“Selamat ya! Keisha denger loe udah jadian. Sama siapa? Orangnya kayak gimana?” tanyaku
“Keisha tahu darimana?!” Icha kaget mendengar pertanyaanku.
Maklum, aku tuh biasanya kuper dan paling ketinggalan berita diantara teman-temanku.
Tapi, belum sempat aku menjawabnya, kata-kata sudah meluncur dari mulut Icha, “Loe bener banget! Gue emang dah jadian sama Faiz. Dia anak SMAN 70 Jakarta. Orangnya putih dan cakep kayak Sinichi Kudo. Ekskulnya Basket, dia jadi center lho. Hebat kan? Tingginya juga 170an. Pokoknya keren deh!!!”
Aku yang mendengarnya cuma bisa terkagum-kagum plus ngiri. Aku kan fansnya Shinici Kudo. Ternyata ada ya yang mirip sama tokoh kartun yang satu itu?
Uugghh..!! BT!! BT!!! Cowok kayak gitu sih mending buatku saja. Sayang sekali, aku sudah keduluan sama Icha.
“Oh ya? Wah.. keren banget dong!!! Keisha jadi pengen ketemu.” jawabku.
“Tenang aja, ntar Icha kenalin sama Faiz. “ ajak Icha. “Kalau mau, pas malam minggu, Keisha datang aja ke restaurant dekat rumahku. Nanti, kita ketemuan di sana.” tambahnya.
Kubuka buku agendaku dan tidak menemukan satu rencana atau kegiatan apa pun yang bertepatan saat malam itu, sehingga aku langsung mengiyakan ajakan Icha.
Ooh... malam minggu cepatlah datang. Aku ingin segera bertemu sama kembaran Sinichi Kudo.
...
Saat hari H, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat. Bukan karena saking miripnya Faiz dengan Sinichi Kudo tapi karena deskripsi atau penjelasan Icha tentang pacarnya tidak ada satu pun yang tepat alias semuanya meleset. Yang kulihat saat ini adalah cowok gondrong, berkulit AGAK putih, badannya bahkan sangat kurus. Selain itu, tingginya paling sekitar 160 cm, mungkin kurang, karena tingginya tidak jauh berbeda denganku. Tinggiku kan 155 cm.
Aku cuma bisa ternganga saat memandanginya. Tapi, Faiz tidak merasa risih dengan ekspresiku ini. Malahan ia nyengir lebar. Sepertinya dia menyangka saat ini aku sedang mengagumi ketampanannya. Padahal sih... Boro-boro deh! Hih.. amit-amit!
Icha buta banget deh, cowok kayak gini dikatain mirip Sinichi kudo. Menurutku, lebih tepat disebut mirip Conan Edogawa, soalnya sama-sama pendek. Menyesal deh aku telah mempercayai yang telah Icha katakan. Can you imagine how I feel? Kalau ini komik, pasti ekspresi yang tepat untuk situasi seperti ini adalah “Gubrak!”.
Saat aku tanya pada Icha, kok Faiz pendek? Dengan enteng, dia menjawab bahwa dia sudah bertambah tinggi. Aku mau muntah mendengarnya. “Sejak kapan tinggimu lebih dari 170 cm?” batinku. Aku emang PERNAH dengar, ralat bukan pernah dengar, lebih cocok dikatakan SERING dengar, kalau “Cinta itu buta” atau “Love is blind”. Dan kasus seperti ini benar-benar bukti nyata.
Untung saja, mamaku meng-smsku untuk segera pulang sehingga aku tidak perlu berlama-lama di situ. Bisa mual-mual deh kayaknya. “Thanks ya, Mom! You are my hero!” pekikku kegirangan dan tentu saja dalam hati.
...
Begitu masuk sekolah, aku menceritakan yang baru saja kualami pada malam minggu kemarin. Dan ternyata bukan hanya aku saja yang jatuh, tersungkur malahan mendengar deskripsi Icha about pacarnya, yang ternyata berbeda 360°. Teman-teman cewekku seperti Gita, Maya, dan Nia juga merasakan hal yang sama. Masalahnya kami semua sudah berkhayal dan membayangkan betapa tampannya Faiz. Dan ketika kami melihat aslinya, kami langsung jatuh terjerembab. Benar-benar menyakitkan. It hurts, you know?
Maksudku kalaupun pacarnya tidak begitu cakep. Dia kan ngga perlu memuji berlebihan begitu, kesannya Icha telah berbohong pada kami. Cukup bilang dia cakep kek dan ngga usah bawa nama Sinichi Kudo segala. Mungkin kami masih bisa memakluminya. Tapi, dia malah cerita pakai majas hiperbola.
Tapi jika dipikir-pikir, wajar sih, orang yang jatuh cinta kan memang begitu. Aku juga pernah mengalaminya. Cowok yang kusukai seolah-olah adalah cowok paling ganteng sedunia bagiku, tapi aku sih tidak pernah bilang seperti itu di depan teman-temanku. Mamaku juga bilang kalau kotoran ayam serasa coklat saat jatuh cinta. Yaks! Oh my God! I wish it does not happen to me. Amin…
Dan ternyata kebohongan tentang Faiz tidak hanya sampai situ. Beriringnya waktu, aku menemukan banyak kebohongan lainnya. Ini dikarenakan Icha selalu menceritakan perkembangan hubungannya. Pokoknya tiada hari terlewati tanpa kudengar kata Faiz terucap dari bibir mungil Icha. Sampai panas kupingku mendengarnya, saking bosennya.
Kebohongan yang paling jelas ketahuan atau terungkap adalah tentang sekolah Faiz. Dia bilang sekolahnya di SMAN 70 Jakarta. Tapi bisa menjemput Icha tiap pulang sekolah untuk mengantarnya pulang dan hal itu terjadi hampir tiap hari. Haaalooo, emangnya jarak Jakarta-Bandumg tuh deket ya? Sampai dia bisa jemput tiap hari. Jangan-jangan sekolahnya tuh sekolah yang masuk jam tujuh pulang jam sepuluh. Kan sekolah seperti juga disebut SMA 70. Hehe.. ^_^
Saat aku menanyakan alasannya, kenapa Faiz bisa menjemput Icha tiap hari. Dengan santai icha menjawab kalau Faiz tuh dapet dispensasi karena sakit-sakitan. Dia kan mengidap kanker getah bening stadium empat. Hah?! Yang bener aja. Stadium empat tapi masih segar bugar begitu. Terus sekolah mana sih yang ngasih dispensasi karena sakit? Dispensasi kan cuma buat murid-murid yang jadi wakil atau duta sekolah buat ikut lomba, acara OSIS, penyuluhan, dan lain-lain. Selain itu, rambut Faiz kan gondrong. Adakah sekolah megijinkan muridnya berambut gondrong? Jawabannya cuma satu : NGGA ADA sekolah seperti itu. Aku jadi penasaran dimana sebenarnya dia bersekolah. Atau jangan-jangan dia malah ngga sekolah?
Aku tidak mengerti sebenarnya siapa sih yang berbohong? Icha apa Faiz? Kalau Faiz yang berbohong, kok Icha bisa sih menelan bulat-bulat yang Faiz katakan? Tidakkah dia sadar kalau dia dibohongi? Tapi sepertinya Icha juga tidak berbohong, aku dapat melihat matanya bersinar-sinar saat menceritakan Faiz, dia begitu percaya pada Faiz. Aku jadi kasihan melihatnya.
Dan kebohongan terparah adalah hampir tiap bulan ada berita kalau Faiz tuh kecelakaan. Dan hal itu pasti bertepatan saat mereka berdua sedang bertengkar dan icha minta putus. Dan akhirnya, Ichalah yang mengalah dan meminta maaf pada Faiz. Melihat hal itu membuatku naik pitam. Kenapa sih Icha selalu jatuh di lubang yang sama?
Karena hal itulah, aku dan teman-temanku mulai melakukan penyelidikan mencari kebenaran tentang Faiz. Salah satunya dimana dia sebenarnya sekolah. Untungnya Icha pernah diajak Faiz ke rumahnya, jadi kami mencari tahu tentang Faiz lewat keluarga dan tetangganya. Dan alangkah terkejutnya kami seperti melihat kelinci melompati atap rumah. Karena kami menemukan fakta yang sama sekali ngga diduga.
Kalian juga mungkin tidak akan mempercayainya. Karena penyelidikan kami menjurus pada satu kesimpulan gila : Faiz itu ternyata CEWEK dan nama aslinya tuh Fia. Aku juga tidak mempercayainya. Karena selama ini aku pkir Faiz tuh cuma mirip cewek, tahunya emang beneran cewek. Dan yang bilang fakta ini tuh adiknya sendiri. Tetangganya juga mendengar kalau ibunya pernah teriak bahwa beliau sudah tidak peduli lagi kalau Faiz alias Fia mau jadi cewek atau cowok.
Kasihan banget sih Icha. Karena jika hal ini benar, berarti selama ini Icha pacaran sama cewek dong? Yang kutahu lesbi kan menular. Aku benar-benar menyesal kenapa aku tidak meyarankan Icha untuk putus dari Faiz dari dulu. Habis kukira Faiz tuh salah satu cowok buaya darat. I mean salah Icha sendiri yang mau saja dibodohi oleh Faiz. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Faiz adalah seorang cewek.
Dan kami makin terkejut karena ternyata bukan hanya kami yang tahu kalau Faiz tuh cewek. Tapi, teman-teman sekelas kami juga mengetahuinya. Mereka juga bertanya pada kami berempat yang merupakan teman dekatnya Icha, apakah Icha masih pacaran sama Faiz. Mereka kasihan melihat Icha, karena mereka tahu bahwa sebenarnya Faiz tuh cewek tapi tidak berani memberitahu. Mereka takut disangka ikut campur masalah orang lain sehingga mereka membujuk kami untuk memberitahu Icha.
Kami pun segera memberi tahu Icha tentang hal ini. Dan menunjukkan bukti-bukti yang kami dapatkan. Tapi, dia sama sekali tidak percaya pada kami. Dia bilang mungkin kami salah paham, karena Faiz baru saja memberi tahu dirinya beberapa hari yang lalu kalau dia punya saudara kembar cewek yang bernama Fia. Yang bener aja, masa udah pacaran selama 6 bulan baru dikasih tahu kalau dia punya saudara kembarnya sekarang? Ngga logis kan? Tampak jelas dari raut wajah Icha, dia menyangka kalau kami tuh cemburu padanya karena punya pacar yang sempurna seperti Faiz. Soalnya status kami sekarang jomblo sih.
Kami merasa tertohok dan marah melihatnya. Niat kami kan baik tapi Icha malah menanggapi kami seperti ini. Supaya Icha percaya, kami pun mengajaknya menemui tetangga dan adik Faiz. Icha pun menyetujuinya.
Tapi, saat ke rumahnya Faiz, adiknya tidak mau mengakui yang sudah dia ceritakan pada kami dan tetangganya pun sulit ditemui. Icha memasang wajah puas penuh kemenangan, seolah berkata “Apa kubilang?”.
Kami benar-benar tidak tahu apa lagi yang harus kami lakukan. Akhirnya kami menyerah. Karena sudah beberapa kali kami memberi tahunya tapi Icha tetap tidak percaya. Dia tetap mempertahankan argumennya bahwa Faiz adalah seorang cowok.
Karena Icha tetap tidak mau percaya, beberapa temanku mulai menduga kalau Icha sudah tertular menjadi lesbian. Menurut mereka, masa udah pacaran selama 6 bulan tapi ngga tahu kalau pacarnya tuh cewek. Itu kan aneh. Lagipula, cinta lesbian lebih daripada cinta biasa. Hal ini disebabkan komunitas mereka sedikit sehingga sulit mendapat pengganti. Mereka jadi cinta mati sama pasangan mereka. Jika dipikir-pikir, alasan teman-temanku ini logis juga. Tapi hatiku menjadi sedih karena tidak dapat menyelamatkan temanku dari kondisinya sekarang ini.
Di satu sisi, kejadian ini membuatku makin bersyukur dengan statusku sebagai seorang jomblo. Jauh dari tipu daya cowok dan yang lebih penting ngga akan mengalami kisah cinta seperti yang Icha alami. Ya Allah, makasih banyak atas rahmat yang telah Kau berikan padaku. Berikanlah petunjuk agar Icha kembali ke jalan-Mu. Ampunilah dosa-dosanya. Amin..
THE END