Image Courtesy of Natureworks at pixabay.com |
Ada kejadian berkesan yang tidak lepas dari ingatan sewaktu aku bersekolah MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) Al-Irsyad. Usiaku 7/8 tahun kalau tidak salah. MDAku dulu masuk pukul 2 siang dan hanya terdiri dari dua kelas dan memiliki 2 guru.
Cerita ini dimulai dengan ketidakhadiran salah seorang guru sehingga guru kami bolak balik mengajar di antara dua kelas.
Beliau memberikan kami tugas kemudian pergi meninggalkan kami ke kelas sebelah.
Aku terdiam sambil memandangi buku tulisku. Aku tidak langsung mengerjakan tugas karena merasa instruksi beliau kurang jelas. Ternyata aku tidak sendirian, dua orang temanku pun merasakan hal yang sama.
Aku dan kedua orang temanku pergi ke kelas sebelah menghampiri guru kami untuk menanyakan tentang mekanisme pelaksanaan tugas yang dia berikan.
Beliau menjawab pertanyaan kami dan kami pun kembali ke kelas.
Tapi pertanyaan lain mengenai pengerjaan tugas muncul sehingga kami kembali mendatangi guru kami yang masih di kelas sebelah untuk bertanya.
Beliau kembali menjawab dan kami kembali ke kelas.
Begitu duduk, pertanyaan lain kembali muncul dan kami memutuskan untuk kembali mendatangi guru kami. Tapi alih-alih mendapat jawaban, beliau berkata "Kalian tahu, kalian mengingatkanku tentang kisah Nabi Musa AS, kaumnya dan sapi betina di Surat Al Baqarah. Apakah kalian pernah mendengar ceritanya?"
Kami menggeleng.
Beliau tersenyum dan mulai bercerita bahwa di dalam Surat Al-Baqarah (ayat 67-73), Nabi Musa AS mendapat wahyu dari Allah untuk memerintahkan kaumnya untuk menyembelih sapi betina. Namun bukannya langsung mengerjakan perintah, kaumnya Nabi Musa AS malah bertanya sapi betina seperti apa yang dimaksud. Nabi Musa AS pun menjawab sapinya tidak tua dan tidak muda.
Selesai mendapat jawaban tersebut, kaum Nabi Musa AS kembali bertanya apa warna kulit sapinya? Nabi Musa AS pun menjawab Sapinya berwarna kuning. Mereka begitu terus bolak-balik bertanya hingga perintah menyembelih sapi betina yang tadinya umum menjadi menyembelih sapi betina dengan kriteria yang spesifik. Mereka mengira tugas mereka akan menjadi mudah tapi ternyata mereka menjadi kesulitan sendiri mencari sapi betina dengan kriteria yang sangat spesifik tsb.
Kalian tahu Allah pada awalnya hanya menyuruh menyembelih sapi betina. Jika mereka tidak banyak bertanya dan langsung mengerjakan perintah, mereka bisa menyembelih sapi betina dengan kondisi bagaimana pun. Perintahnya mudah, tapi kaum Nabi Musa AS malah mempersulit diri mereka dengan banyak bertanya.
Guru kami mengakhiri ceritanya dengan berkata "Jangan banyak bertanya. Kerjakan saja tugasnya."
Kami pun terdiam, kembali ke bangku kami dan kali ini langsung mengerjakan tugas.
Aku merasa tertohok mendengar cerita tersebut karena salah satu alasan aku banyak bertanya adalah malas/enggan mengerjakan tugas. Biasanya tugas yang diberikan akan dikumpulkan di akhir pelajaran. Aku berharap bisa bilang tugasnya belum selesai karena aku baru memahami tugas yang diberikan mepet waktu pulang. Astagfirullah. Ternyata banyak bertanya tidak selalu bagus kalau niatnya enggan mengerjakan tugas dan malah bisa menyulitkan diri sendiri.
ternyata banyak bertanya gak baik juga ya, kecuali kalo kita bener2 gak tau ya mbak
BalasHapuswah ada mba Evrina :D makasih udah mampir :D
Hapusya Mba, banyak bertanya tidak selalu baik..