Top Social

Pantas

|



"Cha, Kemal mengajakku menikah" ungkap Dita dengan nada cemas.

Aku bisa melihat kecemasan dan ketakutan di mata Dita. “Aku tidak mengerti. Bukankah ini berita bagus? Kau sudah lama menyukainya diam-diam bukan?” 

“Justru itu! Aku tidak mengerti apa yang membuat dia menyukaiku. Ini terasa tidak nyata, terlalu bagus untuk jadi kenyataan." Dita memejamkan matanya "Kau kan tahu dia lulus cumlaude, aktif di BEM, cakep, hebat dalam berorasi, shalat selalu tepat waktu, rajin puasa senin-kamis, sementara aku tidak sedikit pun menyerupai kehebatannya. Aku hanya gadis biasa, masih banyak gadis lain yang lebih cantik, lebih pintar. Rasanya tidak pantas bagiku bersanding dengannya. Mengapa dia memilihku? ”

 “Dit, jika dia memilihmu, bukankah tandanya dia merasa kau pantas bersanding dengannya? Lagipula, bukan tugas kita menentukan siapa pantas dengan siapa. Itu tugas Tuhan. ” 

“Entahlah. Aku takut, Cha. Bagaimana kalau dia salah mengenalku? Mungkin dia mengira aku sosok yang baik. Bagaimana jika setelah menikah, dia justru menemukan bahwa aku berbeda dari yang selama ini dia pikirkan? Bagaimana jika dia kecewa?”

"Dit, bagiku kau adalah sosok gadis yang ceria, optimis, tidak mudah menyerah, dan memiliki semangat yang tinggi untuk mengenal Islam dan memperbaiki dirinya. Jika aku laki-laki, tentu aku akan mengajakmu menikah.” 

“Kau bicara begitu kan karena kau sahabatku. Jangan membuatku keGRan. Aku tidak cantik dan pintar. Aku punya banyak kekurangan.”

Dita menatapku, masih terlihat ragu. 

Aku tidak percaya mendengarnya, ternyata Dita sahabatku ini rendah diri.
“Aih Dita, tidak ada manusia yang sempurna, begitupun aku dan Kemal. Apa yang membuatmu mau berteman denganku? Kecantikan kah? Kepintaran kah?”

Dita menggeleng, mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

“Begitu pula dalam memilih teman hidup, Ini bukan hanya soal kecantikan dan kepintaran. Kalau memang hanya itu, pernikahan bahagia hanya dimiliki oleh orang-orang pintar dan cantik saja. Jangan berpikir bahwa kau tidak cukup baik, kau baik, Dita. Belajarlah menerima dirimu dan mencintai dirimu sendiri. Kau layak dicintai." aku mengoceh panjang lebar menceramahinya.
"Bagaimana kalau tanya Kemal langsung saja, apa yang membuat dia melamarmu? Bertanya padaku tidak membantumu mendapatkan jawaban..”

Dita mengangguk lemah. Aku melingkarkan kedua tanganku di pundaknya, memeluknya, seraya berdoa semoga Dita bisa lebih percaya diri, percaya bahwa dirinya pantas untuk dicintai.




Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung :D
Yang menulis belum tentu lebih pintar dari yang membaca
Jadi, silahkan kalau mau memberikan kritik, saran, umpan balik & pujian.
:D

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Post Signature

Post Signature