"Hm... apa aja yang udah loe lakukan?" tanya Risa sambil melirik ke arahku
"Gue tanya langsung, tapi ngga selalu efektif, karena cowok bisa bohong. Jawabannya belum tentu bener. Gue harus belajar bisa bedain cowok yang bohong dan yang ngga."
Risa menggangguk-angguk mendengar penjelasanku.
"Gue udah coba pura-pura pinjem dompet biar cek KTP, berhasil pas gue coba ke Pak Andre, makanya gue tahu dia udah nikah tapi ngga mempan ke yang udah tunangan dan punya pacar, status ktpnya masih belum kawin.
Pernah pakai cara kepo media sosial, tapi ngga bisa kalau pasangannya ngga punya akun atau ngga aktif di sosial media juga, kayak waktu kasus Mas Herman dan Kak Aldi.
Cara tahu yang paling buruk tuh pas gue tiba-tiba didamprat sama pasangannya, kayak waktu kasus Rizki. Dikira cewek ngga bener lah padahal kalau tahu dia udah tunangan,mana mau gue jalan sama dia. "
"Gue kagum sama loe yang ngga menyerah percaya bahwa ada cowok baik di luar sana meski disakiti berkali-kali." Risa memandangku dengan tatapan simpati
Aku tersenyum getir. "Tiap kali disakitin cowok, gue inget bokap gue. "
Aku menghela napas "Bokap gue baik. Ngga tega aja gue kalau nanti cowok sebaik bokap gue muncul dan gue malah nolak karena alasan gue ngga percaya lagi sama cowok."
Mulut Risa membentuk huruf O saat mendengar penjelasanku. "Loe udah banyak berusaha, gue jadi bingung mau kasih saran apa." Risa garuk-garuk kepala.
"Kalau loe jadi gue, apa yang bakal loe lakukan, Ris?"
"Emmm... Berhenti sejenak dari pencarian cinta ini. Refleksi. Belajar cara bedain cowok yang bohong dan ngga, nanya ke temen cowok, baca buku tentang hubungan, self-help gitu, terus berdoa sama Allah minta diberi jalan keluar dari masalah ini."
Aku menggangguk-angguk. "Hm... bagus juga Ris saran loe!"
....
Sebulan kemudian..
"Ris, anterin gue belanja ke Tanah Abang yuk." sahutku
"Boleh. Mau belanja apa?"
"Jilbab, gamis"
"Loe mau berhijab?" mata Risa terbelalak.
"Iya, insya allah." aku nyengir lebar.
"Alhamdulillah. Ada angin apa tiba-tiba?" tanya Risa seolah tak percaya
"Karena saran loe." Aku menunjuk ke arah Risa.
Risa mengernyitkan dahi.
"Dulu kan loe suruh gue berdoa. Nah, sebenarnya udah lama gue ngga berdoa sama Alah, kalau habis shalat langsung pergi. Akhir-akhir ini, gue mencoba berdoa minta jalan keluar masalah cowok ini. Terus dua minggu lalu gue ikut kajian Aa Gym di Istiqlal. Gue jadi sadar Allah belum jadi nomor satu di hati gue. Gue masih sering menggantungkan diri dan berharap ke makhluk, bukan ke Allah. Mungkin karena itu dikasih masalah dikejar-kejar cowok yang udah punya pasangan. Kayaknya Allah ingin bilang kalau gue aja ngga suka jadi yang kedua, apalagi Allah. Sekarang, gue pengen memperbaiki diri, pengen Allah jadi nomor satu di hati gue. "
"Alhamdulillah. Gue seneng dengernya" pekik Risa kegirangan sambil memelukku. "Semoga loe istiqomah ya."
"Amin.. Mohon doanya, ya Ris". Aku tersenyum simpul.
"Gue tanya langsung, tapi ngga selalu efektif, karena cowok bisa bohong. Jawabannya belum tentu bener. Gue harus belajar bisa bedain cowok yang bohong dan yang ngga."
Risa menggangguk-angguk mendengar penjelasanku.
"Gue udah coba pura-pura pinjem dompet biar cek KTP, berhasil pas gue coba ke Pak Andre, makanya gue tahu dia udah nikah tapi ngga mempan ke yang udah tunangan dan punya pacar, status ktpnya masih belum kawin.
Pernah pakai cara kepo media sosial, tapi ngga bisa kalau pasangannya ngga punya akun atau ngga aktif di sosial media juga, kayak waktu kasus Mas Herman dan Kak Aldi.
Cara tahu yang paling buruk tuh pas gue tiba-tiba didamprat sama pasangannya, kayak waktu kasus Rizki. Dikira cewek ngga bener lah padahal kalau tahu dia udah tunangan,mana mau gue jalan sama dia. "
"Gue kagum sama loe yang ngga menyerah percaya bahwa ada cowok baik di luar sana meski disakiti berkali-kali." Risa memandangku dengan tatapan simpati
Aku tersenyum getir. "Tiap kali disakitin cowok, gue inget bokap gue. "
Aku menghela napas "Bokap gue baik. Ngga tega aja gue kalau nanti cowok sebaik bokap gue muncul dan gue malah nolak karena alasan gue ngga percaya lagi sama cowok."
Mulut Risa membentuk huruf O saat mendengar penjelasanku. "Loe udah banyak berusaha, gue jadi bingung mau kasih saran apa." Risa garuk-garuk kepala.
"Kalau loe jadi gue, apa yang bakal loe lakukan, Ris?"
"Emmm... Berhenti sejenak dari pencarian cinta ini. Refleksi. Belajar cara bedain cowok yang bohong dan ngga, nanya ke temen cowok, baca buku tentang hubungan, self-help gitu, terus berdoa sama Allah minta diberi jalan keluar dari masalah ini."
Aku menggangguk-angguk. "Hm... bagus juga Ris saran loe!"
....
Sebulan kemudian..
"Ris, anterin gue belanja ke Tanah Abang yuk." sahutku
"Boleh. Mau belanja apa?"
"Jilbab, gamis"
"Loe mau berhijab?" mata Risa terbelalak.
"Iya, insya allah." aku nyengir lebar.
"Alhamdulillah. Ada angin apa tiba-tiba?" tanya Risa seolah tak percaya
"Karena saran loe." Aku menunjuk ke arah Risa.
Risa mengernyitkan dahi.
"Dulu kan loe suruh gue berdoa. Nah, sebenarnya udah lama gue ngga berdoa sama Alah, kalau habis shalat langsung pergi. Akhir-akhir ini, gue mencoba berdoa minta jalan keluar masalah cowok ini. Terus dua minggu lalu gue ikut kajian Aa Gym di Istiqlal. Gue jadi sadar Allah belum jadi nomor satu di hati gue. Gue masih sering menggantungkan diri dan berharap ke makhluk, bukan ke Allah. Mungkin karena itu dikasih masalah dikejar-kejar cowok yang udah punya pasangan. Kayaknya Allah ingin bilang kalau gue aja ngga suka jadi yang kedua, apalagi Allah. Sekarang, gue pengen memperbaiki diri, pengen Allah jadi nomor satu di hati gue. "
"Alhamdulillah. Gue seneng dengernya" pekik Risa kegirangan sambil memelukku. "Semoga loe istiqomah ya."
"Amin.. Mohon doanya, ya Ris". Aku tersenyum simpul.
Image Courtesy of Stuart Miles at freedigitalphotos.net |
The End
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung :D
Yang menulis belum tentu lebih pintar dari yang membaca
Jadi, silahkan kalau mau memberikan kritik, saran, umpan balik & pujian.
:D