Kecenderungan Seseorang dalam Memilih Teman:
Similar Attitudes versus Dissimilar Attitudes
Fidia, Risa, dan Muthi adalah mahasiswa baru di suatu universitas negeri di Indonesia. Mereka membicarakan mengenai boleh tidaknya pacaran. Fidia berpendapat bahwa pacaran merupakan hal yang dilarang. Menurutnya, pacaran dapat menjerumuskan seseorang ke dalam zina. Sementara Muthi tidak setuju dengan hal tersebut. Menurutnya, pacaran diperbolehkan selama tidak melampaui batas dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Jika Anda adalah Risa, siapa yang Anda dukung? Mengapa Anda mendukungnya? Lalu siapakah yang Anda lebih sukai?
Filsuf Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa orang yang saling setuju satu sama lain akan menjadi teman, sementara orang yang berbeda pendapat tidak akan menjadi teman. Jika Anda memiliki pendapat yang sama dengan Fidia, maka Anda akan mendukung Fidia dan menyukainya. Begitu pula sebaliknya. Anda akan mendukung Muthi jika Anda memiliki pendapat yang sama dengannya dan mulai menyukainya. Menurut saya seseorang cenderung memilih teman yang memiliki similar attitudes dibandingkan teman yang memiliki dissimilar attitudes.
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh psikolog mengenai similar attitudes dengan dissimilar attitudes. Similar attitudes dapat didefiniskan sebagai kesamaan atau kemiripan sikap mengenai kepercayaan, nilai-nilai, dan minat antara seseorang dengan orang lain. Sementara dissimilar attitudes dapat didefinisikan sebagai perbedaan sikap mengenai kepercayaan, nilai-nilai, dan minat antara seseorang dengan orang lain Hasil-hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pendapat Aristoteles mengenai orang yang saling setuju akan menjadi teman ternyata benar. Suatu hubungan cenderung didasari oleh similar attitudes. Hasil penelitian Condon dan Cranon (1998) menunjukkan bahwa kesamaan merupakan prediktor akan keberadaan ketertarikan. Bukti lain yang mendukung hubungan antara similar attitude dengan ketertarikan adalah penelitian yang dilakukan oleh Schuster & Elderton (dalam Baron & Bryne, 2000). Mereka meneliti lebih dari empat ratus keluarga dan hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat kesepakatan yang sama dan signifikan antara suami istri mengenai topik politik dan agama. Newcomb (dalam Baron & Bryne, 2000) meneliti pembentukan pertemanan antara mahasiswa semester satu di University of Michigan. Hasil penelitiannya menunjukan similar attitudes menyebabkan ketertarikan, sementara dissimilar attitudes menimbulkan ketidaktertarikan.
Mengapa orang cenderung mencari teman yang memiliki similar attitudes dengan dirinya? Menurut teori perbandingan sosial yang dikemukakan oleh Festinger (dalam Baron & Byrne, 2000), seseorang yang sedang dalam keadaan tidak yakin dengan kepercayaannya termotivasi untuk melakukan perbandingan. Asumsi dari teori tersebut adalah kita menginginkan seseorang yang mirip dengan kita, baik dalam hal minat dan kepribadian. Hal ini disebabkan jika orang lain memiliki similar attitudes dengan yang kita miliki, kita merasa bahwa pendapat kita juga benar. Mereka memberi consensual validation─validasi persepsi dari pandangan seseorang ketika orang lain memiliki pandangan yang identik atau sama. Bayangkan ketika Anda adalah satu-satunya orang yang setuju prostitusi dilegalkan di lingkungan Anda, Anda akan merasa diri Anda aneh karena memiliki pandangan yang berbeda dengan orang-orang di sekitar Anda. Namun, ketika Anda menemukan seseorang yang sama-sama setuju prostitusi dilegalkan, Anda merasa Anda tidak melakukan suatu kesalahan karena tidak berbeda dengan orang-orang di sekitar Anda. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan false consensus effect─jika ada seseorang yang setuju dengan saya maka semua orang juga akan setuju. False consensus effect yang menimbulkan seseorang percaya bahwa “most everyone agrees with me” ditemukan dari hasil penelitian Tan & Singh (dalam Baron & Byrne, 2000) pada anak-anak. Selain itu, hasil penelitian Fabrigar & Krosnick (dalam Baron & Byrne, 2000) menunjukan false consensus effect juga ditemukan diantara orang-orang dalam populasi, seperti diantara mahasiswa.
Apa yang terjadi ketika seseorang setuju dengan pendapat kita? Mengapa begitu? Byrne & Nelson (dalam Baron & Byrne, 2000) berpendapat bahwa evaluasi penilaian kita terhadap seseorang tergantung proporsi dari similar attitudes yang dimiliki orang tersebut, tidak peduli berapa pun jumlah topiknya empat ataupun empat ratus. Semakin tinggi proporsi similar attitudes, semakin kita menyukai orang tersebut. Seperti halnya Fidia, Risa, dan Muthi, Anda pasti pernah membicarakan hal-hal yang menurut Anda bersifat prinsip atau Anda memiliki kepercayaan kuat tentang hal tersebut. Bayangkan sekarang, Anda sedang membicarakan mengenai politik, agama, hal-hal yang disukai dan tidak disukai dengan beberapa teman Anda. Jika salah seorang teman Anda setuju dengan Anda sembilan pandangan dari sepuluh topik yang dibicarakan, umumnya Anda akan memiliki kesan bahwa dia menyenangkan. Anda berharap dapat menghabiskan waktu bersamanya. Bayangkan jika Anda adalah orang yang tidak suka merokok sementara teman Anda suka merokok, Anda cenderung memandang negatif teman Anda. Akan tetapi berbeda halnya jika Anda adalah seorang perokok, Anda akan menyukai teman Anda yang perokok. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Montoya & Harton (dalam Myers, 2009) ketika seseorang memiliki pandangan yang sama dengan kita, kita tidak hanya menghargai perilakunya tetapi juga memiliki pandangan baik mengenai dirinya. Sementara itu, kita cenderung memandang negatif orang yang memiliki pandangan yang berbeda dengan kita. Hal ini sesuai dengan pendapat Tangh dan Singh (dalam Baron & Byrne, 2000) bahwa jika seseorang tidak setuju dengan Anda maka respon negatif Anda terhadap orang tersebut akan lebih kuat dibandingkan respon positif.
Anehnya, ada sebagian masyarakat yang percaya bahwa mereka harus mencari pasangan yang berbeda dengan mereka atau sering disebut opposites attract. Mungkin Anda pernah mendengar bahwa Anda seharusnya mencari seseorang yang berbeda dengan Anda agar kalian berdua bisa saling melengkapi. Dalam psikologi, teori tersebut disebut personality complement hypothesis. Teori tersebut dikemukakan oleh Winch (dalam Berscheid & Regan, 2005). Contohnya, jika Anda adalah seorang yang dominan maka Anda akan tertarik untuk mencari orang yang penurut. Jika Anda cerewet maka Anda akan mencari orang yang pendiam. Teori tersebut memang terdengar logis, tetapi sayangnya banyak hasil penelitian justru membuktikan bahwa seseorang cenderung memilih orang yang mirip dengannya jika diberi kesempatan untuk memilih, seperti penelitian oleh Berscheid (dalam Baron & Byrne, 2000), Zajonc (dalam Baron & Byrne, 2000), dan Buston & Emlen (dalam Myers, 2009). Berscheid menemukan bahwa seseorang cenderung mencari pasangan yang memiliki tingkat ketertarikan fisik yang sama. Seseorang yang cantik cenderung berpasangan dengan seseorang yang tampan. Sementara Zajonc (dalam Baron & Byrne, 2000) menemukan kecenderungan memilih pasangan yang similar ketika seseorang sedang berpacaran ataupun pada pasangan yang sudah menikah. Bahkan, seseorang cenderung bereaksi negatif ketika bertemu dengan seseorang yang tidak cocok dengan mereka. Pasangan yang memiliki dissimilar attitudes menganggap pasangan mereka kurang kemampuan, kurang disukai dan merasa kurang puas dibanding pasangan yang yang memiliki banyak persamaan. Buston & Emlen (dalam Myers, 2009) melakukan survey pada seribu orang di usia perkuliahan dan ternyata keinginan mereka untuk menemukan pasangan yang similar dengan mereka lebih kuat dibandingkan memilih pasangan yang fisiknya menarik. Contoh seseorang yang kaya secara ekonomi menginginkan pasangan yang status ekonominya sama. Seseorang yang mengutamakan keluarga juga menginginkan pasangan yang mengutamakan keluarga. Bahkan seseorang yang antisosial cenderung menikah dengan orang yang antisosial juga.
Kelebihan dissimilar attitudes bukanlah personality complement hypothesis, melainkan self-esteem maintanance theory yang dikemukakan Campbell & Tesser (dalam Kenrick, Neuberd, & Cialdini, 2007). Self-esteem maintanance theory adalah teori bahwa seseorang cenderung mencari orang yang memiliki dissimilar attitudes untuk menghindari perbadingan yang dapat merusak self-esteemnya. Sebagai contoh Anda dan saudara Anda sama-sama berbakat bermain alat musik biola, kemudian saudara Anda sering memenangkan perlombaan sementara Anda tidak. Hal tersebut membuat Anda merasa sedih dan tidak berharga. Lain halnya jika saudara Anda berbeda bakatnya dengan Anda, misalnya saudara Anda berbakat menulis dan sering memenangkan perlombaaan, Anda akan cenderung merasa bahagia karena memiliki keistimewaan yang berbeda.
Walaupun dissimilar attitudes dapat mempertahankan self-esteem seseorang, Anda perlu tahu bahwa permasalahnnya adalah jarang sekali kita menyukai seseorang yang memiliki pandangan yang berbeda dengan kita. Anda mungkin berpendapat saya dan teman saya memiliki banyak perbedaan, dia Cina, saya Sunda, dia ceria, saya pemurung, saya Leo, dia Aquarius, dia Katolik, saya muslim, tetapi kami bisa berteman. Sekarang saya meminta Anda menulis daftar jenis dan jumlah dissimilar attitudes dan similar attitudes Anda dengan teman Anda. Manakah yang lebih banyak? Dissimilar attitudes atau similar attitudes? Jawabannya tentu similar attitudes, bukan? Hal yang membuat Anda tetap bersama dengan teman Anda hingga saat ini adalah persamaan Anda dengannya. Apabila jumlah similar attitudes lebih sedikit, bagaimana perasaan Anda terhadap similar attitudes yang Anda miliki? Perbedaan yang ada antara Anda dan teman Anda tentunya sesuatu yang Anda bisa tolerir bukan? Jika Anda seseorang yang rapi, teratur, dan terjadwal mungkinkah Anda menyukai seseorang yang berantakan, hidup dengan penuh kejutan, dan tanpa rencana? Tentu saja tidak. Lalu bagaimana jika Anda menyukai musik rock sementara teman Anda menyukai musik klasik? Kemungkinan besar yang akan terjadi adalah seperti ini:
A: “Loe nonton konser musik Tribute to Nodame kemarin ngga?”
B: “Hah? Apaan tuh? Baru denger.”
A:”Itu konser musik klasik.”
B:”Yah.. musik klasik kan bikin ngantuk. Musik rock dong.”
Kemungkinan besar Anda akan berdebat dengannya berusaha membuatnya menyukai musik klasik juga atau Anda diam saja karena merasa kecewa dan berkata pada diri Anda sendiri bahwa Anda tidak akan berbicara dengan dirinya lagi mengenai musik karena kalian tidak cocok satu sama lain. Jika Anda memiliki begitu banyak perbedaan, apa yang bisa Anda dan teman Anda bicarakan? Tetapi coba bayangkan jika Anda dan teman Anda memiliki minat yang sama, entah sama-sama menyukai musik rock atau sama-sama menyukai musik klasik. Tentu saja akan menyenangkan bagi kalian berdua menghabiskan waktu bersama, baik membicarakan mengenai jenis musik yang kalian berdua sukai atau pergi ke konser bersama. Contoh lain jika Anda orang yang boros sementara teman atau pasangan Anda sangat hemat. Biasanya teman Anda yang hemat akan berusaha mengubah Anda menjadi hemat dengan memberi berbagai macam nasihat, Anda sebagai orang yang boros akan merasa diri Anda diatur dan mulai tidak menyukai teman Anda. Jika diantara kalian berdua tidak ada yang berubah, kemungkinan besar kalian berdua merasa tidak cocok satu sama lain dan menghabiskan waktu dengan bertengkar. Bukankah biasanya pasangan berpisah dengan alasan “We have nothing in common”?
Bukti yang menentang dissimilarity attitudes menimbulkan ketertarikan adalah penelitian oleh Rossebaum (dalam Berscheid & Regan, 2005) menunjukan bahwa dissimilarity attitudes menghasilkan repulsion─ketidaksukaan seseorang terhadap orang yang berbeda dangan mereka. Penelitian yang hampir serupa dilakukan oleh Ickes (dalam Berscheid & Regan, 2005), orang-orang yang berbeda orientasi seksualnya justru lebih sedikit terlibat dalam interaksi dan juga lebih kurang menyukai satu sama lain dibandingkan orang-orang yang sama orientasi seksualnya.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang cenderung mencari orang yang memiliki similar attitudes dengan dirinya, dibanding dissimilar attitudes. Ada beberapa alasan mengapa seseorang cenderung mencari teman yang memiliki similar attitudes, yaitu seorang teman yang similar attitudes dengan dirinya akan memberikan consensual validation, similar attitudes menimbulkan ketertarikan dan Anda dapat menghabiskan waktu bersama lebih banyak jika teman Anda memiliki similar attitudes. Oleh karena itu, orang cenderung akan memberi respon positif jika bertemu dengan orang yang memiliki similar attitudes dengan dirinya. Akan tetapi, bukan berarti Anda harus berubah atau teman Anda harus berubah jika teman Anda memiliki dissimilar attitudes. Permasalahkan dissimilar attitudes dalam pertemanan tidak harus diperdebatkan karena hanya membuat seseorang merasa tidak nyaman. Jika Anda menemukan orang yang memiliki similar attitudes dengan Anda, bukan berarti Anda benar dan ketika Anda menemukan orang memiliki dissimilar attitudes, bukan berarti Anda salah.
Daftar Pustaka
Baron, R. A., & Byrne, D. (2000). Social psychology. (9th ed.). Massachusetss: Allyn and Bacon.
Berscheid, E., & Regan, P. (2005). The psychology of interpersonal relationships. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Condon, J. W., & Crano, W. D. (1988). Inferred evaluation and the relation between attitude similarity and interpersonal attraction. Journal of Personality and Social Psychology, 54(5), 789-797. doi: 10.1037/0022-3514.54.5.789
Degelman, D. (2010). APA style essentials. Retrieved from http://www.vanguard.edu/faculty/ddegelman/detail.aspx?doc_id=796
Myers, D.G. (2009). Exploring social psychology. (5th ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.