Top Social

Tampilkan postingan dengan label ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekonomi. Tampilkan semua postingan

Unexpected Gift: PSku baik sekali ^0^

|


Dua lembar uang dua ribu dan selembar uang seribu rupiah
itu adalah jumlah uang yang tersisa di dompetku sejak hari rabu siang
Untungnya hari ini adalah hari kamis sehingga aku bisa berpuasa dan itu berarti aku bisa menekan pengeluaran

dan hari ini aku dan teman-teman satu payung skripsi berjanji patungan 50ribu rupiah perorang untuk hadiah bagi partisipan fogus group discussion(fgd) pasangan menikah via taaruf yang akan diadakan sabtu ini
hahaha..

Aku berpikir jika tiba waktu untuk patunga, mungkin aku akan mengajukan diri sebagai orang yang mengumpulkan uang (bendahara) sehingga aku bisa menunda waktu untuk patungan uang,
mungkin saja sore ini atau esok hari, aku akan mendapat kiriman uang dari orang tua atau beasiswa tanoto. ya, semoga..
Hana      : “Mba Sari (nama pembimbing skripsi hana), saya dan teman-teman saya berencana membeli suvenir untuk partisipan fgd nanti. Menurut Mba bagaimana?”
Mba Sari :“Ngga usah han. Saya berencana memberikan uang transport kepada mereka. seorang lima puluh ribu.”
 Hana : O.O (dalam hati : eeeeeeeeeeeeeh?)
Mba Sari : “ya, mereka (partisipan) pada tinggal dimana Hana?”
Hana : yang hana tahu depok, Mba
Mba Sari : Ya, kita kasih 50ribu aja perorang, ngga usah suvenir
Hana      : *speechless
 (langsung ngitung di pikiran, partisipan ada 4 pasangan, dan itu berarti delapan orang, 8x50ribu=400ribu....... :o banyak banget ... )
Hana      :                Makasih banyak Mba Sari :’) (terharu, mba sari baik banget.. alhamdulillah makasih ya Allah)
aku pun bergegas menceritakan hal ini ke salah seorang teman satu payung skripsi, ria anggraini
Hana      :               Riaaaaaaa... kita ngga usah patungan buat hadiah partisipan... Mba Sari mau ngasih uang transport 50rb satu orang” :D
Ria          :               lhamdulillah .. rezeki kita berarti, Na
Hana      :               Ya, gue nggga nyangka.. loe tahu ngga? duit di dompet gue tinggal lima ribu.. gue sebenernya sempeet bingung buat patungan kita .. tapi  gue pikir Allah pasti ngasih jalan..
Ria          :               Han, kalau loe ngga punya uang, loe bilang aja sama Ria. Jangan sampai kayak gitu
Hana      :               Hahaha.. Ngga Ria.. gue ngga mau ngutang.. ngga suka ngutang soalnya..
lagian sekarang masih kamis, gue mau nunggu dulu.. sapa tahu gue dikirim uang kalau besok gue masih ngga ada, gue baru mikirin gimana ngatasinnya.. sebenarnya
di atm gue masih ada 80rb sih.. tapi gue belum mau ambil, jaga-jaga aja..


Alhamdulillah :D terima kasih ya Allah :D ngga nyangka :D
Allah baik banget memberikan hal yang tidak terduga dan merasa bersyukur banget punya pembimbing skripsi sebaik Mba Sari :D Alhamdulillah :D









Simpati Terbalik?

|



Beberapa waktu lalu gue baru saja membaca artikel yang di-share temen gue di facebook. Artikel tersebut mengkritisi tindakan kita yang suka menawar pada pedagang kecil tetapi memberi banyak pada pengemis atau tidak membeli dagangan pedagang kecil tapi malah memberi kepada pengemis. Penulis artikel tersebut mengajak pembacanya untuk beramal (bersedekah) dengan cara tidak menawar pada pedagang kecil untuk menghargai usaha mereka yang memilih berjualan dibanding mengemis. Penulis artikel menganggap bahwa selama ini simpati kita terbalik.

Selesai membaca, yang terlontar dipikiran gue adalah “Ide yang bagus, kenapa selama ini gue ngga kepikiran ya?” Gue pun mencoba untuk tidak menawar tapi ternyata ngga semudah yang dibayangkan, terlebih lagi kalau gue tahu penjual yang jual dengan harga lebih murah. Kenapa ya?

Menurut Margaret Clark, Judson Mills, dan Alan Fiske (dalam Ariely, 2008) manusia hidup dalam dua dunia yaitu dunia yang diatur dengan norma sosial dan norma pasar. Norma sosial melibatkan permintaan ramah antara satu orang dengan orang yang lain. Norma sosial ada karena kebutuhan manusia hidup dalam komunitas. Seseorang tidak mengharapkan balasan yang cepat ketika sedang melakukannya, contoh kita menolong tetangga kita yang baru pindah dengan membantu membawa masuk beberapa kardus ke dalam rumah mereka, dan saat melakukannya kita tidak mengharapkan tetangga kita untuk langsung melakukan hal yang sama saat itu juga. Norma sosial menimbulkan rasa nyaman bagi yang menolong dan ditolong. Dunia yang kedua adalah dunia dimana yang berlaku adalah norma pasar. tidak ada kehangatan dalam dunia ini. Dunia ini adalah tentang pertukaran gaji, uang, bunga, keuntungan dan kerugian. Dalam dunia ini, kita mendapat sesuai dengan apa yang kita bayar.

Berdasarkan teori di atas, sebenarnya bukan simpati kita yang terbalik, tetapi itu adalah hal yang wajar. Saat sedang berhadapan dengan pedagang (walaupun pedagang kecil), kita memasuki dunia kedua dan bertindak sesuai norma pasar. Kita menginginkan pengeluaran sekecil-kecilnya dan mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Sementara saat berhadapan dengan pengemis, kita memasuki dunia pertama yang diatur dengan norma sosial, kita rela memberikan uang kita karena dalam dunia ini kita tidak sedang memikirkan untung dan rugi.  

Ada contoh menarik yang disediakan dalam buku Predictably Irrational oleh Dan Ariely. Seorang pekerja LSM meminta tolong pada seorang pengacara untuk mau dibayar murah dalam membela orang-orang yang tidak mampu dalam menjalani proses hukum dan ternyata pengacara menolak. Pekerja LSM pun kembali lagi tetapi kali ini dia meminta pengacara tersebut melakukannya secara gratis dan pengacara tersebut mau melakukannya. Apa yang terjadi disini? Apakah kalian berpikir pengacara ini bodoh karena lebih memilih tidak dibayar?

Saat pekerja LSM datang meminta dibayar dengan murah, sang pengacara merasa berada dalam dunia yang diatur dengan norma pasar dan tentu saja dia menolak karena tidak mau dengan harga murah. Akan tetapi ketika pekerja LSM memintanya melakukan secara gratis, pengacara ini merasa dia melakukan pekerjaanya dalam konteks norma sosial, untuk menolong orang yang tidak mampu.

Gue rasa ketika bertemu pedagang kecil, dari awal sebaiknya memang meniatkan untuk bersedekah/memberi padanya karena jika tidak diniatkan dari awal, otak kita secara otomatis akan berpikir kita berada dalam konteks yang diatur dalam norma pasar sehingga mengharapkan untuk mendapatkan barang dengan harga semurah-murahnya. Mungkin kita bisa menganggap menolong tanpa diketahui atau barang yang kita dapat darinya adalah hadiah ucapan terima kasih dari orang yang kita tolong. Selamat mencoba (»''«)

Daftar pustaka

Ariely, D. (2008). Predictably irrational. New York: HarperCollins Publisher.

Post Signature

Post Signature