16 Agustus
2015
Waktu
menunjukkan pukul 09.00 pagi, aku melangkah gontai menuju kamar mandi. Aku
harus bersiap-siap untuk pergi liqo pukul satu siang nanti di Depok. Kemarin
sebelum memutuskan pulang ke Karawang dari Tanah Abang, aku sudah bertekad akan
pergi ke Depok pada hari minggu untuk liqo tapi entahlah sepertinya aku sudah
merasa nyaman dengan kondisi libur di rumah. Saat ini, aku kehilangan
semangatku. Rasanya malas untuk pergi. Aku membayangkan betapa menyenangkan
merebahkan diriku ke kasur, bermalas-malasan membaca komik/novel/menonton film.
Aku
menggelengkan kepalaku. Ini tidak baik. Aku harus melawan rasa malasku. Sudah
lama aku tidak liqo. Minggu lalu, aku sudah tidak ikut liqo karena arisan
keluarga besar. Dua minggu sebelumnya, murrabiku meminta kami menghadiri
seminar yang diadakan oleh MTQ MN sebagai pengganti liqo, tetapi aku memilih
bolos. Tiga minggu sebelumnya, aku menghadiri acara lamaran sepupuku. Dan
sebulan yang lalu masih libur lebaran. See? sudah lama aku tidak liqo, tidak
baik bolos hanya karena malas.
Umi memintaku
kembali bertanya kepada murrabiku apakah liqonya jadi, beliau khawatir aku
sudah jauh-jauh ke Depok tapi malah batal. Aku berusaha menelepon tapi tidak
juga diangkat. Aku mengirim wa dan juga tidak menunjukkan pesanku terkirim dan
dibaca.Beberapa hari lalu, aku sudah bertanya apakah akan ada liqo minggu ini
dan murrabiku menjawab iya. Sudahlah, kurasa tidak perlu lagi bertanya.
Pukul 10.00
WIB, aku dan keluargaku berangkat dari rumah dan kali ini yang menyetir adalah
adikku Huang. Bismillah. Rencananya keluargaku akan mengantarku hingga statiun
bekasi, dari sana aku akan naik KRL menuju Depok. Kali ini aku bisa tertidur
dengan cepat di dalam mobil, sepertinya aku sudah tidak se-excited itu melihat
adikku menyetir.
Kami tiba di
statiun bekasi pukul 12.00 WIB. Sebelum turun dari mobil, umi memintaku
memastikan apakah liqonya jadi atau tidak. Aku sudah membaca pesan bahwa
beberapa temanku minta maaf tidak bisa hadir dan memperkirakan berarti liqo
kali ini akan sepi tapi seharusnya itu tidak menyurutkan semangatku untuk pergi
(meski kenyataannya, iya). Kurasa lebih
baik aku pergi.
Saat sudah
tiba di Jatinegara, aku menerima pesan dari murrabiku kalau dia sakit dan
meminta maaf sepertinya liqo diliburkan. Setelah mendengar kabar tersebut, aku
berusaha menelepon umi dan mencari tahu apakah keluarga sudah jauh, jika belum
terlalu jauh aku akan meminta jemput tapi jika sudah jauh, aku akan mencoba
pulang sendiri. Sayangnya tidak diangkat.
Lima menit
kemudian umi menelepon, aku memberi tahu bahwa liqoku batal dan bertanya apakah
umi bisa menjemputku. Umi bertanya aku sudah sampai mana, kujawab manggarai. Umi
memintaku untuk menunggu di tempat tadi umi menurunkanku.
Sesampai di
manggarai aku merasa lapar, karena aku memang belum makan siang tapi aku takut
keretanya ke arah bekasi datang. Saat mendengar pengumuman bahwa kereta ke
bekasi masih di Juanda, aku bergegas membeli Roti O dan green tea latte di
Sevel. Tak sampai semenit selesai berbelanja, keretanya datang. Alhamdulillah
aku berhasil masuk kereta. Aku mendengar pengumuman bahwa kereta ke bekasi
selanjutnya masih di Jakarta Kota.
Di kereta,
aku mengirim pesan meminta maaf. Aku merasa bersalah. Aku dapat membayangkan bagaimana adikku Huang menggerutu.
Aku tiba
kembali di statiun bekasi pukul 13.40 WIB, tapi tidak menemukan mobil keluargaku.
Aku melihat ada panggilan tidak terjawab dari umi. Aku menelepon memberi tahu
bahwa aku sudah sampai dan bertanya umi ada dimana, umi menjawab bahwa mereka
sedang shalat dan aku diminta menunggu. Kebetulan, aku sedang tidak shalat
(haid). Aku menunggu cukup lama hingga pukul 14.30 tapi mengingat keluargaku
masih mau menjemputku setelah kurepotkan, kurasa aku tidak berani mengeluh.
Aku meminta
maaf begitu masuk mobil, umi bercerita dengan nada bercanda bahwa tadinya umi
ingin menjawab pesanku dengan kalimat “tiada
maaf bagimu” tapi dilarang oleh Bapak. Bapak mengingatkan umi bahwa aku ini
serius, nanti aku malah pulang sendiri. Aku terkejut Bapak mengenalku cukup
baik karena memang itulah yang akan aku lakukan jika mendapat pesan seperti itu.
I almost take
everything seriously kecuali kalian memberi tahuku bahwa kalian sedang bercanda
atau aku menggolongkan kalian sebagai orang-orang yang suka bercanda. Aku makin
merasa bersalah saat Umi bercerita bahwa tadi saat aku menelepon, keluargaku
sudah sampai pintu Tol Karawang Barat.
Aku kemudian
bercerita kronologis pembatalan liqoku di mobil. Huang dan Memey berkomentar
bahwa jika mereka menjadi aku, mereka sudah memilih bolos dari awal. Bapak
kemudian bercerita tentang adengan yang biasa terjadi saat pulang nanti bertemu
Uwa (kakak dari umiku) yang menjadi tetangga kami. “Uwa, uwa tahu ngga wa? Tadi
kita liburan jauh sekali. Ke Bekasi. Kita bolak-balik Karawang Bekasi”. Bapak
kemudian terkekeh.
Begitu keluar
pintu tol Bekasi, adikku Huang mendapat telepon dari penyalur yang membantunya
mencari kerja untuk mengisi formulir. Huang memberi tahu bahwa dia sedang di
Bekasi dan kemungkinan akan tiba di Karawang sore.
Ternyata
tempat penyalur Huang ada di Rengasdengklok, maka kami pun ke Rengasdengklok.
Saat di perjalanan, Bapak bertanya mengenai rencana belajar menyetir Memey
karena sebenarnya rencana awal adalah setelah mengantarku ke Bekasi tadi, Bapak
akan mengajari Memey menyetir. Memey bilang lebih baik mendahulukan urusan
Kakak.
Di
perjalanan pulang kami melihat iring-iringan pawai menyambut 17 Agustusan.
Umiku mempertanyakan apakah pawai dapat membangkitkan semangat nasionalisme,
aku menjawab mungkin iya bagi sebagian orang dan tidak bagi sebagian lain. Tiap
orang kan berbeda-beda. Memey mendukung pendapatku dengan melontarkan pendapat
bahwa keluarga kami ini terjangkit magerism (males gerak). Aku nyengir mendengarnya.
Kemudian di
Jalan kami juga bertemu penjual jagung rebus dan kacang kedelai rebus. Memey
berteriak menyampaikan keinginan untuk membeli. Kami membeli 2 jagung rebus dan
2 ikat kacang kedelai rebus. Memey berteriak girang Edamame dan menceritakan
bahwa sudah lama dia menginginkan kacang kedelai rebus. Dia bilang ternyata ada
bagusnya aku batal liqo karena akhirnya dia bisa menikmati kacang kedelai
rebus. Aku juga menikmati kacang kedelai rebus ini. :D
Alhamdulillah
:D
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung :D
Yang menulis belum tentu lebih pintar dari yang membaca
Jadi, silahkan kalau mau memberikan kritik, saran, umpan balik & pujian.
:D