, duluan aja.
Kakak bisa kok sendiri.” jawabku.
Setelah mereka pergi hana jadi mikir, kok Hana berani
ya sendirian?emang Hana seberani itu?
dan tiba-tiba………………………….
tenang aja ini bukan cerita horror. lagian Hana ngga
suka cerita Horror…
hehehe
tiba-tiba Hana jadi inget pengalaman waktu Hana kecil,
sebenernya waktu kecil ada masa-masa dimana Hana takut pergi ke Toilet sendiri
tapi Umi selalu bilang kalau Hana berani. Bahkan kalau lagi kumpul keluarga
besar, umi suka membangga-banggakan Hana kalau Hana tuh berani ke kamar mandi
sendiri. Mau nggamau Hana jadi berusaha menampilkan sisi Hana yang berani ke toilet malem-malem sendiri. I mean malu ngga sih kalau keluarga besar tahunya kalau Hana berani tapi kalau ternyata kenyataannya ngga begitu. Alhamdulillah, lama-lama Hana percaya kalau Hana tuh berani ke kamar mandi
sendiri. Selain itu, kalau ngaku takut, Umi bakal bilang “masa lebih takut sama Setan dibanding
Allah.” :D hahah iya bener juga
Selain itu, Hana juga percaya kalau setan ada tapi
hana ngga bisa liat jadi ngga usah takut. :D
Kalian tahu yang dilakukan umi Hana tuh kalau dalam
ilmu psikologi dikenal sebagai Pygmalion effect
atau disebut juga self-fullfilling propechy.
Apa itu?
Pygmalion
effect atau self-fullfilling propechy adalah
harapan dan asumsi tentang seseorang akan memengaruhi interaksi
kita dengan orang tersebut sehingga mengubah perilaku orang tersebut sesuai
dengan harapan kita. (Vaughan dan Hogg, 2011). Nama pygmalion effect sendiri didasari oleh cerita dalam mitologi yunani
mengenai Pygmalion, seorang pematung yang membuat patung wanita. Pygmalion
jatuh cinta terhadap patung yang dibuatnya sehingga hampir tiap hari dia
mengajak patung tersebut berbicara. Pygmalion berdoa kepada dewi Aphrodite agar
patung wanita tersebut dapat menjadi manusia. Dewi Aphrodite yang tersentuh
mendengar doa Pygamlion mengabulkan permintaan Pygmalion. Ketika Pygmalion
pulang ke rumah, dia menemukan patung wanita tersebut hidup dan kemudian
menikah dengan patung tersebut.
Studi paling terkenal tentang self-fullfilling
propechy adalah studi yang dilakukan Rosenthal dan Jacobson (1968, dalam Vaughan
dan Hogg, 2011) tentang ekspektasi
guru di kelas terhadap muridnya. Rosenthal dan Jacobson melakukan tes terhadap
sekelompok murid. Hasil tes
Rosenthal dan Jacobson dipercaya dapat memprediksi anak-anak yang akan 'bloomers' (menunjukkan perkembangan
intelektual yang pesat dalam waktu dekat). Para
guru diberi nama-nama dua puluh bloomers,
(dua puluh nama dipilih secara acak oleh para peneliti) dan tidak ada perbedaan
IQ yang signifikan antara bloomers
dan non-bloomers. Setelah itu dengan cepat, para guru menilai non-bloomers sebagai murid yang kurang penasaran, kurang tertarik
dan kurang bahagia dibandingkan dengan bloomers.
Dengan kata lain, guru mengembangkan harapan stereotip terhadap dua kelompok. Kemudian Rosenthal dan Jacobson mengukur
IQ anak-anak pada akhir tahun pertama, dan pada awal dan akhir tahun kedua. Mereka menemukan bahwa dalam kedua
tahun bloomers menunjukkan kenaikan
IQ secara signifikan lebih besar daripada non-bloomers.
intinya sih
harapan seseorang buat kita bisa terwujud atau justru malah harapan kita sama
seseorang yang jadi kenyataan :D
o ia lupa bilang kalau hari ni hana
lagi ikut training orientasi SALAM UI 3 di WAMY.
Btw, ni foto Hana pas di WAMY (tapi fotonya sore-sore pas dateng)... ga penting ya? hahahah
Btw, ni foto Hana pas di WAMY (tapi fotonya sore-sore pas dateng)... ga penting ya? hahahah
daftar pustaka
Vaughan,
G.M., & Hogg, H. A. (2011). Social
psychology. (6th ed.). London:
Pearson Education.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung :D
Yang menulis belum tentu lebih pintar dari yang membaca
Jadi, silahkan kalau mau memberikan kritik, saran, umpan balik & pujian.
:D